4 Perbedaan Minyak Makan Merah dengan Minyak Goreng Biasa

Minggu, 17 Maret 2024 17:00 WIB

Presiden Jokowi melihat kemasan minyak makan merah setelah meresmikan pabriknya di Deli erdang, Sumut, 14 Maret 2024. Foto: BPMI Setpres/Kris

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jokowi meresmikan pabrik percontohan minyak makan merah Pagar Merbau di Deli Serdang, Sumatra Utara, pada 14 Maret 2024. Pada sambutannya, Jokowi mengklaim pabrik produk olahan minyak sawit atau crude palm oil (CPO) itu merupakan wujud kebijakan hilirisasi pemerintah. Dengan perilisan ini, harga sawit di daerah tersebut akan lebih stabil karena dapat diolah menjadi barang jadi, minyak makan merah.

Minyak makan merah yang sudah diresmikan ini memiliki beberapa perbedaan dari minyak goreng biasa. Berikut adalah perbedaan dari dua jenis minyak tersebut, yaitu:

1. Proses Penyulingan

Minyak makan merah selama proses produksi tidak melalui proses penyulingan. Proses ini berbeda dengan minyak goreng sawit biasa yang masih melalui proses penyulingan.

Pada minyak goreng sawit biasa, proses penyulingan masih dilakukan. Proses ini membuat minyak dicampurkan dengan asam fosfat dan soda kaustik yang menghilangkan asam lemak bebas sehingga memberikan konsistensi sabun pada minyak.

Advertising
Advertising

2. Dibuat dari kelapa sawit mentah

Mengacu ews.kemendag.go.id, minyak goreng merupakan minyak yang terbuat dari lemak hewan atau tumbuhan. Lemak tersebut dimurnikan dalam bentuk cairan pada suhu kamar yang disesuaikan dengan suhu ketika menggoreng makanan. Minyak dari tumbuhan biasanya berasal dari kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, jagung, kedelai, zaitun, bunga matahari, dan kanola. Sementara itu, minyak goreng hewani terbuat dari tallow atau lemak sapi dan lard, lemak babi. Bahan dasar ini berbeda dengan minyak makan merah yang hanya berasal dari minyak kelapa sawit mentah berwarna merah tua.

3. Lebih rendah kalori

Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit, sebagaimana dikutip laman Kementerian Pertanian, minyak makan merah mempertahankan kandungan senyawa fitonutrien. Kandungan tersebut terdiri dari karoten sebagai sumber vitamin A, tokoferol dan tokotrienol sebagai vitamin E, dan squalene. Minyak makan merah juga berpotensi menjadi pangan fungsional, seperti bahan anti stunting.

Di sisi lain, minyak goreng biasa mengandung kalori dan lemak yang relatif tinggi. Mengacu WebMd, minyak goreng biasa mengandung lemak jenuh dan lemak trans yang meningkatkan penyakit jantung. Namun, minyak ini juga mengandung lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda yang mengelola metabolisme kolesterol.

4. Harga lebih murah

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Teten Masduki mengatakan minyak merah akan dilego dengan harga murah atau di bawah harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng biasa. Adapun, HET minyak goreng senilai Rp14.000 per liter. “Harga (minyak merah) akan jauh lebih murah. Bisa Rp 9.000 per liter. Murahlah ini solusi bagi masyarakat, petani, dan konsumen,” jelas Teten.

RACHEL FARAHDIBA R | SULTAN ABDURRAHMAN | BANGKIT ADHI WIGUNA | RIANI SANUSI PUTRI

Pilihan Editor: Berharap Pada Minyak Makan Merah

Berita terkait

Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh

3 hari lalu

Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh

Pemerintah melalui Perum Bulog menaikkan harga eceran tertinggi atau HET untuk beras SPHP, dari Rp10.900 menjadi Rp12.500 per kilogram sejak 1 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Harga Beras SPHP Naik jadi Rp 12.500 per Kilogram, Bapanas Beberkan Alasannya

4 hari lalu

Harga Beras SPHP Naik jadi Rp 12.500 per Kilogram, Bapanas Beberkan Alasannya

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo buka suara soal naiknya harga beras merek SPHP.

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi Dorong Hilirisasi untuk Stabilkan Harga Jagung

6 hari lalu

Presiden Jokowi Dorong Hilirisasi untuk Stabilkan Harga Jagung

Harga Jagung di tingkat petani anjlok saat panen raya. Presiden Jokowi mendorong hilirisasi untuk menstabilkan harga.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

7 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Naik, Harga Biodiesel per Mei 2024 jadi Rp 12.453 per Liter

7 hari lalu

Naik, Harga Biodiesel per Mei 2024 jadi Rp 12.453 per Liter

Kementerian ESDM menetapkan harga indeks pasar bahan bakar nabati atau HIP BBN biodiesel per Mei 2024 sebesar Rp 12.453 per liter.

Baca Selengkapnya

Promo Super Indo Awal Mei, Minyak Goreng Super Hemat

8 hari lalu

Promo Super Indo Awal Mei, Minyak Goreng Super Hemat

Peritel produk makanan Super Indo Supermarket menghadirkan beragam promo potongan harga atau diskon di akhir April hingga menjelang Mei 2024.

Baca Selengkapnya

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

8 hari lalu

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

9 hari lalu

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara perkembangan ekonomi terkini, perkembangan politik domestik dan keberlanjutan kebijakan pasca Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

10 hari lalu

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

12 hari lalu

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.

Baca Selengkapnya