Profil Adrian B. Lapian Sejarawan Maritim, Pernah Ingin Digigit Anjing Rabies

Rabu, 24 Januari 2024 14:10 WIB

Adrian B Lapian. Wikipedia

TEMPO.CO, Jakarta - Pemilik nama lengkap Adrian Bernard Lapian lahir pada 1 September 1929 di Tegal, Jawa Tengah. Adrian B. Lapian merupakan anak pertama dari enam bersaudara pasangan Bernard Wilhelm Lapian dan Maria Adriana Pangkey.

Saat kecil, sejarawan maritim diasuh oleh kakeknya di Tomohon, Sulawesi Utara kerap memiliki keinginan untuk berlayar ke Pulau Jawa.

Namun, cita-cita masa kecilnya tidak langsung terwujud kala itu. Sebab, ia berpikir bahwa salah satu cara ke Pulau Jawa dengan digigit anjing rabies. Jika digit anjing rabies, pasien harus dibawa ke institut Pasteur di Bandung yang menjadi satu-satunya tempat pemilik serum antirabies. Meskipun berharap terkena rabies, tetapi anjing yang menggigitnya sehat sehingga harapannya pupus.

Berdasarkan unja.ac.id, Lapian memulai pendidikannya di sekolah dasar di Tomohon sehingga jauh dari pengawasan orang tuanya yang bekerja di Pulau Jawa. Selanjutnya, ia memperoleh pendidikan di sekolah menengah pertama di Manado dan Kawangkoan. Ia juga sempat menjadi murid di Middelbare Uitgebreid School dan Algemene Middelbare School.

Lalu, ia menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik Sipil yang membuatnya berhasil menginjakkan kaki di Pulau Jawa.

Advertising
Advertising

Namun, Lapian tidak melanjutkan studi di ITB karena sakit dan tertarik memperdalam dunia jurnalistik. Sampai akhirnya, ia kelak melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia.

Selama berkecimpung dalam dunia jurnalistik, Lapian mulai menumbuhkan ketertarikan pada sejarah. Pasalnya, ia kerap mengikuti berbagai peristiwa politik bersejarah Indonesia. Tulisannya sebagai jurnalis pun menuai protes dan terjadi konflik antar negara. Akibatnya, ia mulai menimbang untuk meneruskan pekerjaan sebagai jurnalis. Ia akhirnya berhenti menjadi jurnalis The Indonesia Observer demi memperdalam pengetahuan sejarah.

Dari jurnalis, Lapian bergabung dalam Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (sekarang BRIN). Di sana, ia banyak melahirkan berbagai penelitian yang berhubungan dengan sejarah maritim. Ditambah pula, ia memiliki kemampuan poliglot sehingga semakin mudah memahami maritim Indonesia dan Asia Tenggara. Ia mampu menguasai banyak bahasa, seperti Inggris, Belanda, Jepang, Perancis, Portugal, Spanyol, Filipina, dan Indonesia.

Setelah mulai tertarik dengan sejarah maritim, Lapian menempuh pendidikan S3 di Universitas Gadjah Mada (UGM) yang lulus pada 1987 dengan disertasi Orang Laut-Bajak Laut-Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX di bawah bimbingan Sartono Kartodirdjo. Ia semakin menunjukkan ketertarikan akademis pada sejarah maritim yang dianggap penuh petualangan dan romansa.

Menurut Lapian, sejarah maritim juga menunjukkan kesatuan Indonesia, meskipun memiliki ribuan pulau berbeda. la mulai sungguh-sungguh memperdalam sejarah usai menghabiskan beberapa tahun dalam TNI Angkatan Laut.

Mengacu Majalah Tempo, sebagai sejarawan, Lapian mulai terkenal ketika melakukan kritik terhadap J.C. van Leur agar jangan hanya melihat sejarah dari geladak kapal. Namun, menurutnya, “Sejarah memang harus dilihat dari geladak kapal, bukan kapal VOC atau Belanda, melainkan kapal Indonesia.” Akibatnya, sejarah membutuhkan pengetahuan budaya lokal dan penguasaan berbagai sumber berbahasa lokal serta asing.

Dengan kemampuan poliglot, Lapian menulis artikel sejarah pertamanya pada 1964 tentang Pangeran Nuku dan jalan perdagangan maritim ke Maluku abad ke-16. Selain itu, melalui disertasinya, ia mengingatkan agar hati-hati mengkriminalkan bajak laut dalam sejarah Indonesia. Menurutnya, sektor maritim Indonesia harus diprioritaskan dalam pembangunan integral. Sebab, pelupaan lautan membuat Indonesia menjadi bangsa “ketinggalan kapal dan kehilangan haluan”.

Adrian B. Lapian, sebagai sejarawan Indonesia yang merintis studi bahari juga telah melahirkan beberapa karya. Dikutip mkri.id dan bantenprov.go.id, ia telih menerbitkan Kembara Bahari: Edisi Kehormatan 80 Tahun (2009) dan Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke 16 dan 17.

Pilihan Editor: Perjalanan Sentimental Sejarawan Bahari

Berita terkait

Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

44 menit lalu

Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

UNESCO akui Sumbu Filosofi Yogyakarta, garis imajiner dari Gunung Merapi, Tugu, Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak, dan bermuara di Laut Selatan.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

1 jam lalu

Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

Puncak aksi mahasiswa di Gejayan terjadi pada 8 Mei 1998 setelah salat Jumat. Moses Gatutkaca menjadi korban dengan luka parah. Siapa tanggung jawab?

Baca Selengkapnya

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

2 jam lalu

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

Tim peneliti di Telkom University mengembangkan sistem perangkat lunak dan alat pencatat meteran air bagi kalangan pelanggan perusahaan air minum.

Baca Selengkapnya

Rekomendasi Tempat Wisata Baru di Bandung untuk Libur Long Weekend

16 jam lalu

Rekomendasi Tempat Wisata Baru di Bandung untuk Libur Long Weekend

Selalu ada tempat-tempat baru yang bermunculan di Bandung untuk memberikan pengalaman baru bagi pelancong.

Baca Selengkapnya

Beda Sikap Soal Wacana Penambahan Jumlah Kementerian di Kabinet Prabowo

16 jam lalu

Beda Sikap Soal Wacana Penambahan Jumlah Kementerian di Kabinet Prabowo

Wacana penambahan jumlah kementerian di kabinet Prabowo perlu kajian ilmiah.

Baca Selengkapnya

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

19 jam lalu

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

Prabowo diharapkan tidak terjebak dalam politik merangkul yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

75 Tahun Hubungan Diplomatik, Kedutaan Besar Australia Roadshow ke ITB

20 jam lalu

75 Tahun Hubungan Diplomatik, Kedutaan Besar Australia Roadshow ke ITB

Dalam rangka memperingati 75 Tahun Hubungan Diplomatik, Kedutaan Besar Australia mengadakan acara acara "#AussieBanget University Roadshow" di ITB

Baca Selengkapnya

Guru Besar UGM Kembangkan Alat Skrining Pencegahan Malnutrisi Pasien di Rumah Sakit

21 jam lalu

Guru Besar UGM Kembangkan Alat Skrining Pencegahan Malnutrisi Pasien di Rumah Sakit

Guru Besar UGM, Profesor Susetyowati, mengembangkan sistem skrining untuk mencegah malnutrisi pasien dalam perawatan. Skrining hanya butuh 5 menit.

Baca Selengkapnya

Biaya Kuliah ITB 2024/2025 Jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri

1 hari lalu

Biaya Kuliah ITB 2024/2025 Jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri

Biaya UKT dan IPI yang diusulkan ITB 2024 jalur SNBP, SNBT, SM-ITB, dan IUP

Baca Selengkapnya

Kata Pengguna Layanan Starlink: Harga Lebih Irit, tapi Tak Cocok di Perkotaan, Kenapa?

1 hari lalu

Kata Pengguna Layanan Starlink: Harga Lebih Irit, tapi Tak Cocok di Perkotaan, Kenapa?

Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan layanan koneksi Starlink lebih dibutuhkan di daerah yang terisolir dan minim jaringan internet.

Baca Selengkapnya