5 Kebakaran Hutan Terparah di Indonesia, Paling Sering di Kalimantan

Rabu, 6 September 2023 12:53 WIB

Petugas pemadam kebakaran melakukan proses pendinginan lahan gambut yang terbakar di Desa Natai Baru, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Senin 2 Januari 2023.. Berdasarkan data BPBD Kotawaringan Barat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di desa tersebut mencapai 20 hektare dengan tiga titik lokasi api dan sebanyak lima hektare lahan diantaranya berhasil dipadamkan oleh tim gabungan BPBD, Damkar, PMI serta para relawan. ANTARA FOTO/Ario Tanoto

TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan kasus kebakaran hutan sedang terjadi di sejumlah wilayah. Kekeringan akibat kemarau disinyalir sebagai salah satu pemicu kebakaran tersebut. Selain hal itu, ulah manusia juga menjadi penyebab kebakaran hutan.

Selalu menjadi insiden tahunan, kebakaran hutan juga dipicu oleh pembukaan hutan menjadi perkebunan, pertanian, bahkan ladang berpindah. Hal tersebut semakin parah ketika terjadi kekeringan di lahan gambut, sehingga kebakaran hutan semakin mudah terjadi di Indonesia. Dilansir dari berbagai sumber, ini Simak kebakaran hutan terparah yang terjadi di Indonesia:

1. Kebakaran hutan pada 1977

Kebakaran hutan di Indonesia pada 1977 silam terjadi di Riau dan Kalimantan. Kebakaran hutan tersebut berdampak sangat buruk, baik bagi kesehatan manusia maupun lingkungan.

Saat itu, sekira 20 juta orang Indonesia terkena polusi udara dan air, baik langsung maupun tidak langsung. Bahkan, asap hitam mengakibatkan ribuan orang di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur, harus dirawat di rumah sakit.

Advertising
Advertising

Kebakaran hutan tersebut juga menghasilkan kabut asap akibat pembakaran yang terus meluas. Bahkan, kabut asap meluas hingga ke Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, juga Thailand, Filipina, serta Australia.

2. Kebakaran hutan Kalimantan Timur (1982)

Pada tahun 1982, kebakaran hutan pertama terbesar terjadi di Kalimantan Timur. kebakaran ini terjadi akibat kelalaian manusia dalam mengelola hutan dan fenomena iklim El Nino. Fenomena iklim El Nino menyebabkan kekeringan parah antara Juni 1982 hingga Mei 1983.

Saat itu, Indonesia sedang dilanda kemarau berkepanjangan, ditambah pula aktivitas pertanian tradisional, yakni ladang berpindah. Aktivitas ladang berpindah biasanya dilakukan dengan membakar lahan baru sebagai wilayah perkebunan tanaman musiman seperti padi, ubi dan jagung.

Lalu, aktivitas penebangan liar yang meninggalkan limbah juga turut serta menjadi penyebab titik kebakaran hutan terjadi. Akumulasi limbah ini banyak ditumbuhi oleh lapisan vegetasi yang padat dan mudah terbakar daripada lapisan penutup tanah yang tidak begitu rapat.

Kebakaran tersebut telah menghanguskan lahan sebanyak 3.2 juta ha di wilayah Kalimantan Timur, di mana sebanyak 2.7 juta ha merupakan hutan hujan tropis. World Resources Institute (WRI) juga telah melaporkan bahwa kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran hutan ini mencapai 9 miliar dolar.

Selain kerugian ekonomi itu, polusi udara yang diakibatkan oleh kabut asap akibat kebakaran hutan pada tahun ini juga mengganggu transportasi darat dan udara di wilayah negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.

3. Kebakaran hutan pada 2006

Aktivitas pembakaran lahan yang tidak terkendali untuk keperluan pertanian menjadi salah satu penyebab besar kebakaran hutan yang melanda Indonesia pada 2006 silam.

Lebih dari 3 juta ha lahan telah terbakar dan memicu terjadinya polusi udara yang levelnya berhasil terekam melalui instrumen NASA yang disebut Measurements of Pollution in the Troposphere (MOPITT). Instrumen ini berhasil melacak level karbon monoksida di atmosfer yang menjadi salah satu indikator utama adanya polusi udara.

Selain gas karbon monoksida, gas karbon dioksida juga menjadi salah satu gas yang banyak diproduksi akibat kebakaran hutan. Kebakaran hutan yang melanda Indonesia menempatkan negara ini menjadi negara terbesar ketiga dalam menyumbangkan gas rumah kaca ke atmosfer.

Indonesia menyumbang sekitar 2 miliar ton gas karbon dioksida ke atmosfer akibat kebakaran hutan. Tingginya gas rumah kaca di atmosfer dikhawatirkan dapat mempengaruhi perubahan iklim dalam jangka waktu yang lama.

4. Kebakaran hutan pada 2015 di Kalimantan Tengah

Lebih dari 2.6 juta ha lahan di Indonesia telah terbakar sepanjang tahun 2015. Kebakaran hutan tidak hanya terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan saja, tetapi juga di 29 provinsi lainnya, kecuali DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Kepulauan Riau.

Kalimantan Tengah menjadi area terparah terjadinya kebakaran hutan terjadi saat itu. Kebakaran hutan terjadi akibat faktor aktivitas manusia yang tetap menjadi penyebab utamanya. Selain itu, banyaknya lahan gambut yang kering di musim kemarau juga membuat kebakaran hutan mudah terjadi.

Selain itu, kebakaran hutan juga akibat adanya fenomena El Nino yang menurunkan intensitas curah hujan, sehingga semakin memperparah kebakaran hutan yang terjadi. Akibatnya, habitat orang utan dan beberapa spesies lain terancam punah.

Kerugian yang berhubungan dengan lingkungan dan ekosistem ini mencapai 295 juta dolar. Sedangkan, kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat kebakaran ini mencapai 16 miliar dolar. Selain itu, emisi gas karbon dioksida di atmosfer juga meningkat sebanyak lebih dari 15.95 juta ton per harinya.

Sebuah studi yang dilakukan oleh ilmuwan dari Belanda, Inggris, dan Indonesia menyatakan bahwa sebanyak 97% dari total gas karbon dioksida yang diemisikan ke atmosfer pada 2015 berasal dari hasil kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia.

5. Kebakaran hutan di Kalimantan Tengah pada 2019

Kebakaran hutan di Indonesia pada 2019 menyebabkan hangusnya lebih dari 850 ribu ha lahan. Data dari Global Forest Watch menunjukkan bahwa sebanyak 42 persen dari total area yang terbakar merupakan lahan gambut.

Kebakaran yang terjadi di lahan gambut biasanya sulit untuk dipadamkan karena material organik yang berada di dalam gambut menyebabkan api menjadi lebih besar dan menghasilkan banyak kabut asap.

Terbakarnya lahan gambut ini juga menimbulkan problematika iklim jangka panjang, karena satu hektar lahan gambut yang terbakar sama seperti mengemisikan 55 metrik ton karbon dioksida per tahun.

Kalimantan Tengah menjadi salah satu area yang paling banyak mengalami kebakaran hutan, mengingat area ini didominasi oleh lahan gambut. Aktivitas pembukaan lahan dengan membakar lahan untuk kebutuhan perkebunan, terutama kelapa sawit, menjadi faktor utama kebakaran hutan di Indonesia.

Sebanyak 70 persen area hutan yang terbakar berasal dari lahan gambut yang telah terdegradasi. Akibatnya, 708 juta ton gas rumah kaca yang didominasi oleh karbon dioksida naik ke atmosfer. Banyaknya kandungan gas rumah kaca di atmosfer akhirnya memicu terjadinya pemanasan global yang berakhir pada peristiwa perubahan iklim akibat kebakaran hutan.

Pilihan Editor: Kebakaran Hutan di Kalimantan Meningkat, WALHI Sebut Pemerintah Tak Serius Menanganinya

Berita terkait

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

4 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

5 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

6 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

7 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

7 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

8 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

12 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

15 hari lalu

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

KLHK memasukkan sektor kelautan ke dalam dokumen Second NDC Indonesia. Potensi mangrove dan padang lamun ditonjolkan.

Baca Selengkapnya

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

16 hari lalu

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

Setiap negara bebas memilih untuk mengurangi gas rumah kaca yang akan dikurangi atau dikelola.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

16 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya