Beda dengan Bali, Kupang Terima Nyamuk Wolbachia Perangi Demam Berdarah

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Jumat, 24 November 2023 15:11 WIB

Pengamatan sampel nyamuk Aedes aegipty ber-Wolbachia di Laboratorium WMP Yogyakarta. Riset ini dipimpin Profesor Adi Utarini dari UGM yang terpilih menjadi satu di antara 100 orang paling berpengaruh 2021 versi Majalah Time. Dok Tim WMP

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur menyatakan mendukung penggunaan nyamuk ber-Wolbachia untuk mengatasi penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD).

"Kalau ini benar dilakukan secara ilmiah dan oleh universitas ternama, kenapa mesti ditolak?" kata Penjabat Wali Kota Kupang Fahrensy P. Funay dalam taklimat media yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat, 24 November 2023.

Funay mengatakan bahwa Pemerintah Kota Kupang membantu menyosialisasikan upaya pengendalian penularan DBD melalui pelepasan nyamuk Aedes aegypti pembawa bakteri Wolbachia. "Meskipun masyarakat kami ini keras, tapi Puji Tuhan sampai hari ini belum ada pengaduan keras dari masyarakat," katanya.

Funay menyadari Kota Kupang dipilih sebagai salah satu daerah pelaksanaan program pengendalian penularan DBD menggunakan metode penyebaran nyamuk ber-Wolbachia karena angka kasusnya masih tergolong tinggi.

Pelepasan nyamuk pembawa Wolbachia diharapkan dapat menurunkan risiko penularan DBD di Kota Kupang.

Advertising
Advertising

Demam berdarah dengue terjadi akibat infeksi virus dengue. Virus dengue dapat menular ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang terinfeksi virus.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi menyampaikan bahwa sejak Januari hingga November 2023 ada 76.449 kasus infeksi dengue dengan 571 kematian, menurun dari 143.300 kasus dengan 1.236 kematian pada tahun 2022.

"Sebetulnya, kita sudah bisa menurunkan lebih dari separuh kasus tahun lalu, tetapi angka kematian ini masih cukup tinggi, sehingga kita perlu membuat atau melakukan inovasi dalam rangka mencegah dan mengendalikan penularan dengue," tutur Imran.

Bakteri Wolbachia menurut hasil penelitian dapat memblokir replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk sehingga nyamuk tidak mampu menularkan virus tersebut kepada manusia.

Upaya pengendalian vektor dengue dilakukan dengan melepaskan nyamuk jantan dan nyamuk betina pembawa Wolbachia ke populasi alami nyamuk.

Jika nyamuk jantan pembawa Wolbachia kawin dengan nyamuk betina tanpa Wolbachia, maka telur-telur yang dihasilkan tidak akan menetas, sehingga populasi nyamuk tidak berkembang.

Apabila nyamuk betina pembawa Wolbachia kawin dengan nyamuk jantan tanpa Wolbachia, maka telur-telur nyamuk yang menetas semuanya akan mengandung Wolbachia, sehingga tidak dapat menularkan virus dengue ke manusia.

Ada penolakan di Bali

Sebelumnya, rencana pelepasan 200 juta telur nyamuk yang terinfeksi bakteri Wolbachia di Denpasar, Bali, yang dijadwalkan 13 November 2023 mengundang banyak penolakan. Pelepasan ini diumumkan secara informal melalui Instagram oleh Pemda Denpasar hanya satu bulan yang lalu. Namun, dampak yang tidak terduga terhadap kesehatan manusia dan lingkungan akan bersifat permanen.

Salah satu upaya penolakan adalah munculnya petisi seperti yang dilakukan oleh Gladiator Bangsa. Mereka mengundang masyarakat yang peduli terhadap masalah kesehatan dan lingkungan di Bali maupun di seluruh dunia untuk menambahkan suara pada petisi tersebut.

Ada beberapa alasan yang dikemukakan. Penyebaran jutaan nyamuk tersebut dinilai berdampak besar terhadap pariwisata. Strategi Program Nyamuk Dunia (World Mosquito Program) untuk terus menerus mengembangkan bakteri Wolbachia ke dalam tubuh nyamuk menyebabkan penduduk Bali dan wisatawan harus siap menerima tambahan ratusan juta gigitan nyamuk.

Nyamuk harus mendapatkan pakan darah sebelum dapat menghasilkan telur. Setiap nyamuk betina akan memproduksi 100 telur, tiga kali selama masa hidup dewasanya.

Mereka juga mempertanyakan siapa yang bertanggung jawab atas pelepasan nyamuk di Bali tersebut. Apakah Program Nyamuk Dunia (World Mosquito Program), para peneliti, penyandang dana, produsen telur nyamuk, dan perguruan tinggi yang melakukan penelitian akan bertanggung jawab jika terjadi kesalahan atau program ini memberikan dampak negatif. Belum lagi penyakit dan kerusakan yang ditimbulkan hampir tidak mungkin dilacak.

Keberatan lain adalah fakta eskalasi ancaman demam berdarah di Sri Lanka setelah pelepasan nyamuk. Di sana terjadi peningkatan larva nyamuk sehingga kasus demam berdarah naik dua kali lipat sejak pelepasan nyamuk secara massal pada 2021. Begitu menurut keterangan yang diterima Tempo.

Pilihan Editor: Profil Sultan Ahmed Al Jaber, Pemimpin Perundingan Iklim COP28 yang Bos Minyak UEA

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

BMKG Ingatkan Masyarakat NTT Potensi Kebakaran Lahan Akibat Angin Kencang Kering

10 jam lalu

BMKG Ingatkan Masyarakat NTT Potensi Kebakaran Lahan Akibat Angin Kencang Kering

BMKG ingatkan masyarakat NTT soal potensi kebakaran lahan akibat angin kencang yang bersifat kering hingga 13 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Periksa Tujuh Saksi soal Dugaan Bendesa Adat Peras Investor

11 jam lalu

Kejati Bali Periksa Tujuh Saksi soal Dugaan Bendesa Adat Peras Investor

Seorang Bendesa Adat di Bali ditangkap Kejaksaan atas dugaan pemerasan terhadap investor

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Belum Temukan Korban Lain dalam Kasus Pemerasan Bendesa Adat Bali

15 jam lalu

Kejati Bali Belum Temukan Korban Lain dalam Kasus Pemerasan Bendesa Adat Bali

Kejati Bali menyatakan masih mendalami kasus pemerasan yang diduga dilakukan Bendesa Adat Bali.

Baca Selengkapnya

Tradisi Mepamit yang dilakukan Mahalini Sebelum Menikahi Rizky Febian, Ini Artinya

17 jam lalu

Tradisi Mepamit yang dilakukan Mahalini Sebelum Menikahi Rizky Febian, Ini Artinya

Pasangan penyanyi Rizky Febian dan Mahalini Raharja dikabarkan menggelar tradisi secara adat di Bali pada Ahad, 5 Mei 2024 sebelum pernikahan.

Baca Selengkapnya

3 Fakta Pasien Demam Berdarah di RSUD Chasbullah Bekasi yang Viral di Media Sosial

17 jam lalu

3 Fakta Pasien Demam Berdarah di RSUD Chasbullah Bekasi yang Viral di Media Sosial

Beredar video mengenai lonjakan kasus Demam Berdarah di Bekasi yang terdampar di ruang IGD RSUD Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi

Baca Selengkapnya

Nusa Dua Bali jadi Tuan Rumah World Water Forum, Bakal Ada Pawai Budaya

19 jam lalu

Nusa Dua Bali jadi Tuan Rumah World Water Forum, Bakal Ada Pawai Budaya

World Water Forum akan dilangsungkan di dua venue di Nusa Dua Bali, The Westin Resort Nusa Dua dan Bali Nusa Dua Convention Center.

Baca Selengkapnya

Dugaan Bendesa Adat Memeras Pengusaha Rp 100 Miliar, Kejati Bali Akan Periksa 10 Saksi dalam Sepekan

1 hari lalu

Dugaan Bendesa Adat Memeras Pengusaha Rp 100 Miliar, Kejati Bali Akan Periksa 10 Saksi dalam Sepekan

Penyidik Kejati Bali telah memeriksa dua saksi kasus dugaan pemerasan oleh bendesa adat Berawa itu pada Senin, 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

2 hari lalu

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

Mencegah lebih baik daripada mengobati, begitu juga dengan DBD. Berikut penjelasan Kemenkes.

Baca Selengkapnya

Zero Delta Q Akan Jadi Gagasan Indonesia di World Water Forum ke-10, Apa Itu?

2 hari lalu

Zero Delta Q Akan Jadi Gagasan Indonesia di World Water Forum ke-10, Apa Itu?

Indonesia akan mengusulkan penerapan kebijakan Zero Delta Q sebagai solusi pengendalian banjir dalam World Water Forum ke-10.

Baca Selengkapnya

Usai Bendesa Adat Tersangka Pemerasan, Kejati Bali Buka Peluang Koordinasi dengan Majelis Desa Adat

3 hari lalu

Usai Bendesa Adat Tersangka Pemerasan, Kejati Bali Buka Peluang Koordinasi dengan Majelis Desa Adat

Kejati Bali membuka peluang berkoordinasi dengan Majelis Desa Adat Bali usai menetapkan Bendesa Adat Berawa sebatersangka pemerasan investor.

Baca Selengkapnya