Reaksi Kimia Gas Air Mata, Ini yang Mungkin Dialami Korban Tragedi Kanjuruhan

Senin, 3 Oktober 2022 11:05 WIB

Sejumlah penonton membawa rekannya yang pingsan akibat sesak nafas terkena gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan saat kericuhan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu, 1 Oktober 2022. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan senjata gas air mata oleh aparat kepolisian dalam pengendalian massa suporter di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu 1 Oktober 2022, mendapat sorotan luas. Seperti diketahui lebih dari seratus orang tewas dalam tragedi Kanjuruhan tersebut.

Aturan FIFA sebenarnya telah melarang penggunaan senjata jenis itu dalam stadion. Sven-Eric Jordt, seorang dokter anestesi di Duke University, AS, juga pernah mengungkap perhatian yang sama dari penggunaan gas air mata, dikutip dari situs Scientific American yang terbit akhir 2018.

Jordt menerangkan, bahan aktif kimia ini jarang yang mematikan. Tapi, efek kematian bisa didapat dalam kasus-kasus di mana gas air mata ini digunakan secara tidak tepat--seperti kalengnya yang ditembakkan mengarah langsung ke tengah kerumunan dan menyebabkan luka di kepala. Atau ditembakkan ke ruangan yang terbatas di mana kerumunan orang-orang tak bisa menghindarinya.

Anak-anak, menurut Jordt, berisiko tinggi terluka karena senjata ini karena ukuran tubuh yang lebih kecil. "Mereka lebih pendek, dan konsentrasi gas air mata ini semakin dekat permukaan semakin tinggi," katanya sambil menambahkan anak-anak juga memiliki bidang tubuh dan paru-paru yang lebih kecil, "sehingga potensi terluka lebih besar."

Apa yang dialami para korban di Kanjuruhan bisa dipahami dari penuturan lebih jauh oleh Jordt di situs tersebut. Menurutnya, sebelum menyebabkan air mata, sesak napas dan lendir mengalir, gas air mata memberikan efek bakar atau panas. Gas itu menyebabkan pedih di mata, kulit, paru-paru dan mulut--atau di manapun yang terkena kontak dengannya.

Advertising
Advertising

"Rasanya bisa berlebihan dan melumpuhkan. Anda bisa dipaksa menutup mata dan tidak bisa membukanya," katanya. Baru setelahnya memicu batuk-batuk dan mual dan muntah-muntah.

Gas Air Mata Bukanlah Gas

Apa yang menyebabkan bahan-bahan kimia ini hingga bisa memiliki efek merusak seperti itu pada tubuh manusia? Jordt yang telah meneliti gas air mata selama lebih dari satu dekade saat artikel itu diterbitkan menjelaskan bahwa gas air mata bukanlah nama yang tepat untuk jenis senjata ini.

Secara teknis, dia menuturkan, yang dimaksud dengan gas air mata ini bukanlah gas, melainkan serbuk yang menyebar di udara sebagai butiran yang halus. "Saya pikir gas air mata adalah gas yang menyakitkan," katanya menambahkan. "Karena dia secara langsung mengaktivasi reseptor-reseptor saraf yang membuat kita bisa merasakan sakit."

Secara spesifik, seluruh agen kimia gas air mata mengaktivasi satu dari dua reseptor rasa sakit, TRPA1 atau TRPV1, dan bisa diklasifikasi ke dalam dua kategori besar berdasarkan reseptor mana yang dipicu.

Kategori pertama Gas Air Mata: Lebih keras

Kategori pertama, zat aktifnya yang memicu TRPA1, mencakup bahan kimia yang disebut gas CS atau 2-chlorobenzalmalonitrile. Penegak hukum di Amerika Serikat termasuk yang menggunakan jenis ini.

Bahan kimia yang digunakan adalah senyawa yang mengandung klorin yang disemburkan ke dalam udara sebagai partikulat halus. Mereka, kata Jordt, menyebar dan mengendap di kulit atau pakaian dan bisa bertahan untuk beberapa waktu. "Partikel secara kimiawi bereaksi dengan protein dan biomolekul pada tubuh manusia yang dapat menyebabkan sensasi rasa terbakar yang parah," katanya.

Gas CS adalah yang paling umum dari zat aktif gas air mata pemicu saraf TRPA1 ini. Namun, belakangan, berkembang senyawa kimia yang lebih baru daripada gas CS. "Ada versi yang lebih tinggi konsentrasinya yang disebut CS2 atau ada yang menyebutnya CX," kata Rohini Haar, dokter di organisasi Physicians for Human Rights dan peneliti di University of California, Berkeley, AS.

Dia menerangkan, gas CS2 dibuat mengandung silikon sehingga bisa bertahan lebih lama di udara dan tidak cepat terurai. Hasilnya, gas air mata yang lebih berbahaya yang efeknya di tubuh bisa lebih panjang sampai beberapa hari.

Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam, 1 Oktober 2022. Polda Jatim mencatat jumlah korban jiwa dalam kerusuhan tersebut sementara sebanyak 127 orang. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

Ada dua agen kimia pemicu saraf TRPA1 lainnya yang biasa digunakan untuk pengendalian kerusuhan massa: gas CR (dibenzoxazepine) dan gas CN (chloroacetophenone, juga digunakan untuk menyemprot beruang). Keduanya memiliki efek lebih kuat daripada gas CS.

Jordi mengungkapkan adanya laporan penggunaan kedua bahan aktif itu, bersama gas CS, dalam penanganan demo-demo Arab Spring. "Dalam periode Arab Spring dilaporkan banyak kasus kelahiran prematur dari para perempuan hamil yang terpapar gas air mata. Kemungkinan karena syok dan stress dan paparan bahan kimia."

Kategori Kedua Gas Air Mata: Larutan Cabai

Kategori kedua dari agen gas air mata adalah semprotan cabe dan mengaktivasi reseptor rasa sakit TRPV1. Yang ini kebanyakan diturunkan dari capsaicin, senyawa yang membuat cabai pedas. Ada dua senyawa yang biasa digunakan dalam kategori ini: gas OC (larutan pekat dari capsaicin alami) dan PAVA, campuran capsaicin sintetis, juga digunakan petugas hukum di AS.

"Gas air mata kategori ini memiliki reaksi kimia atau alergi lebih sedikit," kata Haar. Dia menambahkan, "Tapi ini bisa menyebabkan kerusakan pada kornea mata jika menembakkannya langsung ke arah mata."

Efek jangka panjang dari paparan jenis-jenis gas air mata itu belum diketahui secara jelas.

Baca juga:
Dosen Ilmu Kesehatan Ini Sesalkan Penggunaan Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan, Jelaskan Cara Hilangkan Efeknya


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

1 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

4 hari lalu

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

Kisah cinta dengan kalangan chaebol juga dialami sejumlah aktris Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

5 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

4 Rudal Iran yang Diwaspadai Amerika dan Sekutunya

9 hari lalu

4 Rudal Iran yang Diwaspadai Amerika dan Sekutunya

Iran memiliki kapasitas teknis dan industri untuk mengembangkan rudal jarak jauh, termasuk Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) atau Rudal Balistik Antarbenua.

Baca Selengkapnya

Kisah Amerika Bantu Iran Kembangkan Nuklir

9 hari lalu

Kisah Amerika Bantu Iran Kembangkan Nuklir

Iran menjadi salah satu negara yang mengembangkan nuklir. Ada jasa Amerika dalam hal itu.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia Antarklub 2025 Pakai Format Baru: Ini 24 Tim yang Sudah Lolos, Slot UEFA Sudah Terpenuhi

10 hari lalu

Piala Dunia Antarklub 2025 Pakai Format Baru: Ini 24 Tim yang Sudah Lolos, Slot UEFA Sudah Terpenuhi

Piala Dunia Antarklub 2025 alias FIFA Club World Cup 2025 akan memakai format baru, diikuti 32 tim. Ini daftar yang sudah lolos.

Baca Selengkapnya

Legenda Sepak Bola Jerman dan Klub Eintracht Frankfurt, Bernd Holzenbein Meninggal di Usia 78 Tahun

10 hari lalu

Legenda Sepak Bola Jerman dan Klub Eintracht Frankfurt, Bernd Holzenbein Meninggal di Usia 78 Tahun

Bernd Holzenbein menjadi bagian dari generasi emas sepak bola Jerman yang menjadi juara Piala Dunia 1974.

Baca Selengkapnya

FIFA Jatuhi Sanksi Larangan Transfer Pemain untuk PSM Makassar dan PSS Sleman, Susul Persija Jakarta

11 hari lalu

FIFA Jatuhi Sanksi Larangan Transfer Pemain untuk PSM Makassar dan PSS Sleman, Susul Persija Jakarta

PSM Makassar dan PSS Sleman menyusul Persija Jakarta serta empat klub Indonesia lainnya yang terkena hukuman FIFA soal larangan transfer pemain.

Baca Selengkapnya

Setahun Lalu Kisruh Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Ganjar dan Wayan Koster Menolak

12 hari lalu

Setahun Lalu Kisruh Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Ganjar dan Wayan Koster Menolak

Piala Dunia U-20 2023 gagal dilaksanakan di Indonesia. Pro-kontra terus terjadi hingga akhir Maret 2023, Ganjar dan Wayan Koster di barisan penolak.

Baca Selengkapnya

FIFA Rilis Daftar 5 Calon Bintang di Piala Asia U-23 2024, Ada Nama Rizky Ridho

14 hari lalu

FIFA Rilis Daftar 5 Calon Bintang di Piala Asia U-23 2024, Ada Nama Rizky Ridho

FIFA memuji kepemimpinan Rizky Ridho yang diprediksi akan berperan penting dalam performa Timnas U-23 Indonesia di Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya