Pro Kontra Nyamuk Wolbachia, Ahli Sebut Plus dan Minusnya

Sabtu, 25 November 2023 21:37 WIB

Pengamatan sampel nyamuk Aedes aegipty ber-Wolbachia di Laboratorium WMP Yogyakarta. Riset ini dipimpin Profesor Adi Utarini dari UGM yang terpilih menjadi satu di antara 100 orang paling berpengaruh 2021 versi Majalah Time. Dok Tim WMP

TEMPO.CO, Palembang - Pelepasan nyamuk Wolbachia di daerah yang dinilai sarang nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD) masih menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat.

Di balik nilai positifnya, upaya pemerintah tersebut masih menyimpan persoalan yang belum berhasil dibuktikan secara ilmiah, utamanya menyangkut besaran pengurangan DBD.

Prof. Yuwono, guru besar dan ahli biomedik di Palembang, mengatakan Wolbachia merupakan bakteri berukuran kecil (mirip virus) yang hidup di dalam sel utama di tubuh serangga, termasuk nyamuk.

Sekitar 16 persen nyamuk secara alami terinfeksi bakteri ini. Sementara besar ukuran DNA-nya hanya 1,2 juta base pairs. “Hubungannya dengan nyamuk bisa merugikan dan bisa menguntungkan bagi si nyamuk itu sendiri,” kata mantan Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi ini, Jumat, 24 November 2023.

Dia memaparkan, metode mengatasi DBD dengan cara ini disebut biological control, sedangkan bila menggunakan bahan kimia dengan material insektisida. Hal itu mirip pengendalian larva nyamuk yang dimakan Iwak Tempalo.

Advertising
Advertising

Nyamuk yang terinfeksi Wolbachia akan mandul dan tidak nyaman untuk hidup virus DBD. Dengan demikian populasi nyamuk pembawa virus DBD akan turun dan akhirnya jumlah infeksi DBD di manusia juga turun. “Jadi memang bisa mengurangi sebaran DBD, tapi belum tahu seberapa besar pengurangannya,” ujar pemilik Sekolah Alam Palembang ini.

Dari sisi plus dan minus dari penyebaran Wolbachia, mantan Direktur Utama RS PT Pusri ini memastikan bila kebeadaan Wolbachiat terbukti menurunkan populasi nyamuk pembawa virus DBD dan akhirnya penyakit DBD juga turun. “Ini cara biologi sehingga tidak mencemari lingkungan.

"Minusnya belum ada bukti ada atau tidaknya efek jangka panjang bagi manusia, khususnya pengaruh terhadap DNA,” ujarnya.

Menurutnya, untuk pembuktian lebih lanjut masih dibutuhkan suvailans terus menerus hingga suatu saat benar-benar bisa disimpulkan. Secara pribadi, dia lebih memilih mengendalikan DBD melalui vaksin. Sejauh ini sudah ada dua jenis vaksin DBD di pasaran, tapi efektivitasnya juga belum optimal.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

8 hari lalu

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

Demam berdarah dengue (DBD) menjadi masalah bagi negara-negara tropis di dunia. Acapkali dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.

Baca Selengkapnya

3 Fakta Pasien Demam Berdarah di RSUD Chasbullah Bekasi yang Viral di Media Sosial

13 hari lalu

3 Fakta Pasien Demam Berdarah di RSUD Chasbullah Bekasi yang Viral di Media Sosial

Beredar video mengenai lonjakan kasus Demam Berdarah di Bekasi yang terdampar di ruang IGD RSUD Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi

Baca Selengkapnya

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

15 hari lalu

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

Mencegah lebih baik daripada mengobati, begitu juga dengan DBD. Berikut penjelasan Kemenkes.

Baca Selengkapnya

Peserta Sakit DBD Sebelum UTBK, Ini Kata Panitia di UNJ

17 hari lalu

Peserta Sakit DBD Sebelum UTBK, Ini Kata Panitia di UNJ

Ada berbagai cerita di tengah pelaksanaan UTBK SNBT di UNJ, diantaranya ada peserta yang sakit DBD.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

18 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

21 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

22 hari lalu

5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

Kementerian Kesehatan Indonesia dan Brazil berkolaborasi untuk memformulasikan upaya mencegah peningkatan insiden penyakit Arbovirus seperti DBD

Baca Selengkapnya

Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

27 hari lalu

Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

Studi baru menyebutkan ibu yang terkena DBD selama masa kehamilannya dapat mempengaruhi kesehatan bayi 3 tahun pertamanya.

Baca Selengkapnya

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

28 hari lalu

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang hampir sama dengan Typhus. Namun keduanya adalah jenis penyakit yang berbeda

Baca Selengkapnya

Hari Demam Berdarah Nasional, Ini 4 Cara Mencegah DBD

29 hari lalu

Hari Demam Berdarah Nasional, Ini 4 Cara Mencegah DBD

22 April ditetapkan sebagai Hari Demam Berdarah Nasional oleh Kemenkes, meningkatkan kesadaran wargauntuk dapat mencegah penyakit DBD.

Baca Selengkapnya