Empat Peneliti LIPI Dikukuhkan Jadi Profesor Riset

Rabu, 1 September 2021 12:58 WIB

Empat peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dikukuhkan sebagai Profesor Riset, yaitu Yantyati Widyastuti (Bidang Bioteknologi Hewan), Haryadi Permana (Bidang Geologi), Sri Yudawati Cahyarini (Bidang Geologi), dan Sri Rahayu (Bidang Botani). Kredit: LIPI

TEMPO.CO, Jakarta - Empat peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dikukuhkan sebagai profesor riset. Kandidat yang dilantik, yaitu Yantyati Widyastuti (Bidang Bioteknologi Hewan), Haryadi Permana (Bidang Geologi), Sri Yudawati Cahyarini (Bidang Geologi), dan Sri Rahayu (Bidang Botani).

Masing-masing merupakan profesor riset yang ke-155, 156, 157, dan 158, serta menyampaikan orasi ilmiahnya. Pertama disampaikan oleh Yantyanti dengan judul "Inovasi Produk Pangan Sapi Potong Berbasis Bakteri Asam Laktat untuk Mendukung Usaha Peternakan Nasional”.

Dia menjelaskan bahwa konsumsi daging masyarakat Indonesia meningkat seiring meningkatnya pendapatan masyarakat, artinya terjadi pula peningkatan pengembangbiakan hewan ternak.

Di sisi lain, ternak ruminansia (hewan pemamah biak), salah satunya sapi potong, menyumbang emisi gas rumah kaca berupa gas metana yang dikeluarkan melalui sendawa, hasil dari proses alami fermentasi pakan ternak.

“Gas metana itu merupakan pemborosan energi yang mengganggu lingkungan, juga merugikan ruminansia itu sendiri,” ujar dia dalam acara pengkuhan yang digelar virtual, Rabu, 1 September 2021.

Advertising
Advertising

Menurut Yantyanti, strategi global pada pemberian pakan telah diupayakan juga untuk dapat menurunkan produksi gas metana. Salah satu pendekatan yang telah dilakukan adalah menggunakan bakteri yang memproduksi asam laktat dan berperan pada fermentasi pakan, serta mempengaruhi keseimbangan mikroorganisme pada saluran pencernaan.

Dengan konsep yang serupa, yaitu pengaruh probiotik pada kesehatan manusia, kata Yantyanti, maka bakteri asam laktat juga dapat menyehatkan ternak. “Peran bakteri asam laktat untuk menurunkan produksi gas metana merupakan konsep global inovasi," tutur dia.

Sementara, Haryadi menjelaskan mengenai kepingan kerak samudra purba yang terbentuk dalam lingkungan tektonik yang beragam dengan rentang waktu umur kerak samudra mulai dari Zaman Mesosoik, Masa Jura (190–155 juta tahun lalu (Jtl)), Masa Kapur (145–62 Jtl), Sub-Masa Paleogen, yaitu pada Kala Eosen (55–33 Jtl), Kala Oligosen (27 Jtl), sampai paling muda, yaitu Kala Miosen (20–9 Jtl).

Dalam orasinya yang berjudul "Pemanfaatan Hasil Riset Kepingan Kerak Samudra Purba dalam Perspektif Dinamika Kerak Bumi Aktual" itu, Haryadi menerangkan kepingan kerak samudra, umumnya disebut ofiolit (ophiolite). “Ini bagian dari litosfer bumi yang permukaannya berada di cekungan samudra dan utamanya terbentuk karena Punggungan Tengah Samudra,” katanya.

Dalam perspektif dinamika kerak bumi aktual, Hatyadi melanjutkan, pemahaman dan pengetahuan dasar kerak bumi dapat dijadikan sebagai bahan dalam upaya mitigasi bencana. Sumber daya kerak samudra seperti sumber daya gunung api bawah laut serta unsur dan mineral ekonomis di dalamnya juga dapat dimanfaatkan.

Kepingan-kepingan kerak samudra diketahui telah menjadi sumber daya logam dasar seperti nikel, krom, mangan, besi atau seng, unsur tanah jarang, terutama scandium (Sc) dan unsur dari kelompok platinum. Menurutnya, pergerakan kerak samudra masih berlangsung hingga saat ini.

“Pertemuan antarlempeng membentuk jalur gempa bumi dan jalur gunung-gunung api aktif. Hal ini digunakan sebagai identifikasi potensi bencana tsunami di suatu daerah," ujar Haryadi.

Sedangkan, orasi Sri Yudawatiyang berjudul "Kontribusi Penelitian Iklim Masa Lampau dalam Memahami Perubahan Iklim”, menjelaskan studi iklim masa lampau (paleoclimate) mampu menyediakan data iklim dari masa kini sampai masa lampau, di mana tidak tersedia data pengukuran. Data paleoclimate ini dapat digunakan untuk verifikasi data model prediksi iklim supaya lebih akurat. “Sehingga dapat mendukung kegiatan adaptasi dan mitigasi bencana iklim lebih baik,” tutur Sri Yudawati.

Studi dilakukan dengan menggunakan arsip karang Scleractinia atau disebut juga karang batu dari genus Porites. Karang Porites merupakan salah satu “alat” yang dapat digunakan untuk menyajikan situasi iklim masa lampau sampai resolusi bulanan. Kandungan geokimia karang Porites mampu merekam variabilitas parameter iklim seperti suhu permukaan laut, salinitas, dan presipitasi.

Menurut Sri Yudawati, dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim itu, diperlukan juga pemahaman variabilitas iklimnya itu sendiri dari masa lampau, masa kini dan bagaimana prediksinya di masa mendatang. “Mengingat dampak perubahan iklim berpotensi merugikan berbagai sektor, maka perlu kerja sama penelitian pada area iklim masa lampau, masa kini, dan permodelan iklim, serta disiplin ilmu lainnya,” katanya.

Profesor riset terakhir adalah Sri Rahayu, dengan orasi yang berjudul "Konservasi Biodiversitas dan Pemanfaatan Berkelanjutan Hoya di Indonesia”. Dia menjelaskan bahwa sebagai tumbuhan tropis, banyak jenis Hoya yang tumbuh di Indonesia dan sudah sejak lama dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional di Indonesia. “Tanaman ini berkemampuan tinggi dalam menyerap polutan pada ruangan. Saat ini Hoya lebih banyak dijadikan tanaman hias dengan nilai ekonomi cukup tinggi,” ujar dia.

Hoya merupakan tumbuhan epifit yang keberadaannya di alam sangat bergantung terhadap keberadaan pohon yang ditumpangi. Sementara itu, keberadaan populasi di alam semakin terancam dengan semakin berkurangnya habitat.

Menurut Sri Rahayu, pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai aturan perdagangan tumbuhan hidup, baik untuk pasar di dalam maupun di luar negeri, juga sangat minim, sehingga terjadi penjualan yang tidak sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Hal itu dapat menyebabkan keuntungan ekonomi tertinggi diperoleh pihak luar negeri yang melakukan sistem budidaya dan inovasi produk yang lebih baik. Sementara itu, perkembangan iptek terkait pemanfaatan berkelanjutan Hoya belum dapat didiseminasikan dengan baik. “Oleh karena itu, perlu dirumuskan suatu strategi konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan Hoya Indonesia," katanya.

Baca:
4 Profesor Riset Baru LIPI: dari Nikel dan Turbin sampai Gempa dan Air

Berita terkait

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

3 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

3 hari lalu

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.

Baca Selengkapnya

Ahli Klimatologi BRIN Erma Yulihastin Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem

4 hari lalu

Ahli Klimatologi BRIN Erma Yulihastin Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem

Dalam orasi ilmiah pengukuhan profesor riset dirinya, Erma membahas ihwal cuaca ekstrem yang dipicu oleh kenaikan suhu global.

Baca Selengkapnya

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

4 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

7 hari lalu

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

Saat ini suplemen zinc yang tersedia di pasaran masih perlu pengembangan lanjutan.

Baca Selengkapnya

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

7 hari lalu

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

Implimentasi model agrosilvofishery pada ekosistem gambut perlu dilakukan secara selektif.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

8 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

11 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

15 hari lalu

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

Ada empat akar masalah Papua, yakni sejarah dan status politik, diskriminiasi, kekerasan dan pelanggaran HAM berat, dan kegagalan pembangunan.

Baca Selengkapnya

Siklon Tropis Olga dan Paul Meluruh, Dua Gangguan Cuaca Menghadang Pemudik Saat Arus Balik

15 hari lalu

Siklon Tropis Olga dan Paul Meluruh, Dua Gangguan Cuaca Menghadang Pemudik Saat Arus Balik

Cuaca di Indonesia selama periode arus balik mudik hingga sepekan mendatang masih dipengaruhi oleh dua gangguan cuaca skala sinoptik.

Baca Selengkapnya