Lebih Mahal dari Harga Sepeda Motor, Mengapa Ponsel Lipat Kembali Dilirik?
Reporter
Tempo.co
Editor
Iqbal Muhtarom
Rabu, 22 September 2021 21:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mengapa masyarakat begitu antusias terhadap teknologi ponsel layar lipat ini? Padahal smartphone dengan layar lipat tidak bisa sepenuhnya menggunakan kaca pada bagian layar, sehingga risikonya lebih tinggi.
Jauh hari sebelum kehadiran ponsel dengan sistem operasi Android atau iOS menguasai pasal dunia, masyarakat penggemar gadget sudah tidak asing dengan handphone yang dapat dilipat. Motorola StarTAC adalah salah satu leluhur ponsel lipat yang kemudian dianut oleh vendor-vendor lain seperti Nokia, BlackBerry, dan juga Samsung.
Meski Samsung masih menerapkan teknologi ponsel lipat di seri GT-E1272, namun antusiasme masyarakat pencinta gadget mulai beralih ke ponsel Android dan iOS setelah muncul teknologi layar sentuh. Sehingga ponsel buatan Samsung ini hanya digunakan untuk ponsel kedua.
Teknologi ponsel layar lipat mulai dilupakan masyarakat, dan mustahil rasanya menghadirkan teknologi ini di ponsel layar sentuh. Namun sejak hadirnya teknologi layar Amoled yang tipis dan dapat ditekuk, yang mana ini mustahil bagi layar IPS, timbul harapan untuk menciptakan ponsel layar lipat.
Pada 2018 muncul desas-desus bahwa sejumlah vendor teknologi raksasa seperti Samsung dan Huawei tengah merancang ponsel lipat mereka, namun The Royole Fexpai, perusahaan asal Cina, mencuri start dan memecahkan rekor dunia sebagai pencipta ponsel layar lipat pertama. Ponsel dengan nama FlexPai tersebut dirilis pada 31 Oktober 2018 lalu, namun sepertinya Royole terlalu ambisius sehingga ponselnya mendapat banyak kritikan dan dinilai belum matang.
Tak lama berselang, pada Februari 2019, Samsung dengan percaya diri mengenalkan ponsel layar lipatnya ke pasar global dengan nama Galaxy Fold. Ponsel futuristik ini meluncur di Indonesia pada Jumat, 13 Desember 2019 dengan harga Rp 30,8 juta. Harga yang lebih mahal berkali-kali dari sepeda motor matik.
<!--more-->
Kendati dibanderol dengan harga selangit, nyatanya masyarakat Indonesia cukup antusias. Ponsel layar lipat Samsung generasi pertama Samsung tersebut ludes dalam waktu setengah jam.
Vendor beken lain juga tak mau kalah, raksasa teknologi asal Cina, Huawei dan Xiaomi juga merilis ponsel layar lipat mereka, sayangnya kedua vendor ini sampai saat ini belum merilis secara resmi produk futuristik tersebut di tanah air.
Sementara Samsung secara getol terus meluncurkan ponsel layar lipatnya setiap tahun sejak kali pertama Galaxy Fold diluncurkan, dengan upgrade teknologi yang semakin matang Galaxy Fold telah mencapai generasi ketiga. Tak puas di lini Fold, Samsung juga meluncurkan seri Flip dengan ukuran yang lebih mini.
Generasi ketiga seri Fold dan generasi kedua seri Flip telah dirilis baru-baru ini dan mendapatkan sambutan hangat dari pencinta gadget di belahan dunia, termasuk Indonesia.
Selain teknologinya yang lebih matang, Samsung juga membanderol ponsel layar lipatnya jauh lebih murah dibandingkan dengan pendahulunya. Bahkan Galaxy Z Flip 3, penerus Galaxy Z Flip pertama yang dibanderol di angka Rp 20 jutaan di awal rilis, dipatok harga belasan juta saja.
Pertanyaannya adalah, Mengapa masyarakat begitu antusias terhadap teknologi ponsel layar lipat ini? Padahal secara ketahanan atau durability, ponsel konvensional lebih aman. Mengingat smartphone dengan layar lipat tidak bisa sepenuhnya menggunakan kaca pada bagian layar, sehingga risikonya lebih tinggi.
<!--more-->
Bagi pengguna tablet yang merasa keberatan menenteng perangkat tersebut saat bepergian, smartphone layar lipat seperti Z Fold jelas jadi alternatif yang menjanjikan. Pengalaman menggunakan ponsel sekaligus tablet dalam satu perangkat inilah yang kemudian membuat pencinta gadget rela membayar mahal, bahkan hingga menggelontorkan puluhan juta rupiah hanya untuk sebuah perangkat.
Pemilik kanal Youtube GadgetIn, salah satu kanal gadget ternama di Indonesia David Brandy, dalam video reviewnya mengatakan menggunakan Galaxy Z Fold 3 membuat dirinya serasa naik kelas, selain karena teknologinya yang masih jarang diterapkan, penampilan ponsel lipat juga dapat mencuri perhatian banyak.
Premis lain saat menggunakan ponsel lipat adalah dapat menghemat ruang. Dewasa ini vendor ponsel berlomba-lomba menghadirkan smartphone dengan layar lega di atas 6 inci ke atas, akibatnya ukuran ponsel juga bertambah besar.
Ukuran besar ini membuat ponsel jadi tidak nyaman saat dikantongi. Drama celana ketat saat mengantongi ponsel bisa diatasi dengan menggunakan ponsel layar lipat seperti Motorola Razr 5G dan Galaxy Z Flip 3, jika punya uang berlebih.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga: Mirip Galaxy Fold, Ponsel Lipat Google Pixel Fold Dikabarkan Rilis Tahun Ini