Antisipasi Kemarau Kering dan Karhutla 2023, BMKG Perkuat Koordinasi di Riau
Reporter
Maria Fransisca Lahur
Editor
Erwin Prima
Selasa, 7 Februari 2023 15:26 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkuat koordinasi dengan pemerintah Provinsi Riau untuk mengantisipasi potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat musim kemarau nanti.
BMKG telah memprediksi adanya musim kemarau di tahun 2023 yang jauh lebih kering jika dibandingkan dengan periode tiga tahun terakhir, yaitu 2020-2022.
"Diperkirakan Februari pada minggu keempat kemarau yang pertama, kemudian Maret April hujan lagi, kemudian Mei mengering, Juni sampai September itu kemarau kering," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat bertemu Gubernur Riau Syamsuar di Riau baru-baru ini.
Menurut Dwikorita, kondisi cuaca yang kering ini mengakibatkan potensi karhutla semakin mudah terjadi, sehingga pencegahan harus dilakukan sejak dini sebagai bentuk antisipasi.
Dwikorita juga menjelaskan, jika karhutla terjadi, maka akan semakin sulit dipadamkan karena kemarau kering. Apalagi, karakter tanah gambut yang mengandung bahan bakar berupa sisa tumbuhan sampai di bawah permukaan tanah. Sehingga jika terjadi kebakaran, api akan menjalar di bawah permukaan tanah secara lambat dan sulit dideteksi, serta menimbulkan asap tebal.
"Kebakaran yang terjadi di lahan gambut sulit dipadamkan sehingga bisa berlangsung berhari-hari. Api yang berada di bawah permukaan tanah akan sulit dideteksi pergerakannya. Karenanya butuh pencegahan sejak dini," jelasnya.
Ia juga memaparkan hasil monitoring BMKG terhadap suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur saat ini menunjukkan intensitas La Nina yang terus melemah dengan indeks per Januari 2023 dasarian pertama sebesar -0,80 dan pada dasarian kedua sebesar -0.65.
Kondisi La Nina diprediksi akan terus melemah dan beralih menuju kondisi ENSO (El Nino-Southern Oscillation) Netral pada Februari–Maret 2023. Kondisi ENSO Netral diprediksi akan terus bertahan hingga pertengahan tahun 2023.
Sedangkan untuk semester kedua tahun 2023 yang akan datang, lanjut Dwikorita, terdapat peluang sekitar 40-50 persen kondisi ENSO Netral akan bertahan hingga akhir tahun. Di sisi lain, juga terdapat peluang yang relatif sama bahwa kondisi ENSO Netral akan berkembang menjadi El Nino lemah terutama setelah periode Juni-Juli-Agustus 2023.
Dwikorita menjelaskan bahwa hingga enam bulan ke depan, BMKG memprediksi curah hujan bulanan akan didominasi oleh kategori normal, meskipun secara volume curah hujan bulanan tahun 2023 ini relatif menurun dibandingkan curah hujan bulanan selama tiga tahun terakhir, yaitu 2020-2022.
Adapun curah hujan bulanan kategori di atas normal berpeluang terjadi di Sumatra bagian utara, Kalimantan bagian timur dan utara pada Februari dan Maret 2023, di Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Maluku dan Maluku Utara pada Februari 2023, dan Papua bagian tengah dan selatan pada Juni 2023.
Sedangkan curah hujan kategori bawah normal berpeluang terjadi di sebagian Sumatra bagian tengah, sebagian Kalimantan bagian tengah, sebagian Sulawesi bagian tengah dan sebagian kecil Papua pada Februari-Maret 2023 dan sebagian besar Sumatera dan Jawa pada Mei dan Juni 2023.
Sementara itu, Gubernur Riau Syamsuar berharap pada musim kemarau mendatang tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau. Pemprov Riau telah mempersiapkan berbagai kemungkinan untuk menghadapi potensi terjadinya karhutla.
Turut hadir mendampingi Kepala BMKG dalam audiensi bersama Gubernur Riau, yaitu Plt. Deputi Bidang Klimatologi Dodo Gunawan, Kepala Balai Besar Wilayah I Hendro Nugroho, Kepala Stasiun Sultan Syarif Kasim II Ramlan, Kepala Stasiun Klimatologi Riau Ayi Sudrajat dan Plt. Kepala Stasiun Meteorologi Rengat Dirjo Waluyo.
Baca:
Kemarau Tahun Ini Lebih Kering, BMKG: Mudah Kebakaran Hutan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.