Harapan sejumlah ilmuwan India dan Jerman untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan menyimpannya di dasar samudra tampaknya telah pupus. Eksperimen kontroversial dengan membuang ratusan ton pupuk besi ke Samudra Selatan tidak menunjukkan hasil sesuai dengan harapan.
Dalam eksperimen ini, para ilmuwan itu memupuk satu kawasan samudra seluas 300 kilometer persegi dengan menumpahkan enam ton larutan besi ke dalam pusat sebuah pusaran air. Sesuai dengan perkiraan, pupuk menstimulasi pertumbuhan fitoplankton atau ganggang plankton kecil.
Ketika merancang eksperimen tersebut, para ilmuwan berharap lonjakan pertumbuhan fitoplankton akan menyerap karbon dioksida di atmosfer, gas rumah kaca yang dianggap bertanggung jawab atas perubahan iklim. Ketika tumbuhan rendah ini mati, karbon dioksida akan ikut terbenam di dasar laut.
Hasil eksperimen ternyata berbicara lain. Para ilmuwan dari National Institute of Oceanography (NIO), India dan Alfred Wegener Institute (AWI), Jerman, tidak memperhitungkan bahwa fitoplankton tersebut bakal dilahap zooplankton krustasea.
"Proyek Lohafex telah memberi pemahaman baru tentang bagaimana fungsi ekosistem samudra," kata keterangan tertulis AWI yang dipublikasikan Senin lalu. "Tetapi studi itu memupus harapan tentang potensi Samudra Selatan untuk menyerap karbon dioksida (CO2) dalam jumlah besar dari samudra dan menghambat pemanasan global."
Dalam keterangan itu, AWI menyatakan proyek pemupukan besi sebelumnya jauh lebih sukses karena mereka menggunakan alga yang dilindungi oleh cangkang keras, tetapi tidak tumbuh subur di Samudra Selatan. Eksperimen ini adalah satu dari beberapa skema yang dinamai geo-engineering.
TJANDRA DEWI| AFP