Twitter Hentikan Kebijakan Informasi COVID-19 yang Menyesatkan

Kamis, 8 Desember 2022 18:00 WIB

Elon Musk. REUTERS/Dado Ruvic

TEMPO.CO, Jakarta - Twitter secara diam-diam menuliskan pembaharuan dalam halaman websitenya bahwa mulai 23 November 2022, pihaknya berhenti memberlakukan kebijakan informasi COVID-19 yang menyesatkan. Di bawah pimpinan Elon Musk, langkah tersebut dilakukan di tengah kekhawatiran akan kemampuan Twitter untuk melawan informasi yang salah. Hal ini juga terjadi setelah Twitter memecat sekitar setengah dari stafnya, termasuk mereka yang terlibat dalam moderasi konten.

Moderasi konten itu sendiri adalah menyaring dan mengatur konten yang muncul di laman suatu platform. Sampai saat ini, perusahaan tidak segera menanggapi permintaan untuk membagikan lebih banyak informasi mengenai kebijakan tersebut.

Kebijakan dan sikap moderasi konten platform media sosial terhadap informasi yang salah sangat penting untuk membendung misinformasi. Kebijakan yang meniadakan moderasi konten yang kuat di Twitter cenderung membuat algoritma kurasi dan rekomendasi konten yang meningkatkan penyebaran misinformasi, dengan meningkatkan efek ruang gema.

Padahal, media sosial seperti Twitter memainkan peran gatekeeping (menjaga gawang) dengan cara menggabungkan, menyusun, dan memperkuat konten. Ini berarti perhatian netizen mudah teralihkan kepada informasi yang salah tentang topik yang memicu emosi, misalnya, vaksin. Oleh karena itu, para peneliti dan pakar kesehatan masyarakat sangat menyayangkan perihal dampak potensial atas keputusan Twitter untuk tidak lagi menegakkan kebijakan misinformasi COVID-19.

“Saya percaya bahwa mengurangi moderasi konten adalah langkah signifikan ke arah yang salah, terutama mengingat perjuangan berat yang dihadapi platform media sosial dalam memerangi misinformasi dan disinformasi. Dan taruhannya sangat tinggi dalam memerangi misinformasi medis.” tulis Anjana Susarla dalam The Conversation.

Advertising
Advertising

Sebelumnya, terdapat banyak bukti bahwa misinformasi terkait COVID-19 di media sosial dapat mengurangi penggunaan vaksin. Pakar kesehatan masyarakat telah memperingatkan kemajuan menuju kekebalan kawanan (herd immunity) juga terhambat oleh misinformasi di media sosial. Selain itu, misinformaasi pun turut melemahkan kemampuan masyarakat untuk menangani varian baru COVID-19.

Pada 2021, seorang penasihat Surgeon General (Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat) AS mengidentifikasi bahwa kebijakan moderasi konten platform media sosial perlu memperhatikan desain algoritma rekomendasi, memprioritaskan deteksi dini misinformasi dan memperkuat informasi dari sumber informasi kesehatan online yang kredibel.

REUTERS



Berita terkait

Starlink Masuk Indonesia, Akan Ancam Penyedia Internet Lokal?

1 hari lalu

Starlink Masuk Indonesia, Akan Ancam Penyedia Internet Lokal?

Starlink bakal meramaikan persaingan dalam bisnis jasa Internet di Indonesia, namun Menkominfo menjamin tak merusak pasar pemain lokal.

Baca Selengkapnya

Luhut Punya Kabar Baru Soal Rencana Investasi Tesla di Indonesia

2 hari lalu

Luhut Punya Kabar Baru Soal Rencana Investasi Tesla di Indonesia

Selain Indonesia, ada negara-negara lain yang membujuk Tesla untuk berinvestasi.

Baca Selengkapnya

Cerita Pemuda Asal Bandung Gunakan Starlink: Unlimited dan Lebih Stabil

2 hari lalu

Cerita Pemuda Asal Bandung Gunakan Starlink: Unlimited dan Lebih Stabil

Melalui situs resminya, Starlink mematok harga layanan internet sebesar Rp 750 ribu per bulan.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

3 hari lalu

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

Terpopuler: Perjalanan bisnis sepatu Bata yang sempat berjaya hingga akhirnya tutup, kawasan IKN kebanjiran.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

3 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Layanan Internet Starlink Sudah Bisa Dipesan, Biaya Langganan Rp750 Ribu per Bulan

3 hari lalu

Layanan Internet Starlink Sudah Bisa Dipesan, Biaya Langganan Rp750 Ribu per Bulan

Perusahaan penyedia jasa telekomunikasi dan layanan internet milik Elon Musk, Starlink mulai menawarkan layanannya untuk masyarakat di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

5 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Izin Operasi Starlink Rampung, Kominfo: Kecil Peluang Masuk Jakarta

5 hari lalu

Izin Operasi Starlink Rampung, Kominfo: Kecil Peluang Masuk Jakarta

Kominfo akhirnya mengizinkan masuknya layanan Starlink ke Indonesia. Bukan untuk kota besar, Starlink didorong masuk ke wilayah terisolir.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

5 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Luhut Sebut Starlink Milik Elon Musk Diluncurkan di RI Dua Pekan Lagi, Akan Diumumkan di Bali

5 hari lalu

Luhut Sebut Starlink Milik Elon Musk Diluncurkan di RI Dua Pekan Lagi, Akan Diumumkan di Bali

Menteri Luhut menyebutkan layanan internet berbasis satelit Starlink bakal diluncurkan dalam dua pekan ke depan atau pertengahan Mei 2024.

Baca Selengkapnya