Studi Queen Mary University of London Ungkap Dampak Baik Puasa bagi Tubuh Manusia

Reporter

Terjemahan

Editor

Abdul Manan

Selasa, 5 Maret 2024 08:48 WIB

Umat muslim menikmati makanan dalam acara buka puasa selama bulan suci Ramadhan, di Katedral Manchester, di Manchester, Inggris, 29 Maret 2023. REUTERS/Molly Darlington

TEMPO.CO, Jakarta - Selama berabad-abad puasa mendapat tempat penting dalam berbagai budaya dan agama di dunia. Praktik yang dilaksanakan oleh pemeluk sejumlah agama ini dipuji karena khasiatnya diyakini membersihkan dan merevitalisasi tubuh manusia.

Sebenarnya seperti apa cara kerja tubuh saat berpuasa sehingga bisa berdampak baik bagi kesehatan manusia? Para peneliti di Precision Healthcare University Research Institute (PHURI) di Queen Mary University of London tertarik menjawab pertanyaan ini dan memulai eksperimen unik, seperti dilansir oleh earth.com.

Dalam eksperimen ini, ada 12 sukarelawan yang setuju untuk berpartisipasi dalam puasa air selama 7 hari. Sambil memantau kesehatan mereka dengan cermat, para peneliti bertujuan untuk memberikan gambaran komprehensif tentang bagaimana tubuh bereaksi ketika kekurangan makanan.

Studi tersebut, yang dimuat di Jurnal Nature, mengungkapkan titik balik penting soal bagaimana tubuh merespons puasa. Dalam beberapa hari pertama, tubuh beralih dari penggunaan gula sebagai energi ke pembakaran simpanan lemak, yang dikenal sebagai ketosis. Ini merupakan respons awal tubuh untuk memastikan memiliki cukup energi untuk bertahan hidup.

Setelah tiga hari berpuasa, tubuh memulai respons lebih luas yang melibatkan perubahan pada berbagai organ dan sistemnya. Perubahan ini mencakup penyesuaian protein yang mendukung otak, sistem kekebalan tubuh, dan bahkan kemungkinan perbaikan sel. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh memasuki keadaan yang berbeda, berfokus pada efisiensi dan perlindungan pada saat ketersediaan pangan rendah.

Advertising
Advertising

Para peneliti juga mempelajari hampir 3.000 protein dalam darah para sukarelawan survei ini. Yang mengejutkan, sekitar sepertiga protein berubah secara signifikan selama periode puasa. Protein-protein ini, ditemukan di berbagai organ dan terlibat dalam beragam proses biologis, menunjukkan bahwa puasa memicu respons seluruh tubuh, bukan perubahan terisolasi di area tertentu.

Menariknya, perubahan kadar protein terjadi secara konsisten pada semua peserta, meskipun ada perbedaan gender dan kesehatan individu dari para sukarelawan. Konsistensi ini menunjukkan respons yang mendasar dan mendarah daging terhadap puasa, sebuah mekanisme bawaan dalam tubuh manusia. Ini adalah proses biologis universal yang aktif untuk menangani tidak adanya nutrisi yang masuk dan mengoptimalkan fungsi selama kondisi tersebut.

Peneliti juga menemukan bahwa puasa mengubah protein yang ditemukan di jaringan struktur pendukung otak, yang disebut matriks ekstraseluler. Jaringan ini menyediakan dukungan struktur dan biokimia untuk sel-sel otak. Perubahan matriks ekstraseluler dapat berdampak signifikan pada fungsi otak, mulai dari kesehatan sel-sel otak hingga efektivitas komunikasi satu sama lain.

Temuan soal matriks ekstraseluler ini menunjukkan bahwa puasa dapat berdampak positif bagi kesehatan otak. “Untuk pertama kalinya, kami dapat melihat apa yang terjadi pada tingkat molekuler di seluruh tubuh saat kita berpuasa,” kata Claudia Langenberg, Direktur PHURI.

“Puasa, jika dilakukan dengan aman, adalah intervensi penurunan berat badan yang efektif. Pola makan populer yang menggabungkan puasa – seperti puasa intermiten – mengklaim memiliki manfaat kesehatan, selain penurunan berat badan,” kata Claudia. "Hasil kami memberikan bukti manfaat kesehatan dari puasa selain penurunan berat badan. Namun hal ini baru terlihat setelah tiga hari pembatasan kalori total – lebih lambat dari yang kami perkirakan sebelumnya."

Dengan memahami cara kerja puasa pada tingkat yang lebih dalam, para ilmuwan mungkin dapat mengembangkan pengobatan yang meniru manfaatnya tanpa memerlukan puasa yang sebenarnya. Pengetahuan ini, tulis earth.com, juga dapat membantu mengatasi masalah kesehatan modern seperti obesitas dan diabetes dengan memberikan dasar bagi rekomendasi atau intervensi pola makan baru yang menggunakan prinsip puasa untuk meningkatkan kesehatan.

Rekan penulis studi ini, Maik Pietzner, Ketua Data Kesehatan PHURI, menambahkan bahwa temuan ini memberikan dasar bagi beberapa pengetahuan kuno tentang mengapa puasa digunakan untuk kondisi tertentu. "Meskipun puasa mungkin bermanfaat untuk mengobati beberapa kondisi, seringkali, puasa bukanlah pilihan bagi pasien yang menderita penyakit,” kata dia.

Maik Pietzner berharap temuan ini dapat memberikan informasi soal mengapa puasa bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu, yang kemudian dapat digunakan untuk mengembangkan pengobatan yang dapat dilakukan terhadap pasien.

Berita terkait

Puasa Syawal Berapa Hari? Ini Waktu Pelaksanaan dan Bacaan Niatnya

24 hari lalu

Puasa Syawal Berapa Hari? Ini Waktu Pelaksanaan dan Bacaan Niatnya

Puasa Syawal berapa hari? Puasa Syawal dilakukan selama 6 hari setelah Idul Fitri. Berikut ini ketentuan, waktu pelaksanaan, dan bacaan niatnya.

Baca Selengkapnya

Rayakan Lebaran 12 April 2024, Siapa Jemaah Islam Aboge di Banyumas?

25 hari lalu

Rayakan Lebaran 12 April 2024, Siapa Jemaah Islam Aboge di Banyumas?

Jemaah Islam Aboge di Banyumas baru merayakan lebaran pada Jumat, 12 April 2024, sehari setelah Idul Fitri yang ditetapkan Kemenag. Siapakah mereka?

Baca Selengkapnya

Ikon Lebaran, Ini 5 Fakta Menarik Soal Ketupat di Indonesia

30 hari lalu

Ikon Lebaran, Ini 5 Fakta Menarik Soal Ketupat di Indonesia

Ketupat sudah ada sejak masa pra-Islam di Indonesia, mulai populer untuk Idul Fitri atau lebaran sejak dikenalkan Sunan Kalijaga.

Baca Selengkapnya

Umat Hindu Bagikan Ribuan Paket "Bhoga Sevanam" kepada Umat Islam yang Menjalankan Ibadah Puasa

30 hari lalu

Umat Hindu Bagikan Ribuan Paket "Bhoga Sevanam" kepada Umat Islam yang Menjalankan Ibadah Puasa

Panitia Nasional Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1946/2024 membagikan ribuan paket "Bhoga Sevanam" kepada umat Islam yang berpuasa.

Baca Selengkapnya

Istri Ketua Kampung Bayam Cerita Suaminya Ditangkap Polisi, Seperti Penculikan

34 hari lalu

Istri Ketua Kampung Bayam Cerita Suaminya Ditangkap Polisi, Seperti Penculikan

Ketua Kampung Bayam, Furqon ditangkap. Warga menyebut penangkapan yang dilakukan Polres Jakarta Utara itu sebagai penculikan.

Baca Selengkapnya

10 Cara Mengatasi Ngantuk saat Puasa, Harus Berolahraga

36 hari lalu

10 Cara Mengatasi Ngantuk saat Puasa, Harus Berolahraga

Bagaimana cara mengatasi ngantuk saat puasa? Ikuti tipsnya berikut ini supaya puasa semakin lancar. Salah satunya harus rajin berolahraga.

Baca Selengkapnya

7 Manfaat Olahraga Saat Puasa, Bisa Bantu Turunkan Berat Badan

37 hari lalu

7 Manfaat Olahraga Saat Puasa, Bisa Bantu Turunkan Berat Badan

Ada banyak manfaat olahraga saat puasa, di antaranya bisa mencegah diabetes dan menurunkan berat badan. Berikut penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Konten Kuliner Bermunculan saat Ramadan, Ini Komentar MUI

38 hari lalu

Konten Kuliner Bermunculan saat Ramadan, Ini Komentar MUI

Bolehkah mengunggah konten atau foto-foto makananan dan kuliner saat orang tengah berpuasa Ramadan? SImak penjelasan berikut.

Baca Selengkapnya

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

40 hari lalu

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.

Baca Selengkapnya

Fakta Menarik Nuuk Greenland, Salah Satu Kota dengan Durasi Puasa Terlama

40 hari lalu

Fakta Menarik Nuuk Greenland, Salah Satu Kota dengan Durasi Puasa Terlama

Selain jadi salah satu kota memiliki durasi puasa terlama di dunia, Nuuk, Greenland juga menyimpan beberapa fakta menarik. Simak artikel menarik ini.

Baca Selengkapnya