Organisasi Bantuan Global Bicara Bencana Kesehatan di Gaza: Belum Pernah Ada Horor Seperti Ini

Senin, 18 Maret 2024 20:01 WIB

Ekspresi seorang anak Palestina saat antre untuk menerima makanan selama bulan suci Ramadan, saat konflik antara Israel dan Hamas berlanjut, di Rafah, di selatan Jalur Gaza 13 Maret 2024. REUTERS/Mohammed Salem

TEMPO.CO, Jakarta - Gaza tenggelam dengan cepat ke dalam krisis kemanusiaan terburuk yang pernah terjadi sepanjang memori dunia modern. Lebih dari tiga perempat dari 2,2 juta penduduk Gaza, yang separuh di antaranya adalah anak-anak, menjadi pengungsi di tanah kelahirannya sendiri. Mereka terjebak dalam satu area permukiman paling padat di dunia dengan akses kepada makanan, air bersih, atau layanan kesehatan yang sangat minim.

Sejak 7 Oktober lalu, ketika wilayahnya diserang kelompok militan Hamas hingga menewaskan lebih dari seribu warga sipil, Israel telah dengan intensif membombardir Gaza. Pasukan Israel memblok aliran bantuan kemanusiaan dan melumpuhkan infrastruktur sipil yang ada di kota itu. Dampaknya, menurut PBB, telah lebih dari 30 ribu warga Palestina tewas di Gaza--kebanyakan wanita dan anak-anak--dan lebih dari 72 ribu terluka.

Angka-angka itu baru menunjukkan permulaan dari bencana kesehatan publik di Gaza. Hal itu karena mereka yang bertahan sekalipun harus hidup dengan efek perang ini sepanjang hayatnya. Ribuan warga Palestina menjadi cacat, memiliki imunitas yang menurun, sakit mental, dan mengalami kondisi kronis lainnya. Diperkirakan, pemulihannya butuh periode satu dekade ke depan yang mana tidak satu pun organisasi bantuan global mengaku telah membuat rencana untuk itu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Program Pangan Dunia (WFP), Unicef, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina, CARE International, dan Doctors Without Borders seluruhnya menyatakan belum memiliki rencana jangka panjang dan konkret yang berkecukupan untuk isu kesehatan masyarakat di Gaza. Beberapa lainnya malah belum memberi jawab apapun.

Kurangnya perencanaan untuk kebutuhan layanan kesehatan di Gaza satu dekade ke depan bisa jadi memang karena dahsyatnya krisis kemanusiaan saat ini. Kebanyakan orang-orang di Gaza kini hidup dalam kondisi penuh sesak tanpa layanan pengolahan dan pengangkutan sampah. Rata-rata, setiap orang hanya mendapat kurang dari satu liter air bersih per hari. Penyakit menular pun menjadi merajalela.

Advertising
Advertising

Sebuah survei terbatas di area penampungan pada Desember dan Januari lalu menemukan sedikitnya 90 persen balita terjangkit satu atau lebih penyakit menular. Sebanyak 70 persen terserang diare dalam dua pekan terakhirnya. "Dan itu tidak termasuk ratusan ribu orang yang berada di luar tenda-tenda penampungan," kata Margaret Harris, salah satu juru bicara WHO.

Kelaparan di Gaza

Kelaparan pun terjadi luas di Gaza. Hampir dua per tiga rumah tangga hanya makan sekali sehari, dan seperempat populasi menghadapi kelaparan dan malnutrisi ekstrem. Menurut survei yang pernah dilakukan terbatas di area penampungan pada Desember dan Januari lalu, kondisi paling parah ada di Gaza utara di mana satu dari enam anak kekurangan gizi.

Paket jatuh ke arah Gaza, setelah dijatuhkan dari pesawat militer berbendera Yordania, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas, seperti yang terlihat dari perbatasan Israel dengan Gaza di Israel selatan 7 Maret 2024. REUTERS/Amir Cohen

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan pada 7 Maret lalu saja ada 20 orang, termasuk 15 anak-anak, meninggal karena malnutrisi dan dehidrasi. Angka sebenarnya bisa jadi jauh lebih besar daripada itu.

"Hal yang sulit tentang malnutrisi pada anak-anak adalah bahwa dia menyebabkan lebih banyak penyakit menjangkit," kata Tanya Haj-Hassan dari Doctors Without Borders. Menurutnya, anak-anak yang kurang gizi lebih rentan terinfeksi penyakit, membuat mereka lebih sulit lagi menyerap nutrisi. "Dan ini menjadi bola salju menuju kematian."

Baca halaman berikutnya: Cacat fisik dan ancaman gangguan kejiwaan anak-anak

<!--more-->

Cacat Fisik Korban Perang

Pengeboman telah membuat sebagian besar wilayah di Gaza tidak aman. Unicef menemukan per Desember lalu, lebih dari 1000 anak telah kehilangan satu ataupun kedua kakinya sejak perang terbuka Hamas-Israel meletus--atau rata-rata lebih dari 10 anak per hari. Kondisinya diperparah karena opsi untuk mendapatkan pengobatan atas luka-luka itu sangat terbatas. Per 21 Februari lalu, hanya 18 dari 40 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi, itu pun dengan kapasitas yang jauh berkurang.

"Mereka tidak memiliki obat-obatan. Mereka tidak punya alat. Mereka tidak punya listrik. Yang ada hanya segelintir dokter yang menjalankan instalasi gawat darurat. Jadi, tidak ada sistem kesehatan yang benar-benar berfungsi," ujar Selena Victor dari Mercy Corps.

Krisis kemanusiaan yang amat besar menyebabkan organisasi kesehatan WHO kepayahan. "Kami belum pernah melihat kekerasan, horor, ketakutan, dan duka seperti ini sebelumnya yang terjadi pada populasi dalam sejarah modern," kata Harris.

Bahkan jika perang berakhir besok sekalipun, dia menambahkan, mereka yang bertahan akan menghadapi konsekuensi kesehatan sepanjang hidupnya. Banyak yang secara fisik akan menjadi difabel. Yang lain bakal mengalami penyakit kejiwaan yang parah. "Sebagian lagi mungkin mengembangkan kondisi paru kronis, penyakit jantung, dan kanker dari polutan kimia dalam bom-bom dan bangunan yang hancur," kata Harris.

Dampak Terparah pada Anak-anak

Dampak terparah dialami anak-anak. "Malnutrisi berkepanjangan pada anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan mengganggu perkembangan otak, menyebabkan defisit kognisi, memori, fungsi motorik, dan kecerdasan," kata Haj-Hassan.

Malnutrisi juga melemahkan sistem imun anak-anak, menyebabkan mereka rentan terinfeksi penyakit. Riset menunjukkan kalau malnutrisi selama kehamilan meningkatkan risiko bayi-bayi obesitas, hipertensi, sakit jantung, dan diabetes tipe-2. Sebuah laporan dari Project Hope pada Februari lalu menemukan kalau satu dari lima wanita hamil yang dirawat di klinik Gaza menderita kurang gizi, seperti halnya juga satu dari 10 anak-anak yang terlihat di sana.

Sejumlah warga Palestina menunggu untuk menerima makanan selama bulan suci Ramadan, saat konflik antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza 13 Maret 2024. REUTERS/Mohammed Salem

Menurut Harris, bahaya yang akan menyebar paling luas adalah efek kehancuran perang ke kesehatan mental. Pada anak-anak, trauma yang ditimbulkan dapat mengganggu perkembangan otak dan organ dan meningkatkan risiko ketidakmampuan belajar dan kesehatan jiwa. "Kita akan melihat sebuah beban yang sangat besar dari penyakit kejiwaan yang akan sangat sulit untuk diatasi," kata Harris.

Dengan seluruh konsekuensi itu, perencanaan kesehatan jangka panjang untuk Gaza disepakati harus dibuat. Termasuk di dalamnya adalah membangun ulang infrastruktur, mengembangkan program rehabilitasi fisik dan mental, serta rutin menapis penyakit.

Victor mengakui memandang absurd membahas tentang akan seperti apa nanti ketika saat ini saja warga Palestina di Gaza sekarat mencoba mendapatkan segenggam roti untuk keluarganya."Tapi memang harus kita pikirkan juga," katanya.

NEWSCIENTIST

Pilihan Editor: Viral Mobil Tinja Buang Muatan dari Atas Jembatan ke Sungai Cisadane di Bogor, Ternyata Air Lumpur

Berita terkait

Lebih dari 15 Ribu Anak Terbunuh di Jalur Gaza

3 jam lalu

Lebih dari 15 Ribu Anak Terbunuh di Jalur Gaza

Otoritas di Palestina menyebut lebih dari 15.000 anak terbunuh di Jalur Gaza

Baca Selengkapnya

Ini 6 Negara Pemasok Senjata Utama Israel, Ada yang Sudah Menghentikan Ekspornya

3 jam lalu

Ini 6 Negara Pemasok Senjata Utama Israel, Ada yang Sudah Menghentikan Ekspornya

Sekutu paling kuat Israel, Amerika Serikat telah menghentikan pengiriman senjata ke negara Zionis, termasuk bom-bom berat penghancur bunker.

Baca Selengkapnya

Menteri Pertahanan Lloyd Austin Benarkan Amerika Serikat Hentikan Sementara Pengiriman Senjata ke Israel

5 jam lalu

Menteri Pertahanan Lloyd Austin Benarkan Amerika Serikat Hentikan Sementara Pengiriman Senjata ke Israel

Lloyd Austin mengkonfirmasi dalam sidang Kongres kalau Amerika Serikat untuk pertama kalinya menangguhkan sementara pengiriman senjata ke Israel

Baca Selengkapnya

Biden Akui Bom dari AS Digunakan Israel untuk Serang Rafah, Ancam Setop Suplai Senjata

5 jam lalu

Biden Akui Bom dari AS Digunakan Israel untuk Serang Rafah, Ancam Setop Suplai Senjata

AS menghentikan pengiriman senjata ke Israel. Joe Biden mengakui bom AS digunakan untuk menyerang rakyat Rafah.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan AS Hentikan Pengiriman Bom ke Israel

14 jam lalu

Ini Alasan AS Hentikan Pengiriman Bom ke Israel

Amerika Serikat telah menangguhkan pengiriman senjata ke Israel, termasuk bom-bom berat yang digunakan oleh sekutu AS tersebut di Gaza.

Baca Selengkapnya

Sivitas Akademika Universitas Andalas Gelar Aksi Bela Palestina: Unand Student For Justice In Palestine

15 jam lalu

Sivitas Akademika Universitas Andalas Gelar Aksi Bela Palestina: Unand Student For Justice In Palestine

Setelah puluhan kampus di Amerika, kini sivitas akademika Universitas Andalas (Unand) gelar aksi bela Palestina dengan tema Unand Student For Justice.

Baca Selengkapnya

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

15 jam lalu

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

Heat wave atau gelombang panas dapat menyebabkan dampak negatif bagi tubuh dan kulit, seperti heat stroke dan kanker kulit. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

AS Tangguhkan Pengiriman JDAM ke Israel, Apa Kelebihan dan Kelemahan Bom Ini?

16 jam lalu

AS Tangguhkan Pengiriman JDAM ke Israel, Apa Kelebihan dan Kelemahan Bom Ini?

AS untuk pertama kalinya secara terbuka berjanji untuk menangguhkan pengiriman JDAM ke Israel sebagai tanggapan invasi ke Rafah.

Baca Selengkapnya

Mengapa Netanyahu Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas?

1 hari lalu

Mengapa Netanyahu Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas?

Israel menolak gencatan senjata dan melancarkan operasi di Rafah, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa perang di Gaza akan berlarut-larut.

Baca Selengkapnya

Bahama Secara Resmi Akui Palestina Sebagai Negara

1 hari lalu

Bahama Secara Resmi Akui Palestina Sebagai Negara

Bahama secara resmi mengakui negara Palestina. Sebelumnya sejumlah negara melakukan hal serupa.

Baca Selengkapnya