Perbedaan Operasi TMC Banjir Demak dan Teknologi Modifikasi Cuaca Penanganan Karhutla

Selasa, 20 Februari 2024 18:27 WIB

Tim memasukkan bahan semai Natrium Clorida (NaCl) ke pesawat Cessna Caravan untuk Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Lanud Ahmad Yani, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu, 17 Februari 2024. Operasi hujan buatan ini dilakukan sebagai bagian dari upaya penanganan banjir Demak. FOTO/DOK. BNPB

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan sejumlah lembaga sejak Sabtu pekan lalu memanfaatkan Teknologi Modifikasi Cuaca atau TMC untuk meredam dampak banjir Demak, Jawa Tengah, serta daerah di sekitarnya. Operasi TMC yang biasanya dimanfaatkan agar hujan turun pada musim kemarau ini bisa juga diterapkan untuk mencegah hujan turun lebat, terutama di daerah yang berpotensi mengalami banjir.

Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Budi Harsoyo, mengatakan motode pemanfaatan TMC untuk dua urusan yang berbeda tersebut pada dasarnya sama. Hal yang berbeda, dalam penanganan banjir, TMC digunakan agar hujan turun di lautan, sebelum awan pembawanya sampai ke daratan. Sebaliknya, untuk mematasi cuaca panas dan kekeringan—juga bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla)–pada musim kemarau, TMC berupa penyemaian larutan garam atau natrium klorida (NaCl) pada awan justru dilakukan di atas daratan.

"Operasi terbaru TMC itu (untuk mengendalikan banjir) dilakukan di Demak, karena di sana banjirnya cukup berdampak parah. Seandainya masih turun hujan di daratan, maka bakal berdampak lebih jauh lagi," kata Budi saat dihubungi pada Selasa, 20 Februari 2024.

Sebelumnya, banjir menerjang sejumlah wilayah di Kabupaten Demak sejak awal bulan hingga pemerinta menetapkan status tanggap darurat bencana pada 6-19 Februari lalu. BNPB mengumumkan status tersebut diperpanjang sampai dengan 14 hari ke depan. Sejauh ini, banjir memaksa sedikitnya 18.739 orang mengungsi. Mereka untuk sementara tinggal di 125 titik pengungsian.

Penggunaan TMC diklaim andil meredam potensi banjir semakin buruk. Dalam operasi TMC ini BNPB bekerja sama dengan BRIN, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dan TNI. Adapun penyemaian NaCl di udara menggunakan pesawat Cessna 208 Caravan dengan nomor lambung PK-SNM milik Smart Aviation.

Advertising
Advertising

Menurut Budi, dalam operasi TMC penanggulangan dampak banjir Demak, penyemaian NaCl dilakukan pada awan di ketinggian 9-11 ribu kaki di atas permukaan laut yang berada jauh dari daerah tersebut. Dalam sekali penyemaian, pesawat mampu mengangkut satu ton NaCl untuk disebarkan ke target kumpulan awan yang masih berada di lautan.

Budi mengatakan, penyemaian NaCl ke kumpulan awan tersebut tak sembarangan. Sebelum menentukan target, pemantauan dilakukan dengan merujuk radar pergerakan awan. Analisis juga harus dilakukan pada aliran sungai. Pasalnya, dampaknya bisa lebih berisiko bila hujan hasil penyemaian NaCl turun ke aliran sungai. "Jadi penting untuk membuat hujan turun sebelum sampai ke lokasi ini," kata Budi.

Beroperasi Pagi hingga Sore

Operasi TMC di Indonesia baru bisa dilakukan dari pagi hingga sore menjelang matahari terbenam. Syarat ini, kata Budi, mempertimbangkan faktor keselamatan petugas. Selain itu, penglihatan pilot hanya memadai saat penerbangan dilakukan saat masih ada cahaya matahari.

Budi mengatakan, proses penyemaian NaCl ke kumpulan awan hingga turunnya hujan tidak memakan banyak waktu, hanya sekira 10-15 menit. Penyemaian larutan awan ini bertujuan menambah inti kondensasi ke dalam awan, sehingga proses terjadi hujannya bisa lebih cepat dibandingkan kondisi normal. "Semakin cepat hujan turun, maka kumpulan awan akan hilang dan hujan di darat bisa saja tidak terjadi," kata Budi.

Menurut dia, saat ini operasi TMC cukup efektif mengurangi potensi dampak bencana banjir. Beberapa kegiatan berskala internasional di Indonesia, kata dia, juga memanfaatkan TMC, seperti ajang MotoGP Mandalika, pertemuan G20, dan KTT ASEAN. "Setidaknya untuk mengurangi intensitas curah hujan dan risiko banjirnya itu bisa ditekan," kata Budi.

Berita terkait

Libur Panjang di Batam, Wisatawan Diminta Selalu Pantau Update Cuaca BMKG

27 menit lalu

Libur Panjang di Batam, Wisatawan Diminta Selalu Pantau Update Cuaca BMKG

Pantauan Tempo, sudah hampir satu minggu belakangan cuaca di Kota Batam tak menentu

Baca Selengkapnya

Hitung Jarak Zonasi PPDB dan Sampai Kapan Hawa Panas di Top 3 Tekno

47 menit lalu

Hitung Jarak Zonasi PPDB dan Sampai Kapan Hawa Panas di Top 3 Tekno

Top 3 Tekno Berita Terkini pada Jumat pagi ini, 10 Mei 2024, dipuncaki artikel informasi tentang aturan menghitung jarak zonasi PPDB 2024/2025.

Baca Selengkapnya

BMKG: Lebih Sedikit Wilayah Provinsi Berpotensi Hujan Lebat Hari Ini

2 jam lalu

BMKG: Lebih Sedikit Wilayah Provinsi Berpotensi Hujan Lebat Hari Ini

Sirkulasi siklonik dan konvergensi pengaruhi cuaca hari ini. wilayah mana berpotensi hujan lebat?

Baca Selengkapnya

Libur Cuti Bersama, Simak Prediksi Cuaca BMKG untuk Jabodetabek dari Pagi hingga Malam Ini

3 jam lalu

Libur Cuti Bersama, Simak Prediksi Cuaca BMKG untuk Jabodetabek dari Pagi hingga Malam Ini

Prediksi cuaca BMKG untuk wilayah Jakarta nihil potensi hujan sepanjang hari ini, Jumat 10 Mei 2024. Tapi tidak untuk wilayah sekitarnya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

12 jam lalu

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

Deklarasi Ganjar menjadi oposisi di pemerintahan Prabowo bisa jadi merupakan penegasan arah politik PDIP.

Baca Selengkapnya

Indonesia Dilanda Suhu Panas yang Bikin Gerah, Sampai Kapan?

16 jam lalu

Indonesia Dilanda Suhu Panas yang Bikin Gerah, Sampai Kapan?

Suhu panas yang melanda Indonesia diperkirakan terjadi hingga Agustus 2024.

Baca Selengkapnya

Gempa Darat Dangkal Terjadi di Sukabumi, Ini Data dan Penjelasan BMKG

17 jam lalu

Gempa Darat Dangkal Terjadi di Sukabumi, Ini Data dan Penjelasan BMKG

Gempa darat menggetarkan wilayah Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat, pada Kamis siang, 9 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

21 jam lalu

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

Tim peneliti di Telkom University mengembangkan sistem perangkat lunak dan alat pencatat meteran air bagi kalangan pelanggan perusahaan air minum.

Baca Selengkapnya

Peringatan Dini BMKG: Sebagian Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Badai

23 jam lalu

Peringatan Dini BMKG: Sebagian Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Badai

Potensi hujan badai di sejumlah wilayah Indonesia akibat keberadaan tiga sirkulasi siklonik dan bibit siklon tropis 91P.

Baca Selengkapnya

Otoritas Hentikan Sementara Operasi Penyelamat Korban Banjir di Brasil

23 jam lalu

Otoritas Hentikan Sementara Operasi Penyelamat Korban Banjir di Brasil

Hujan lebat disertai petir dan angin kecang telah mempersulit upaya penyelamatan korban banjir di selatan Brasil. Korban tewas tercatat 100 orang

Baca Selengkapnya