TEMPO.CO, Jakarta - Ponsel lipat HMD akan dirilis di Cina berkolaborasi dengan perusahaan boneka Barbie, Mattel. Ponsel Barbie ini adalah satu dari sejumlah perangkat baru HMD yang digembar-gemborkan akan meluncur musim panas tahun ini. Di dalamnya termasuk ponsel retro Nokia, sebuah ponsel baru HMD, dan sebuah platform pengembangan baru yang disebut HMD Fusion.

Mattel merupakan perusahaan mainan yang dikenal dengan banyak koleksi Barbie. Kolaborasi yang dilakukannya dengan HMD untuk ponsel lipat ini, diperkirakan meluncur secara global. Namun, perihal berapa nominal harganya belum ada keterangan resmi yang disampaikan ke publik.

Dalam sebuah wawancara, Head of insight, proposition, and product marketing di HMD, Adam Ferguson, memberi konfirmasi kalau ponsel akan baru dalam segala hal. Kolaborasi disebutnya adalah realisasi dari rencana yang pernah diumumkan September lalu.

Ketika itu perusahaan asal Finlandia itu menyatakan rencananya untuk beralih dari eksklusif membuat produk merek Nokia, seperti yang dilakukannya tujuh tahun ke belakang, ke menjual perangkat dengan mereknya sendiri, termasuk berkolaborasi dengan para mitra baru yang menarik. "Mattel adalah mitra yang dimaksud, tapi tentu bukan satu-satunya," kata Ferguson. .

Hadirnya ponsel Barbie, yang belum diberi nama, diklaim sebagai upaya membangkitkan gaya dan nostalgia pengguna oleh perusahaan yang kini mencitrakan diri sebagai perusahaan Human Mobile Devices ketimbang hanya 'HMD' tersebut.

Ponsel Barbie disebutkan tidak akan seperti smartphone layar lipat kebanyakan, tapi diduga akan lebih kepada flip phone jadul Nokia dengan detail unik dan khusus. Konsep ponsel lipat ala Nokia dengan sentuhan teknologi terkini.

Bocoran soal HMD Barbie ini sekaligus menjawab pertanyaan yang sempat hangat beberapa waktu lalu bahwa Nokia bakal lenyap di pasaran. Ternyata, saat pengumuman hadirnya ponsel lipat HMD Barbie, perusahaan itu mengklaim kalau Nokia tetap ada dan tidak akan hilang di pasaran.

THE VERGE, GIZMOCHINA

Pilihan Editor: Iffatul Umniati Raih Gelar Doktor di Al Azhar dengan Predikat Cum Laude, Simak Bagaimana Disertasinya Mengkritik MUI