Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

Reporter

Terjemahan

Editor

Avit Hidayat

Selasa, 13 Februari 2024 06:30 WIB

Seorang konservasionis dari pusat penelitian perikanan laut melepaskan hiu bambu bergaris coklat ke laut dalam upaya untuk meningkatkan populasi hiu di Rayong, Thailand, 1 Juni 2021. Para peneliti pekan lalu melepaskan 40 hiu bambu berpita coklat, berusia antara 2 dan 3 bulan, di terumbu karang buatan yang dibuat khusus pada kedalaman 18 meter (60 kaki). REUTERS/Kriengkrai Attanartwong

TEMPO.CO, Jakarta - Konvensi Konservasi Spesies Satwa Liar yang Bermigrasi - Perserikatan Bangsa-Banga (CMS-PBB) menerbitkan laporan ihwal situasi genting satwa yang bermigrasi. Penelitian ini dilakukan terhadap ribuan jenis satwa liar di seluruh belahan bumi.

“Laporan hari ini dengan jelas menunjukkan kepada kita bahwa aktivitas manusia membahayakan masa depan spesies yang bermigrasi,” kata Direktur Eksekutif Program Lingkungan Hidup PBB Inger Andersen seperti dikutip dari earth.com pada Senin, 12 Februari 2024.

Laporan perdana CMS-PBB ini berfokus pada 1.189 spesies hewan yang masuk dalam daftar CMS. Juga mencakup 3.000 spesies tambahan yang tidak termasuk dalam daftar CMS. Menurut Inger, PBB menemukan bahwa 44 persen spesies satwa liar di bumi yang mereka pantau mengalami penurunan populasi. 22 persen di antaranya berstatus terancam punah.

Yang lebih mengkhawatirkan, mereka mendapati 97 persen spesies ikan yang terdaftar CMS segera perlu tindakan segera. Hal ini lantaran adanya eksploitasi berlebihan dan rusaknya habitat spesies ikan. Ancaman utamanya adalah aktivitas manusia karena perburuan spesies ikan yang bermigrasi.

Tiga perempat species yang masuk daftar CMS didapati mengalami degradasi habitat. Hal ini disebabkan eksploitasi berlebihan, tak terkecuali melalui perburuan oleh manusia dan adanya kerusakan ekosistem yang tidak disengaja. Temuan ini, kata Inger, menggambarkan kerentanan habitat satwa yang mestinya penting bagi kelangsungan hidup spesies bermigrasi. Apalagi lebih dari setengah spesies didapati tidak memiliki status dilindungi.

Gambaran riset ini ditulis oleh para ilmuwan yang bekerja di Pusat Pemantauan Konservasi Dunia Program Lingkungan PBB (UNEP-WCMC) bersama BirdLife International, Zoological Society of London (ZSL), hingga Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Tulisan mereka bertajuk World’s Migratory Species Report yang dipublikasi pada Senin, 12 Februari 2024.

Baca: BMKG: Deforestasi Ancaman Nyata Perubahan Iklim

Di antara ribuan spesies yang diteliti tersebut, terdapat satwa Indonesia yang mengkhawirkan. CMS-PBB memasukkan empat jenis satwa asal Indonesia yakni rhinoptera javanica atau ikan pari burung dengan status terancam punah pada 2020. Kemudian chiloscyllium hasselt atau ikan hiu bambu dengan status terancam punah (2020); anguilla borneensis atau ikan sidat dengan status rentan (2018); dan ramphiculus jambu atau merpati buah dengan status mendekati terancam (2016).

Baca: Tanah Liat Memperlambat Laju Perubahan Iklim

Sekretaris Eksekutif CMS-PBB Amy Fraenkel menjelaskan bahwa satwa liar seperti burung, ikan, hingga mamalia besar, melakukan perjalanan panjang sejauh ribuan mil untuk bermigrasi. Spesies-spesies tersebut berupaya memenuhi kebutuhan siklus hidup mereka. “Terutama dalam hal berkembang biak, mencari makan, dan bertahan dari musim dingin,” kata Fraenkel.

Mirisnya, hampir semua spesies ikan, mulai dari ikan pari, hiu, dan ikan setur mengalami penurunan populasi secara drastis. Bahkan disebut, telah menghadapi ancaman kepunahan. Apalagi ditemukan eksploitasi dan perburuan ikan yang dilakukan berlebihan. Situasi ini lebih buruk dalam 30 puluh tahun terakhir dan diperburuk adanya perubahan iklim atau kerusakan bumi.

Kata Faenkel, pada akhirnya, nasib setiap spesies bergantung pada masing-masing negara yang dilintasi. Hidup matinya bergantung pada upaya negara dalam intervensi untuk melakukan penyelamatan. Sebab itu CMS-PBB menyusun panduan bagi negara-negara dalam membuat kebijakan konservasi bagi spesies bermigrasi.

Laporan itu ditutup dengan serangkaian rekomendasi untuk tindakan segera. Misalnya, mendorong negara-negara memperkuat upaya untuk memerangi eksploitasi spesies yang bermigrasi secara ilegal dan tidak berkelanjutan. Kemudian mengidentifikasi dan perlindungan habitat kritis; menangani spesies yang paling berisiko punah; dan meningkatkan upaya untuk memerangi spesies yang bermigrasi.

Baca Laporan PBB: Keadaan Spesies Migrasi Dunia

Berita terkait

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

1 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

1 hari lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

1 hari lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya

Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

1 hari lalu

Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan tidak ada dasar hukum untuk mengakui Vladimir Putin sebagai presiden Rusia yang sah.

Baca Selengkapnya

Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

2 hari lalu

Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

Para ahli PBB mendesak penjajah Zionis Israel untuk mengakhiri agresinya terhadap Gaza, dan menuntut ekspor senjata ke Israel "segera" dihentikan.

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

2 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

4 hari lalu

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

4 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

5 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

5 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya