Spesies Dilindungi Makin Banyak, Akademisi IPB: Keberhasilan Konservasi Masih Terus Dipertanyakan

Kamis, 18 Mei 2023 08:15 WIB

Banteng jawa (Bos javanicus) liar mencari makan di ladang pengembalaan, kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Pandeglang, Banten, Rabu 25 Mei 2022. Banteng jawa merupakan salah satu dari tiga satwa mamalia yang dilindungi secara prioritas keberadaannya di kawasan tersebut selain badak jawa dan owa jawa . ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB) Rineksi Soemakdi mengatakan bahwa pemerintah perlu melakukan upaya-upaya peningkatan pengelolaan keanekaragaman hayati di luar kawasan konservasi.

Hal itu mengingat kawasan konservasi yang ada belum mampu melindungi seluruh spesies. Meskipun cukup efektif dalam menurunkan laju kerusakan habitat, kata Rinekso, masih ada kerusakan habitat di kawasan yang tidak dilindungi.

"Kita berhasil mempertahankan luas kawasan konservasi, tetapi daftar spesies dilindungi semakin panjang. Maknanya, kawasan konservasi belum cukup mendukung keanekaragaman hayati. Itu sebabnya keberhasilan konservasi masih dipertanyakan," kata Rinekso dalam diskusi Indonesia GBF Post-2020: Keanekaragaman Hayati Harus Menjadi Prioritas yang diselenggarakan oleh Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER), Selasa, 16 Mei 2023.

Rinekso menambahkan fokus upaya konservasi selama ini hanya berkutat di kawasan konservasi. Padahal, menurut Rinekso, banyak kawasan di luar sana yang tidak kalah penting untuk dikonservasi.

"Mengingat kawasan konservasi hanya melindungi 50 persen key biodiversity area, strategi konservasi yang hanya dititikberatkan pada kawasan konservasi pada dasarnya belum dapat menjamin kelestarian keanekaragaman hayati," kata Rinekso.

Advertising
Advertising

Dia mengatakan bahwa 85 persen gajah di Sumatra dan Kalimantan justru berada di luar kawasan konservasi. Sementara itu, 75 persen orangutan di Kalimantan pun berada di luar kawasan konservasi

"Kawasan konservasi secara global meningkat, tetapi kualitas keanekragaman hayati menurun," kata Rineko. Dia menduga hal ini disebabkan kawasan konservasi hanya melindungi kurang dari 50 persen kawasan penting.

Sebagian besar pusat keanekaragaman hayati di dunia, lanjut dia, berada di daerah yang ditempati atau dikendalikan oleh masyarakat wilayah tradisional. Kawasan ini mencakup 22 persen lahan di dunia dan menempati wilayah yang memiliki 80 persen keanekaragaman hayati. "Itu berarti upaya konservasi keanekaragaman hayati harus melibatkan masyarakat," kata Rinekso.

Sebelumnya, pertemuan COP 15 pada 9-19 Desember 2022 menghasilkan Kerangka Keanekaragaman Hayati Global (Global Biodiversity Framework atau GBF) tentang usulan penetapan target konservasi atas 30 persen area darat dan laut dunia pada 2030.

Pilihan Editor: KKP Targetkan Penambahan Kawasan Konservasi Bari di Tahun 2023

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

1 hari lalu

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

Berbagai serangga yang memberikan manfaat bagi manusia berupa produk yang bernilai komersial.

Baca Selengkapnya

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

2 hari lalu

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.

Baca Selengkapnya

Didukung Mahasiswa dari 104 Kampus, KOBI Himpun 11.137 Data Keanekaragaman Hayati Indonesia

2 hari lalu

Didukung Mahasiswa dari 104 Kampus, KOBI Himpun 11.137 Data Keanekaragaman Hayati Indonesia

Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) himpun 11.137 data keanekaragaman hayati Indonesia dengan dukungan mahasiswa dari 104 kampus.

Baca Selengkapnya

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

3 hari lalu

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

Direskrimum Polda Banten mengungkap tindak pidana perburuan badak bercula satu atau badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Apa ancaman hukumannya?

Baca Selengkapnya

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

3 hari lalu

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

Sebanyak enam badak Jawa atau badak bercula satu mati ditangan pemburu liar di Ujung Kulon. Berikut profil dan konservasi badak Jawa.

Baca Selengkapnya

Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

4 hari lalu

Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

Selain IPB, ada beberapa kampus favorit di dalam negeri maupun luar negeri tujuan beasiswa LPDP tahun lalu yang bisa dijadikan referensi.

Baca Selengkapnya

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

5 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

KKP Galang Kolaborasi Internasional untuk Perluas Kawasan Konservasi Laut

8 hari lalu

KKP Galang Kolaborasi Internasional untuk Perluas Kawasan Konservasi Laut

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menggalang dukungan internasional untuk mewujudkan perluasan kawasan konservasi laut seluas 97,5 juta hektare (ha) atau setera 30 persen luas laut perairan Indonesia pada tahun 2045.

Baca Selengkapnya

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

8 hari lalu

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.

Baca Selengkapnya

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

8 hari lalu

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.

Baca Selengkapnya