Museum Bern Akan Pamerkan Meteorit Berumur 3.500 Tahun, Jadi Mata Panah Pemburu Zaman Perunggu

Selasa, 15 Agustus 2023 15:20 WIB

Meteorit yang ditemukan di Hoba, Namibia.

TEMPO.CO, Jakarta - Museum Sejarah Bern Swiss akan memamerkan koleksi unik mulai 1 Februari 2024 hingga 25 April 2025. Keunikannya, benda ini diduga bukan berasal dari bumi alias meteorit.

Begini kisahnya, pada akhir 1800-an, para arkeolog menemukan mata panah di Zaman Perunggu di Mörigen, Swiss. Sejak itu, artefak berusia 3.000 tahun itu telah menjadi bagian dari koleksi di Museum Sejarah Bern.

Ternyata, sebuah analisis menjelaskan objek itu bukanlah mata panah biasa. Penelitian yang sudah diterbitkan pada Journal of Archaeological Science edisi September menyebutkan, koleksi itu terbuat dari meteorit yang jatuh ke bumi 3.500 tahun yang lalu.

Penulis utama Beda Hofmann, kepala dan kurator mineralogi dan meteorit di Natural History Museum of Bern, menyebutkan tampak luar benda itu terlihat seperti mata panah biasa yang dilapisi karat. “Namun analisis menunjukkan bahwa masih banyak logam yang terawetkan," kata Hoffman kepada Live Science.

Ia menjelaskan beberapa metode untuk meneliti mata panah tersebut. Teknik tomografi sinar-X atau pencitraan terkomputerisasi dan spektrometri gamma atau proses yang mendeteksi bahan radioaktif yang memancarkan gamma telah dilakukan.

Advertising
Advertising

Hasilnya menunjukkan bahwa mata panah seukuran telapak tangan tidak hanya mengandung isotop aluminium-26 yang tidak terdapat secara alami di Bumi. “Juga terkandung jejak paduan besi dan nikel yang konsisten dengan meteorit,” jelasnya.

Selain itu, analisis tersebut juga mengungkapkan adanya bekas gerinda yang tersisa dari saat meteorit itu dibentuk menjadi mata panah. Ada juga sisa-sisa tar, yang kemungkinan digunakan untuk menempelkan titik ke batang panah.

Baca juga: Peneliti Perubahan Iklim BRIN Raih Bintang Jasa Pratama, Ini Segudang Prestasinya

Dugaan lokasi di bumi

Setelah mengetahui bahan anak panah bukan berasal dari bumi, kemudian dicarilah lokasi meteorit jatuh. Awalnya, para ilmuwan mengira artefak itu terkait dengan situs meteorit Twannberg yang berusia 170.000 tahun, kurang dari 8 kilometer dari tempat temuan asal. Namun, studi lebih lanjut mengungkapkan konsentrasi unsur kimia nikel dan germanium di mata panah tidak cocok dengan situs itu.

Artefak dengan berat 2,9 gram dan berukuran panjang lebih 3 sentimeter akhirnya diduga berasal dari batu seberat 1.800 kilogram yang berada di situs meteorit Kaalijarv di Estonia, yang terletak lebih dari 2.250 km jauhnya dari temuan asal. Pencarian Hofmann dan rekannya merujuk database geologis dan ditemukan adanya kesamaan kandungan logam antara keduanya.

Hal ini membuat para ilmuwan menyimpulkan mata panah kemungkinan besar diperdagangkan di beberapa titik. Walau jarak yang demikian jauh, ternyata jalur itu sudah terjalin hubungan dagang selama zaman perunggu. "Orang-orang awal ini mungkin tahu bahwa ketika kejadian alam yang besar pada 1500 SM yang menghasilkan bahan sangat berharga dan memiliki nilai,” kata Hofmann.

Panah meteorit sangat langka. Jika dihitung-hitung, hanya 55 objek yang diketahui ditemukan di Eurasia dan Afrika di 22 lokasi.

Pilihan Editor: Terima 6.000-an Mahasiswa Baru di Kampus Jatinangor, Rektor ITB Singgung Soal Korupsi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

5 Destinasi Wisata Guinea di Barat Afrika

14 jam lalu

5 Destinasi Wisata Guinea di Barat Afrika

Mungkin masih sedikit yang mengenal Guinea di bagian barat Afrika, dengan kota terbesarnya adalah Conakry. Ini 5 destinasi wisata unggulannya.

Baca Selengkapnya

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

2 hari lalu

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Menlu Belgia Hadja Lahbib mengatakan negaranya akan mendukung resolusi yang mengakui Palestina sebagai anggota penuh PBB

Baca Selengkapnya

4 Wisata Populer di Sekitar Metropolitan Museum of Art New York Tempat Met Gala 2024

2 hari lalu

4 Wisata Populer di Sekitar Metropolitan Museum of Art New York Tempat Met Gala 2024

Dari menjelajahi keindahan alam di Central Park, hingga museum Fable & Lark: Storied Adventure, daerah sekitar Metropolitan Museum of Art New York.

Baca Selengkapnya

Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda di Indonesia, Ini 5 Negara yang Sudah Menerapkannya

2 hari lalu

Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda di Indonesia, Ini 5 Negara yang Sudah Menerapkannya

Luhut bicara soal kemungkinan diaspora memperoleh kewarganegaraan ganda. Negara mana saja yang sudah menerapkannya?

Baca Selengkapnya

Setelah Hagia Sophia, Erdogan Kembali Ubah Bekas Gereja Menjadi Masjid

2 hari lalu

Setelah Hagia Sophia, Erdogan Kembali Ubah Bekas Gereja Menjadi Masjid

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin meresmikan masjid yang diubah dari gereja Ortodoks Yunani kuno di Istanbul

Baca Selengkapnya

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

3 hari lalu

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

Dubes Ukraina mengatakan pemerintah Indonesia belum mengonfirmasi kehadiran di KTT Perdamaian, yang akan berlangsung di Swiss bulan depan.

Baca Selengkapnya

Mengintip Isi Metropolitan Museum of Art di New York, Tempat Penyelenggaraan Met Gala setiap Tahun

4 hari lalu

Mengintip Isi Metropolitan Museum of Art di New York, Tempat Penyelenggaraan Met Gala setiap Tahun

Metropolitan Museum of Art tidak hanya dikenal karena koleksi seni yang luar biasa, tapi juga perannya dalam dunia mode seperti untuk Met Gala.

Baca Selengkapnya

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

4 hari lalu

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

Timnas Indonesia U-23 harus menang melawan Timnas Guinea U-23 jika ingin lolos Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Melihat Sejarah Pendirian Uni Emirat Arab di Etihad Museum Dubai

8 hari lalu

Melihat Sejarah Pendirian Uni Emirat Arab di Etihad Museum Dubai

Bentuk bangunan Etihad Museum di Dubai ini unik, mirip dengan gulungan kertas yang akan mengingatkan pada Treaty of the UAE

Baca Selengkapnya

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

11 hari lalu

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya