WMO: Siap-siap, Suhu Global Diprediksi Akan Meningkat dalam 5 Tahun Ke Depan

Sabtu, 20 Mei 2023 06:35 WIB

Warga berjalan sambil membawa payung saat hujan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Senin, 1 November 2021. BMKG mengingatkan adanya potensi bencana hidrometeorologi yang berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

TEMPO.CO, Jakarta - Suhu global diperkirakan akan menyentuh rekor barunya dalam lima tahun ke depan, kenaikan suhu global tersebut diprediksi oleh Organisasi Meteorologi Dunia atau WMO. Seperti dilansir dari rilis resmi WMO yang dipublikasi di laman public.wmo.int, menyebut bahwa kenaikan suhu global yang terjadi dalam lima tahun mendatang disebabkan oleh efek rumah kaca dan pola El Nino yang terjadi secara alami.

Rilis resmi yang dipublikasikan pada laman resmi WMO tersebut disampaikan pada Rabu, 17 Mei 2023. Masih menurut terbitan resmi nomor 17052023 tersebut, turut menyebut bahwa setidaknya terdapat kemungkinan 66 persen rata-rata suhu tahunan global antara 2023 dan 2027 akan mencapai lebih dari 1,5 derajat celcius di atas tingkat pra-industri setidaknya selama setahun.

Bahkan terdapat 98 persen kemungkinan bahwa setidaknya satu dari lima tahun ke depan akan tercatat sebagai tahun terhangat dalam rekor dunia. Namun demikian, dalam laporan tersebut WMO tidak menyebut bahwa kenaikan suhu tidak akan secara permanen berada pada angka 1,5 derajat celcius seperti yang tertera dalam Paris Agreement atau Perjanjian Paris.

“Laporan tersebut tidak berarti bahwa kenaikan suhu akan berada pada angka 1,5 derajat celcius yang ditentukan dalam Perjanjian Paris yang mengacu pada pemanasan jangka panjang selama bertahun-tahun. Namun, WMO memperingatkan bahwa temperatur global akan mencapai angka 1,5 derajat celcius secara sementara, tetapi dengan frekuensi yang meningkat,” ujar Sekretaris Jenderal WMO, Prof. Petteri Taalas seperti dilansir dari publikasi resmi yang diterbitkan oleh WMO pada Rabu, 17 Mei 2023 lalu.

Hanya ada 32 persen kesempatan bahwa dalam lima tahun kedepan, kenaikan temperatur global akan melebihi ambang batas 1,5 derajat celcius. Data tersebut berdasarkan laporan yang Global Annual to Decadal Climate Update yang dibuat oleh United Kingdom’s Met Office dengan WMO yang memimpin penelitian laporan tersebut.

Advertising
Advertising

Peluang kenaikan suhu di atas 1,5 derajat celcius untuk sementara waktu terus mengalami peningkatan sejak 2015, saat terakhir kali peluang tersebut mendekati nol persen. Bahkan antara 2017 dan 2021, peluang kenaikan ambang batas tersebut telah menyentuh angka 10 persen.

“Rata-rata suhu global diprediksi akan meningkat, menjauhkan kita semakin jauh dari iklim yang biasa kita alami,” ujar Dr. Leon Hermanson, seorang ilmuwan dari Met Office yang memimpin pembuatan laporan tersebut.

Sebelumnya, seperti dilansir dari publikasi resmi WMO yang dirilis melalui laman public.wmo.int menyebut bahwa The UK’s Met Office berperan sebagai pusat penelitian WMO untuk perkiraan tahunan prediksi iklim. Pada tahun, setidaknya terdapat 145 anggota dari 11 institusi yang berkontribusi terhadap prediksi.

Perjanjian Paris

Seperti dilansir dari laman unfccc.int, Perjanjian Paris merupakan perjanjian internasional yang mengikat secara hukum dan berfokus terhadap perubahan iklim. Perjanjian tersebut diratifikasi oleh 196 pihak pada Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP21) yang diselenggarakan pada 12 Desember 2015 di Paris, Prancis.

Perjanjian Paris menetapkan tujuan jangka panjang yang berperan sebagai pedoman untuk seluruh negara secara substansial mengurangi gas emisi global dan membatasi kenaikan suhu global pada abad ini pada angka 2 derajat celcius. Selain itu, seiring tercapainya tujuan jangka panjang tersebut, nantinya ambang batas kenaikan suhu global akan dinaikkan hingga menyentuh angka 1,5 derajat celcius untuk menghindari atau mengurangi dampak dan kerugian serta kerusakan yang disebabkan oleh kenaikan suhu global.

Laporan terbaru yang telah dirilis akan didiskusikan secara lebih lanjut dalam World Meteorological Congress yang akan diselenggarakan mulai dari 22 Mei hingga 2 Juni mendatang. Selain itu, kongres tersebut nantinya akan membahas tentang upaya penguatan layanan musim dan iklim untuk mendukung adaptasi perubahan iklim.

Pilihan Editor: Laju Kenaikan Sughu di Indonesia Sebab Pemanasan Global, Ini Data BMKG

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

23 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

1 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

2 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

30 Warga Thailand Tewas Akibat Cuaca Panas Terik

7 hari lalu

30 Warga Thailand Tewas Akibat Cuaca Panas Terik

Thailand mencatat cuaca panas menyebabkan 30 orang tewas sejak awal Januari hingga April 2024.

Baca Selengkapnya

Walhi Tuntut Jepang Akhiri Pendanaan Proyek Gas Fosil yang Menimbulkan Bencana

7 hari lalu

Walhi Tuntut Jepang Akhiri Pendanaan Proyek Gas Fosil yang Menimbulkan Bencana

Menurut Walhi, pasca Perjanjian Paris, JBIC justru menjadi penyandang dana gas fosil terbesar di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Ratusan Rumah di Luwu Sulawesi Selatan Terendam Banjir setelah Hujan 10 Jam

7 hari lalu

Ratusan Rumah di Luwu Sulawesi Selatan Terendam Banjir setelah Hujan 10 Jam

Kendati mulai surut, BNPB mengantisipai banjir susulan.

Baca Selengkapnya

Ahli Klimatologi BRIN Erma Yulihastin Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem

7 hari lalu

Ahli Klimatologi BRIN Erma Yulihastin Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem

Dalam orasi ilmiah pengukuhan profesor riset dirinya, Erma membahas ihwal cuaca ekstrem yang dipicu oleh kenaikan suhu global.

Baca Selengkapnya

Atmosfer Bergejolak, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan

9 hari lalu

Atmosfer Bergejolak, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan

BMKG mendeteksi faktor-faktor atmosfer pemicu kenaikan curah hujan di berbagai wilayah. Masyarakat harus mewaspadai cuaca ekstrem.

Baca Selengkapnya

Indonesia Akan Menyampaikan Second NDC Perjanjian Paris pada Agustus 2024

10 hari lalu

Indonesia Akan Menyampaikan Second NDC Perjanjian Paris pada Agustus 2024

Sebagai bagian dari komitmen Perjanjian Paris, Indonesia akan menyampaikan second NDC pada Agustus 2024.

Baca Selengkapnya