Viral Hujan Es Sebesar Bola Tenis di Prancis, Apa Kata BMKG?

Rabu, 8 Juni 2022 20:59 WIB

Hujan es di Prancis pada 4 Juni 2022. Twitter

TEMPO.CO, Jakarta - Pada tanggal 22 Mei dan 4 Juni 2022 dilaporkan adanya hujan es di Prancis dengan ukuran yang tidak biasa, yaitu sebesar bola tenis. Badan meteorologi, Association Météo Centre, membuat cuitan di Twitter yang memperlihatkan video saat butiran es besar tersebut mendarat di tanah. Pernah melihat bola tenis mental saat mengenai tanah? Nah, seperti itulah yang terekam pada video.

Selain itu, cuitan juga memperlihat beberapa mobil yang kacanya pecah akibat kejatuhan es besar tersebut. Bahkan, untuk lebih meyakinkan, juga dimuat foto sebuah es berdampingan dengan bola tenis dan meteran untuk mengukur panjang es.

“Foto-foto menakjubkan dari hujan es yang jatuh pada Minggu malam di Châteauroux dan sekitarnya (Le Poinçonnet, Ste-Fauste, Neuillay-les-Bois). Ukurannya sebesar bola tenis, bahkan sampai di 8cm!” bunyi cuitan tertanggal 23 Mei 2022 tersebut.

Di Indonesia, kabar adanya hujan es sudah beberapa kali terjadi. Namun, dari segi ukuran hanyalah sebesar kelereng besar. Adakah kemungkinan hujan es berukuran bola tenis jatuh di wilayah Indonesia?

Ida Purwani, Subkoordinator Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menjelaskan mengenai kemungkinan tersebut. Menurutnya, hujan es tidak hanya terjadi di negara subtropis, tetapi dapat juga terjadi di daerah ekuator seperti di Indonesia.

Advertising
Advertising

“Di Indonesia, fenomena hujan es dapat berlangsung dalam durasi yang singkat, biasanya tidak lebih dari 10 menit. Hujan es di wilayah Indonesia biasanya lebih sering terjadi pada musim transisi atau peralihan, baik dari musim kemarau ke musim hujan (September-November) atau dari musim hujan ke musim kemarau (Maret-Mei),” tulis Ida lewat pesan singkat, Rabu, 8 Juni 2022.

Ida mengatakan hujan es merupakan salah satu endapan yang terdiri dari es padat yang terbentuk dari awan cumulonimbus. Hujan es terbentuk saat uap air yang ada di dalam awan cumulonimbus menjadi tetesan air kecil yang kemudian terdorong ke atas akibat pengangkatan dalam awan ke lingkungan yang sangat dingin (suhu < 0 °C) sehingga membeku menjadi bola es kecil yang disebut embrio hujan es.

Embrio hujan es kemudian akan saling bertabrakan dan bersatu sehingga ukurannya menjadi lebih besar (suhu -15 hingga -20 °C). Hujan es kemudian turun ketika aliran udara naik pada awan tidak dapat lagi menopang berat es atau gaya dorong ke atas melemah sehingga bola es jatuh akibat gaya gravitasi ke permukaan bumi.

Fenomena hujan es dapat terjadi karena dipicu oleh adanya pola konvektivitas di atmosfer dalam skala lokal-regional yang signifikan. Hujan es dapat terbentuk dari sistem awan konvektif jenis Cumulonimbus (Cb) yang umumnya memiliki dimensi menjulang tinggi yang menandakan bahwa adanya kondisi labilitas udara signifikan dalam sistem awan tersebut sehingga dapat membentuk butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar.

Besarnya dimensi butiran es dan kuatnya aliran udara turun dalam sistem awan CB atau yang dikenal dengan istilah downdraft dapat menyebabkan butiran es dengan ukuran yang cukup besar yang terbentuk di puncak awan Cb tersebut turun ke dasar awan hingga keluar dari awan dan menjadi fenomena hujan es.

Kecepatan downdraft dari awan Cb yang signifikan dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara, dan bahkan ketika sampai jatuh ke permukaan bumi pun masih dalam berbentuk butiran es yang dikenal dengan fenomena hujan es.

Ida menjelaskan hujan es dapat terbentuk akibat kondisi atmosfer yang tidak stabil, aliran udara ke atas (updraft) yang kuat, serta lapisan pembekuan (freezing level) yang lebih rendah.

“Hujan es lebih sering terjadi di lintang menengah dengan ukuran yang lebih besar akibat dari lapisan pembekuan yang lebih rendah (<3.400 m) daripada di daerah tropis (4.500-5.000 m). Selain itu, kondisi atmosfer di daerah tropis relatif lebih hangat di lapisan atas sehingga hujan es lebih jarang terjadi,” jelas Ida mengenai penyebab ukuran es di Prancis hingga sebesar bola tenis.

Menurutnya, kecil kemungkinan ukuran tersebut dapat terjadi di wilayah Indonesia. “Kondisi atmosfer yang lebih hangat yang membuat es akan mencair lebih dahulu di atmosfer sehingga ukurannya menjadi lebih kecil. Meski demikian hujan es tetap perlu diwaspadai, selain ukuran yang lebih besar, kecepatan jatuh es juga mempengaruhi daya rusak hujan es tersebut,” jelasnya.

Baca:
Badai Landa Prancis, Eiffel Disambar Petir

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Laut Jawa dan Samudra Hindia

11 jam lalu

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Laut Jawa dan Samudra Hindia

Potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah Indonesia dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran.

Baca Selengkapnya

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

11 jam lalu

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.

Baca Selengkapnya

Dasarian Pertama Mei, Hujan Diprediksi Berkurang di Separuh Wilayah Jawa Barat

16 jam lalu

Dasarian Pertama Mei, Hujan Diprediksi Berkurang di Separuh Wilayah Jawa Barat

Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat memprakirakan 52,1 persen wilayah berkategori hujan rendah.

Baca Selengkapnya

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

1 hari lalu

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

Garut dan sebagian wilayah di Jawa Barat kembali digoyang gempa pada Rabu malam, 1 Mei 2024. Buat Garut ini yang keempat kalinya sejak Sabtu lalu.

Baca Selengkapnya

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

1 hari lalu

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

Gempa bumi M4,2 mengguncang Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. BPBD Kabupaten Bandung mengecek informasi kerusakan akibat gempa.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

1 hari lalu

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

BMKG melaporkan gempa berkekuatan M4,2 di Kabupaten Bandung. Ditengarai akibat aktivitas Sesar Garut Selatan. Tidak ada laporan kerusakan.

Baca Selengkapnya

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

1 hari lalu

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

BMKG mengawasi kondisi muka air di sekitar pulau Gunung Ruang secara ketat. Antisipasi jika muncul tsunami akibat luruhan erups.

Baca Selengkapnya

Hari Pertama Mei 2024, BMKG Perkirakan Sebagian Jakarta Hujan Saat Siang

1 hari lalu

Hari Pertama Mei 2024, BMKG Perkirakan Sebagian Jakarta Hujan Saat Siang

Jakarta diprediksi cenderung berawan hari ini, Rabu, 1 Mei 2024. Sejumlah wilayah berpeluang hujan siang nanti.

Baca Selengkapnya

Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate

1 hari lalu

Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate

BMKG mencatat kejadian gempa bumi dengan kekuatan M5,5 di wilayah Maluku Utara. Pusat gempa di laut, dipicu deformasi batuan Lempeng Laut Maluku.

Baca Selengkapnya

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

2 hari lalu

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

Lokasi sumber gempa lebih dekat dengan daratan sehingga potensi untuk merusak lebih besar

Baca Selengkapnya