Kemasan Unilever, Indofood, dan Mayora Penyumbang Pencemaran Sampah Plastik Terbanyak

Selasa, 26 Juli 2022 08:50 WIB

Aktvis lingkungan membawa poster dari sampah plastik saat pawai bebas plastik pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Kawasan Sudirman, Jakarta, Ahad, 24 Juli 2022. Pawai yang diinisiasi oleh sejumlah organisasi lingkungan tersebut merupakan salah satu bentuk kampanye menyadarkan masyarakat dan produsen kemasan saset agar tidak menggunakan plastik sekali pakai karena sulit diurai. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Kegiatan brand audit diselenggarakan untuk mengetahui siapa produsen merek kemasan plastik yang paling banyak menjadi penyumbang pencemaran sungai, pantai, dan lingkungan lainnya di Indonesia.

Swietenia Puspa Lestari dari Divers Clean Action (DCA) mengatakan, kegiatan brand audit ini membuahkan hasil yang memuaskan. Kegiatan yang dilakukan di 11 titik pantai Indonesia menunjukkan bahwa produsen Unilever, Indofood, dan Mayora menjadi tiga besar penyumbang pencemaran sampah kemasan plastik sekali pakai. Pawai Bebas Plastik juga menyatakan bahwa sampah plastik sekali pakai terbanyak adalah jenis kemasan saset yang berjumlah 79,7 persen dari total temuan sampah plastik lainnya.

“Sampah kemasan saset masih menjadi beban dalam lingkungan karena mengingat bahwa jenis kemasan ini susah untuk didaur ulang. Dalam laporan yang berjudul Throwing Away the Future, Greenpeace menyatakan bahwa Asia Tenggara menjadi pangsa pasar sekitar 50 persen. Lalu, terdapat sebuah prediksi bahwa jumlah kemasan saset yang terjual akan mencapai 1,3 triliun pada 2027, mendatang,” ujar Puspa dalam pernyataan tertulisnya, Jumat 22 Juli 2022, sebagaimana dikutip teras.id .

Jaringan organisasi atau kelompok masyarakat yang tergabung dalam Break Free From Plastic telah melakukan brand audit lebih dahulu sejak 2018 sampai 2021. Hasilnya, membuktikan bahwa produsen fast moving consumer goods (FMCG), seperti Indofood, Mayora, Unilever, Danone, dan Wings menduduki peringkat puncak penyumbang pencemaran sampah kemasan di Indonesia.

Ghofar dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) juga mengatakan, peran produsen FMCG mengambil peran penting dalam krisis sampah plastik sekali pakai. Sebab, jika yang berupaya mengurangi sampah plastik sekali pakai hanyalah masyarakat (konsumen), itu tidak akan pernah cukup. Para produsen FMCG pun harus turut serta mengupayakan pengurangan sampah kemasan plastik sekali pakai untuk mengurangi pencemaran.

Advertising
Advertising

Saat ini, telah ada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 75/2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. Dalam Permen tersebut, produsen memiliki kewajiban untuk membuat dokumen peta jalan pengurangan sampah sampai 2030. Nantinya, peta ini berguna sebagai regulasi untuk mendorong perluasan tanggung jawab produsen atas krisis sampah plastik. Kendati demikian, publik tidak mendapatkan transparansi informasi isi dari dokumen peta jalan karena sikap tertutup produsen.

"Padahal, transparansi dari produsen tentang peta jalan pengurangan sampah menjadi salah satu indikator terpenting untuk membuktikan keseriusan dan tanggung jawabnya mengatasi krisis sampah plastik,” kata Ghofar.

Marsya Nurmaranti dari Indorelawan juga menambahkan bahwa gerakan Pawai Bebas Plastik akan melakukan pawai kembali secara luring (offline) pada Minggu, 24 Juli 2022. Pawai ini memiliki tujuan agar pesan yang mereka bawa dan mendorong rasa tanggung jawab produsen FMCG atas sampah jenis kemasan saset yang menjadi penyumbang pencemaran lingkungan di Indonesia. Selain itu, pawai ini juga membawa pesan agar produsen FMCG dapat bersikap terbuka atas rencana pengurangan sampah kepada publik.

"Konferensi pers hari ini sebagai rangkaian dari pawai bebas plastik 2022 dan puncaknya akan melakukan pawai bersama dengan 200 relawan dari Bundaran Hotel Indonesia menuju kawasan Dukuh Atas bersama dengan monster ular saset,” kata Marsya.

Pada kegiatan brand audit yang telah dilakukan oleh 231 relawan gerakan Pawai Bebas Plastik menunjukkan peringkat terbanyak produsen FMCG yang menjadi penyumbang pencemaran. Peringkat pertama diduduki oleh Indofood (504 buah sampah). Peringkat kedua diduduki oleh Unilever Indonesia (216 buah sampah) dan Mayora Indah berada pada peringkat ketiga (164 buah sampah).

RACHEL FARAHDIBA R

Baca: Sampah Sachet dari 5 perusahaan Cemari Perairan Jakarta

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

11 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

Sempat Diboikot terkait Israel, Unilever Indonesia Sebut Kinerja Perusahaan Membaik

11 hari lalu

Sempat Diboikot terkait Israel, Unilever Indonesia Sebut Kinerja Perusahaan Membaik

Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap menyatakan kinerja perusahaan tersebut saat ini membaik. Sempat diterpa boikot, diduga terkait Israel

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

11 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

11 hari lalu

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

PT Unilever Indonesia Tbk. meraup laba bersih Rp 1,4 triliun pada kuartal pertama tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

12 hari lalu

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

Unilever Indonesia mengaku tak terlalu terdampak dengan pelemahan rupiah karena mayoritas bahan baku mereka berasal dari dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Keluhkan Rp 180 Triliun Hilang karena Pengobatan ke Luar Negeri, Es Krim Magnum Mengandung Plastik dan Logam

12 hari lalu

Terkini: Jokowi Keluhkan Rp 180 Triliun Hilang karena Pengobatan ke Luar Negeri, Es Krim Magnum Mengandung Plastik dan Logam

Presiden Jokowi mengeluhkan hilangnya Rp 180 triliun devisa karena masyarakat berobat ke luar negeri. Es krim Magnum ditarik karena mengandung plastik

Baca Selengkapnya

Unilever Tarik Es Krim Magnum di Inggris dan Irlandia dari Peredaran, Begini Penjelasan BPOM soal Produk Itu di RI

12 hari lalu

Unilever Tarik Es Krim Magnum di Inggris dan Irlandia dari Peredaran, Begini Penjelasan BPOM soal Produk Itu di RI

BPOM angkat bicara soal keamanan produk es krim Magnum yang beredar di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Koalisi Desak Pemimpin ASEAN Sukseskan Perjanjian Plastik Global untuk Akhiri Pencemaran

17 hari lalu

Koalisi Desak Pemimpin ASEAN Sukseskan Perjanjian Plastik Global untuk Akhiri Pencemaran

TEMPO, Jakarta- Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mendesak pemimpin ASEAN untuk mengambil sikap tegas dalam negosiasi yang sedang berlangsung untuk mengembangkan instrumen hukum internasional yang mengikat demi mengatasi pencemaran plastik, termasuk di lingkungan laut.

Baca Selengkapnya

Buka Puasa Bersama Media, Indofood Kenalkan Es Krim Rasa Chiki Balls Keju

38 hari lalu

Buka Puasa Bersama Media, Indofood Kenalkan Es Krim Rasa Chiki Balls Keju

Hadir kejutan manis dari Indofood Ice Cream yang membuat acara semakin meriah.

Baca Selengkapnya

Terkini: PUPR Sebut Pembangunan IKN Gerudukan dan Was-was Diperiksa BPK, KFC dan Burger King hingga Popeyes Tebar Promo Paket Berbuka Puasa

45 hari lalu

Terkini: PUPR Sebut Pembangunan IKN Gerudukan dan Was-was Diperiksa BPK, KFC dan Burger King hingga Popeyes Tebar Promo Paket Berbuka Puasa

Direktur Bina Penataan Bangunan Kementerian PUPR Cakra Nagara mengatakan pembangunan IKN dilakukan gerudukan dan khawatir dengan pemeriksaan BPK.

Baca Selengkapnya