Alat Pengukur Polusi Udara dari Konvensional hingga Teknologi Terkini

Kamis, 21 Desember 2023 09:25 WIB

Sebuah lampu merah terlihat diselimuti kabut dan asap polusi di Jakarta, 27 Juli 2018. REUTERS/Beawiharta

TEMPO.CO, Jakarta - Polusi udara menjadi masalah serius di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dampaknya tidak hanya terasa pada lingkungan, tetapi juga berdampak pada kesehatan manusia.

Pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit pernapasan, gangguan kardiovaskular, dan bahkan kanker. Oleh karena itu, pemantauan kualitas udara menjadi krusial dalam menjaga kesehatan manusia, lingkungan, dan ekosistem.

Pemantauan melibatkan pengumpulan data tentang berbagai polutan yang terdapat dalam udara serta mengevaluasi dampaknya. Pemantauan kualitas udara membantu mengidentifikasi tingkat polusi dan mengambil langkah-langkah perlindungan kesehatan masyarakat.

Parameter Kualitas Udara dan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Pemerintah, melalui dinas lingkungan hidup dan pencemaran udara, menetapkan standar pencemar udara atau ISPU dalam KEP 45/MENLH/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Indeks ini membagi tingkat pencemaran udara dan kualitas udara menjadi beberapa kategori:

  1. Baik (Rentang: 0-50): Kualitas udara pada tingkat ini tidak memberikan efek berbahaya bagi kesehatan manusia atau makhluk hidup.

  2. Sedang (Rentang: 51-100): Kualitas udara pada tingkat ini tidak memberikan efek buruk bagi kesehatan manusia atau makhluk hidup lainnya, namun mempengaruhi tumbuhan.

  3. Tidak Sehat (Rentang: 101-199): Kualitas udara pada tingkat ini merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya yang dapat menimbulkan kerusakan pada tumbuhan.

  4. Sangat Tidak Sehat (Rentang: 200-299): Kualitas udara pada tingkat ini dapat merugikan kesehatan pada beberapa segmen populasi yang terpapar.

  5. Berbahaya (Rentang: 300-lebih): Kualitas udara pada tingkat ini bersifat berbahaya secara umum dan dapat menimbulkan kerugian besar terhadap kesehatan yang serius.
Advertising
Advertising

Alat Pengukur Kualitas Udara Konvensional

Alat-alat tradisional untuk mengukur polusi udara telah digunakan untuk mengukur berbagai parameter kualitas udara. Dilansir dari indonesiasafetycenter.org, beberapa contoh alat-alat tersebut melibatkan:

  1. Pengukur Partikulat (PM):

- Gravimetric Sampler: Menggunakan berat partikulat yang tertangkap pada filter selama periode waktu tertentu untuk menghitung konsentrasi partikulat dalam udara.

- Impactor: Memisahkan partikulat berdasarkan ukuran dengan mengarahkannya ke substrat berlapis minyak silikon atau kertas untuk menentukan distribusi ukuran partikulat.

- TSP Sampler (Total Suspended Particles): Mengumpulkan semua partikulat di udara tanpa memisahkan berdasarkan ukuran.

  1. Pengukur Gas:

- Tube Detector: Mengukur konsentrasi gas tertentu dengan menghitung perubahan warna tabung reaktan yang mengandung reagen kimia khusus saat terpapar gas target.

- Gas Detector Tubes: Berisi reagen kimia yang berubah warna ketika terpapar gas tertentu, dengan konsentrasi gas diukur dengan membandingkan warna reagen dengan skala yang diketahui.

  1. Pengukur Karbon Dioksida (CO2):

- Tubular Absorption Spectrometer: Bekerja berdasarkan prinsip absorpsi sinar inframerah oleh CO2 dalam sampel udara.

- NDIR Analyzer (Non-Dispersive Infrared): Menggunakan teknologi NDIR untuk mengukur CO2 dalam udara dengan mendeteksi perubahan dalam intensitas sinar inframerah.

Teknologi Terkini Alat Pengukur Polusi Udara

Alat pengukuran polusi udara modern menggunakan teknologi canggih untuk efisiensi, sensitivitas, dan kemudahan penggunaan. Beberapa teknologi canggih tersebut melibatkan:

1. Sensor Cerdas (Smart Sensors):

- Sensor Partikulat: Mampu mendeteksi dan mengukur konsentrasi partikulat (PM2.5, PM10) dalam udara secara real-time, sering kali terhubung ke jaringan untuk pemantauan kontinu.

- Sensor Gas: Mampu mendeteksi berbagai gas polutan seperti nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO), ozon (O3), dan lainnya menggunakan teknologi kimia, elektrokimia, atau fotoionisasi.

- Sensor Gas Miniatur: Versi kecil dari sensor gas cerdas, digunakan dalam perangkat seluler atau perangkat wearable untuk pemantauan pribadi.

2. Pemantauan Berbasis DNA (DNA-Based Monitoring):

- Metagenomics: Mengidentifikasi dan memantau mikroorganisme dalam udara dengan menganalisis sampel DNA.

- DNA Barcoding: Identifikasi spesies organisme di udara berdasarkan urutan DNA, digunakan untuk memantau populasi serangga, alergen, atau organisme patogen.

3. Remote Sensing (Pemantauan Jarak Jauh):

- Satelit: Mengukur konsentrasi gas seperti CO2, SO2, dan NO2 dari luar angkasa untuk pemantauan global.

- Drone: Digunakan untuk pemantauan udara dalam skala lokal dengan membawa sensor-sensor untuk mengukur parameter udara di lokasi yang spesifik.

Pilihan Editor: Anies Baswedan sebut Polusi Udara Jakarta Disebabkan Hembusan Angin, Begini Katanya

Berita terkait

Daftar Kota dengan Kualitas Udara Terbaik di Indonesia

6 hari lalu

Daftar Kota dengan Kualitas Udara Terbaik di Indonesia

Meski Indonesia memiliki kota dengan kualitas buruk, namun masih terdapat beberapa kota dengan kualitas udara terbaik. Berikut penjelasannya.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

6 hari lalu

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

Riset ini berpeluang untuk membuat pemetaan sensor yang bisa mendeteksi kecemasan dan tingkat stres pada pegawai.

Baca Selengkapnya

Pemprov DKI Jakarta Gencarkan Edukasi Polusi Udara

7 hari lalu

Pemprov DKI Jakarta Gencarkan Edukasi Polusi Udara

Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta melakukan kampanye edukasi dengan tema 'Udara Bersih Untuk Jakarta', di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pandawa Tanah Tinggi.

Baca Selengkapnya

Profil Nahdlatul Wathan, Organisasi Massa Islam Pertama Bangun Ekosistem di IKN

8 hari lalu

Profil Nahdlatul Wathan, Organisasi Massa Islam Pertama Bangun Ekosistem di IKN

Nahdlatul Wathan (NW) menjadi organisasi massa Islam pertama yang membangun ekosistem di Ibu Kota Nusantara (IKN). Begini profilnya?

Baca Selengkapnya

Tidak Sehat, Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia pada Minggu Pagi

9 hari lalu

Tidak Sehat, Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia pada Minggu Pagi

Jakarta hanya satu level di bawah Delhi (India).

Baca Selengkapnya

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

15 hari lalu

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

16 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Huawei Luncurkan Seri Ponsel Pura 70 di Malaysia, Ini Spesifikasinya

16 hari lalu

Huawei Luncurkan Seri Ponsel Pura 70 di Malaysia, Ini Spesifikasinya

Pura 70 Ultra dan Pro dilengkapi panel LTPO OLED 6,8 inci dengan refresh rate 120Hz dan kecerahan puncak 2.500 nits.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

17 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

19 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya