TEMPO Interaktif, Jakarta: Koran Online di masa depan kemungkinan besar tak akan gratis lagi, taipan surat kabar Rupert Murdoch menyatakan. Menyediakan koran secara gratis di internet adalah sebuah pelanggaran.
"Saat ini kami sedang berdebat tentang nilai dari sebuah konten," kata Murdoch. "Tetapi jelas bagi banyak koran bahwa model yang sekarang ini (gratis) dijalankan adalah malfungsi."
Murdoch saat ini menguasai sejumlah media terkenal. Untuk pasar atas Amerika Serikat, mereka memiliki Wall Street Journal. Sedang pasar bawah dengan New York Post. Ia juga memiliki koran The Times of London dan the Sun di Inggris serta The Australian di Australia.
Murdoch menganggap menyediakan koran secara gratis di internet adalah sebuah pelanggaran. Karena itu Murdoch berencana melawan praktek yang menggratiskan konten sebuah media untuk pembacanya. Hari gratisan sudah berakhir, katanya.
Rencananya, pelanggan-pelanggan koran online di bawah induk perusahaan News Corp. tetap dikenai biaya berlangganan selama 12 bulan. Sebagai percobaan, rencana ini akan diterapkan untuk pelanggan-pelanggan loyal terlebih dahulu.
Model ini sudah mulai diterapkan di Wall Street Journal, yang meminta pengunjungnya mendaftar dan membayar biaya langganan sebelum bisa membaca artikel-artikel didalamnya.
Analis media juga mengungkapkan hal senada. "Model gratisan telah gagal," ujar penulis bidang bisnis di Columbia Journalism Review yang juga mantan wartawan Wall Street Journal, Ryan Chittum.
Perkataan Ryan ini merujuk pada jatuhnya industri koran cetak karena pendapatan iklan yang terus merosot. "Koran harus mencari sumber pendapatan lain," ujarnya.
Beberapa perusahaan media lain di Amerika tampaknya bakal menyusul langkah Murdoch ini. Meskipun beberapa analis langkah ini terlalu beresiko karena adanya kekuatiran pembaca akan meninggalkan situs yang berbayar.
FINANCIAL TIMES/KARTIKA CANDRA
Berita terkait
Budi Arie Fokus ke 3 Regulasi Prioritas dalam Waktu 15 Bulan, Salah Satunya soal Publisher Rights
27 Juli 2023
Menkominfo Budi Arie Setiadi menargetkan pengesahan regulasi Hak Penerbit atau Publisher Rights bisa dilakukan sebelum masa jabatannya berakhir.
Baca SelengkapnyaPasar Periklanan Melemah, Vice Media Terancam Bangkrut?
3 Mei 2023
Perusahaan yang menaungi berbagai media populer seperti Vice dan Motherboard itu menyatakan salah satu penyebab perusahaan terancam bangkrut adalah kondisi pasar periklanan yang kian lemah.
Baca SelengkapnyaSatu Viral Hadirkan Berita Viral dan Tren Terbaru
3 Maret 2023
Platform satuviral berharap dapat menumbuhkan semangat membaca bagi seluruh anak muda Indonesia
Baca SelengkapnyaAMSI Awards 2022 Beri Penghargaan kepada Media Nasional dan Lokal untuk Berbagai Kategori
24 November 2022
AMSI Awards 2022 menjadi wadah penghargaan kepada sejumlah media yang konsisten dengan memproduksi konten terbaik.
Baca SelengkapnyaWenseslaus Manggut - Wahyu Dhyatmika Kembali Pimpin AMSI 2020-2023
23 Agustus 2020
Wenseslaus dan Wahyu terpilih pimpin AMSI secara aklamasi. Nama lain yang diusung tak bersedia dicalonkan.
Baca SelengkapnyaPelatihan Mengelola Media Internal Tempo Institute
4 April 2019
Tempo Institute membuka pelatihan Mengelola Media Internal. Pelatihan ini akan dilaksanakan pada 22, 23, 24, dan 25 April 2019 di Gedung Tempo.
Baca SelengkapnyaSuara.com Luncurkan Tiga Portal Media Baru
13 Maret 2018
Portal berita Suara.com meluncurkan tiga portal media baru di ulang tahun ke-4.
Baca SelengkapnyaI Nengah Muliartha Pimpin AMSI Bali Periode 2018-2021
5 Maret 2018
Melalui musyawarah mufakat , I Nengah Muliartha terpilih sebagai Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia atau AMSI Wilayah Bali.
Baca SelengkapnyaHarian Bernas Tutup, Separuh Karyawan Dipecat
28 Februari 2018
Bernas edisi cetak juga harus berjuang melawan dominasi media online. "Akhirnya memilih berhenti terbit dulu."
Baca SelengkapnyaSetelah 71 Tahun, Harian Bernas Berhenti Terbit
28 Februari 2018
Biaya produksi Harian Bernas terus meningkat, sementara jumlah pembaca dan pendapatan iklan stagnan, bahkan cenderung menurun.
Baca Selengkapnya