Studi: Perbedaan Politik Mungkin Membuat Tetangga Pindah Rumah

Reporter

Editor

Abdul Manan

Sabtu, 17 Februari 2024 09:09 WIB

Petugas Satpol PP menertibkan Alat Peraga Kampanye (APK) Pemilu 2024 di Kawasan Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat, Rabum, 24 Januari 2024. Petugas gabungan yang terdiri dari Bawaslu, Satpol PP, DLHK, Dishub, dan Polres Metro Kota Depok melakukan penertiban Alat Peraga Kampanye (APK) Pemilu 2024 yang dianggap menyalahi aturan dan mengganggu ketertiban umum. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu studi menarik dibuat oleh peneliti dari University of Virginia, Amerika Serikat, yang menyoroti dampak dari perbedaan pandangan politik terhadap keputusan untuk pindah rumah. Studi itu, yang dilansir phys.org, menemukan bahwa masyarakat lebih cenderung menjual rumah mereka dan pindah dari lingkungan sekitar jika ada tetangga baru yang memiliki pandangan politik berlawanan yang pindah ke daerah tersebut.

Penelitian yang dipublikasikan di The Journal of Finance ini menggunakan informasi yang diperoleh dari catatan publik North Carolina, Amerika Serikat. Penelitian tersebut menemukan bahwa penduduk mempunyai kemungkinan 4% lebih besar untuk menjual properti mereka dan pindah dalam waktu dua tahun jika tetangga baru mereka memiliki pandangan politik yang berlawanan, dibandingkan dengan penduduk yang tetangga barunya memiliki pandangan politik yang sama.

"Dengan menggunakan catatan akta dan daftar pemilih, kami menunjukkan bahwa penduduk saat ini lebih cenderung menjual rumah mereka ketika tetangga dari pihak yang berlawanan pindah ke dekatnya dibandingkan ketika tetangga yang tidak terafiliasi atau dari pihak yang sama melakukannya," tulis para peneliti dalam makalah tersebut. "Kami mendokumentasikan bahwa keengganan untuk tinggal dekat dengan anggota partai lawan merupakan faktor penting yang mempengaruhi keputusan penjualan rumah."

Meskipun angka-angka tersebut diyakini mewakili masyarakat luas di Amerika Serikat, datanya terbatas di North Carolina. Para peneliti menggunakan catatan publik untuk fokus pada warga yang berafiliasi secara politik. Keinginan untuk pindah menjauh ini terlihat di kalangan pendukung dua partai besar di Amerika Serikat, yaitu Partai Republik dan Partai Demokrat.

"Kami melihat adanya pergerakan di sana cukup mengejutkan karena biaya untuk pindah sangatlah mahal," kata W. Ben McCartney, asisten profesor perdagangan di McIntire School of Commerce dan fakultas yang berafiliasi dengan White Ruffin Byron Center for Real Estate University of Virginia, yang memimpin penelitian ini.

Advertising
Advertising

McCartney mengatakan penelitian ini menunjukkan perpecahan politik di Amerika Serikat adalah nyata. Ini adalah bukti kuat bahwa polarisasi politik bukan hanya fenomena yang terjadi di Twitter, tetapi juga mempengaruhi keputusan-keputusan besar dalam hidup.

Berita terkait

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

2 hari lalu

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, bekerjasama dengan Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) untuk meningkatkan edukasi politik bagi perempuan.

Baca Selengkapnya

64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

21 hari lalu

64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu dari sekian banyak organisasi mahasiswa yang masih eksis sampai saat ini.

Baca Selengkapnya

Hindari Urusan Politik, Anies Baswedan Disebut Masih Fokus Silaturahmi Lebaran

27 hari lalu

Hindari Urusan Politik, Anies Baswedan Disebut Masih Fokus Silaturahmi Lebaran

Anies Baswedan tengah berfokus pada urusan internal dan silaturahim hari raya Idulfitri 2024.

Baca Selengkapnya

JPMorgan Ingatkan Amerika Serikat Hadapi Risiko Geopolitik dan Dalam Negeri

29 hari lalu

JPMorgan Ingatkan Amerika Serikat Hadapi Risiko Geopolitik dan Dalam Negeri

JPMorgan ingatkan Amerika Serikat sedang menghadapi kuburan risiko buntut dari ketegangan geopolitik dunia dan polarisasi politik dalam negeri

Baca Selengkapnya

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

39 hari lalu

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.

Baca Selengkapnya

Fitur Khusus Meta untuk Batasi Konten Politik, Begini Cara Mengaktifkannya

43 hari lalu

Fitur Khusus Meta untuk Batasi Konten Politik, Begini Cara Mengaktifkannya

Meta menambahkan fitur khusus untuk membatasi konten politik pada platform yang dinaunginya, terutama Instagram.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Politik Indonesia

45 hari lalu

Dagang Sapi Politik Indonesia

Politik Indonesia tak kunjung lepas dari "politik dagang sapi"-istilah bagi-bagi kekuasaan di kalangan elite partai melalui kursi kabinet.

Baca Selengkapnya

Instagram Mulai Membatasi Konten Politik

45 hari lalu

Instagram Mulai Membatasi Konten Politik

Instagram akan membatasi konten politik dari konten yang tidak diikuti pengguna secara default.

Baca Selengkapnya

MK Terima 2 Gugatan PHPU Pilpres dan 56 Pileg

46 hari lalu

MK Terima 2 Gugatan PHPU Pilpres dan 56 Pileg

Hari terakhir permohonan PHPU. MK terima pendaftaran gugatan Pileg yang paling banyak.

Baca Selengkapnya

Pengamat Ragukan Hasto Soal Operasi Jegal Caleg Kritis PDIP: Jarang Turun ke Konstituen

46 hari lalu

Pengamat Ragukan Hasto Soal Operasi Jegal Caleg Kritis PDIP: Jarang Turun ke Konstituen

Pengamat menilai intensitas kunjungan ke konstituen menjadi kunci utama dalam pertarungan elektoral.

Baca Selengkapnya