PR Indonesia Setelah KTT COP26: Batu Bara, Deforestasi dan Banyak Lainnya Lagi

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 6 November 2021 19:25 WIB

Presiden Jokowi tiba untuk menghadiri Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow, Skotlandia, Inggris, Senin, 1 November 2021. REUTERS/Phil Noble

TEMPO.CO, Jakarta – Pada Jumat, 5 November 2021 lalu, Greta Thunberg mengkritik Konfrensi Tingkat Tinggi atau KTT COP26 sebagai sebuah kegagalan’ Tak sendirian, Greta memprotes bersama dengan para pemuda dengan aksi berkumpul memenuhi jalan-jalan di sekitar Kawasan Glasgow, Skotlandia. Lantas, apa itu KTT COP26?

Melansir dari, ukcop26.org, COP26 merupakan konferensi mengenai perubahan iklim yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tahun ini, COP26 dilaksanakan pada 31 Oktober 2021 -12 November 2021 di Glasgow, Skotlandia dengan Inggris sebagai tuan rumahnya. Nama COP adalah akronim dari Conference of the Parties atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Konferensi Para Pihak.

Ide utama keberadaan konferensi ini yaitu menjadikan permasalahan iklim sebagai prioritas global yang harus diselesaikan bersama. Konferensi ini dihadiri oleh para pemimpin dunia dan dilaksanakan setiap tahunnya. Tahun 2021 merupakan tahun pelaksanaan COP yang ke-26, setelah diundur satu tahun karena pandemi. Sejak 1997, PBB telah mengumpulkan setiap negara di bumi untuk menghadiri KTT untuk membahas permasalahan iklim global.

Sebagaimana dilansir dari icctf.or.id, COP merupakan salah satu agenda penting guna menyelesaikan persoalan iklim di dunia. Konferensi ini merupakan bentuk komitmen setiap negara di dunia dalam menetapkan batas produksi emisi gas rumah kaca. Hal ini sekaligus melanjutkan implementasi Perjanjian Paris dengan tujuan utama mengurangi pemanasan global hingga tidak melebihi 2 derajat celcius dengan tingkat ideal mencapai 1,5 celcius. Di samping negara-negara berkomitmen meningkatkan pendanaan aksi iklim.

Bagi Indonesia, keberadaan COP26 ini membantu komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan deforestasi dan lahan gambut. Dikutip dari ppid.menlhk.go.id, saat ini Indonesia memiliki target awal untuk mengurangi emisi sebanyak 29 persen.

Advertising
Advertising

Siti Nurbaya selaku Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia mengungkapkan bahwa Indonesia mulai mengurangi penggunaan batu bara secara bertahap hingga 60 persen pada tahun 2050. Ditargetkan pada 2070 Indonesia menuju kondisi tanpa emisi netto.

NAOMY A. NUGRAHENI

Baca: Indonesia dan 100 Negara Sepakat Hentikan Deforestasi di KTT COP26

Berita terkait

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

21 jam lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

1 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara

4 hari lalu

Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara

Brigadir RA ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala di dalam mobil Alphard di sebuah rumah di Mampang.

Baca Selengkapnya

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

4 hari lalu

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

Amerika Serikat diklaim mendukung penundaan kebijakan UU Anti Deforestasi Uni Eropa yang dianggap merugikan sawit Indonesia.

Baca Selengkapnya

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

8 hari lalu

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

KLHK memasukkan sektor kelautan ke dalam dokumen Second NDC Indonesia. Potensi mangrove dan padang lamun ditonjolkan.

Baca Selengkapnya

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

8 hari lalu

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

Setiap negara bebas memilih untuk mengurangi gas rumah kaca yang akan dikurangi atau dikelola.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

9 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

13 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

13 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya