13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

Rabu, 20 Maret 2024 03:45 WIB

Australia dalam sepekan harus menyiapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona di resor ski. Foto: @thredboresort

TEMPO.CO, Jakarta - Aktivitas ski terancam terhapus di banyak bagian di dunia seiring cengkeraman perubahan iklim yang menguat. Sebuah studi yang memprediksi perubahan hujan salju di masa depan menemukan 13 persen area ski di dunia bakal kehilangan seluruh tutupan salju tahunan dan alami-nya pada 2100.

Sementara, 20 persen area ski yang lain akan kehilangan lebih dari separuh jumlah hari tutupan saljunya pada periode 2071 sampai 2100. Australia diprediksi yang terparah, kehilangan sampai tiga per empat jumlah hari tutupan salju pada akhir abad ini.

Veronika Mitterwallner dari University of Bayreuth, Jerman, ketua tim yang melakukan studi itu, mengatakan hasil prediksi menunjukkan apa yang sebenarnya sudah mulai teramati. "Semakin banyak resort ski yang tutup karena kekurangan salju, dan agenda olahraga musim dingin, terutama di dataran rendah, digelar di atas lintasan putih salju yang dikelilingi lanskap hijau," kata peneliti bidang ekologi olahraga itu.

Mitterwallner dan timnya melakukan pemodelan tiga skenario emisi gas rumah kaca--rendah, medium, dan tinggi--untuk periode sisa abad ini. Hasilnya, mereka menemukan hari-hari hujan salju tahunan di tujuh area pegunungan utama untuk aktivitas ski downhill di dunia secara signifikan akan berkurang di seluruh skenario.

Di bawah skenario emisi medium, hasil studi memprediksi rata-rata jumlah hari tutupan salju tahunan akan berkurang 43 persen di Pegunungan Andes, 37 persen di Appalachians, 78 persen di pegunungan di Australia, 42 persen di Alpen Eropa, 50 persen di pegunungan di Jepang, 23 persen di Pegunungan Rocky, dan 51 persen di pegunungan di Selandia Baru sebelah selatan.

Advertising
Advertising

Pengunjung berjalan dekat dengan lembaran terpal besar yang menutupi gletser Presena untuk menunda pencairan salju di lereng ski di Passo del Tonale, dekat Trento, Italia 13 Juli 2020. Para konservasionis menutupi gletser Presena yang mengalami penyusutan akibat pemanasan global. REUTERS/Flavio Lo Scalzo

Satu-satunya negara ski besar yang tidak bisa dimodelkan karena data yang tidak berkecukupan adalah Cina. Hasil studi ini telah dipublikasi secara online di Jurnal PLOS ONE pada 13 Maret 2024.

Mitterwallner dkk memperingatkan, seiring ladang ski yang dipaksa naik ke dataran lebih tinggi dan terpencil, pengelola resort akan mengerahkan tekanan yang lebih besar untuk berpindah ke dalam ekosistem pegunungan yang terancam. Padahal, mereka menambahkan, spesies dataran tinggi sudah berada dalam tekanan akibat perubahan iklim buatan manusia.

"Tambahan lagi, aktivitas ski di dataran tinggi pegunungan bergantung kepada konstruksi infrastruktur, pemeliharaan lereng luncur, dan bentuk lain degradasi lahan, yang mana tentu memberi dampak kepada ekosistem dataran tinggi pegunungan."

Janette Lindesay dari Australian National University, Canberra, menilai skenario-skenario yang dimodelkan untuk studi itu realistis. Menurutnya, Bumi memang sudah bergerak lebih jauh ke dalam sebuah situasi di mana lingkungan menghangat secara signifikan.

Pemanasan global dinilainya masih akan terus berlanjut. "Saya kira kondisi itu sejalan untuk curah salju yang akan terus berkurang di manapun dia biasanya terjadi," kata profesor bidang klimatologi ini.

NEWSCIENTIST, JOURNALS.PLOS

Pilihan Editor: BRIN Sebut Alasan KPU Tak Pindah ke E-Voting, Lebih Memilih Sirekap

Berita terkait

Ini 3 Alasan Australia Tingkatkan Jumlah Minimum Tabungan untuk Visa Pelajar

18 jam lalu

Ini 3 Alasan Australia Tingkatkan Jumlah Minimum Tabungan untuk Visa Pelajar

Australia meningkatkan jumlah minimum tabungan untuk visa pelajar sebagai upaya menekan angka migrasi yang tinggi.

Baca Selengkapnya

75 Tahun Hubungan Diplomatik, Kedutaan Besar Australia Roadshow ke ITB

20 jam lalu

75 Tahun Hubungan Diplomatik, Kedutaan Besar Australia Roadshow ke ITB

Dalam rangka memperingati 75 Tahun Hubungan Diplomatik, Kedutaan Besar Australia mengadakan acara acara "#AussieBanget University Roadshow" di ITB

Baca Selengkapnya

Migrasi ke Australia Kian Sulit, Batas Minimum Tabungan Visa Pelajar Dinaikkan Jadi Rp 313 Juta

22 jam lalu

Migrasi ke Australia Kian Sulit, Batas Minimum Tabungan Visa Pelajar Dinaikkan Jadi Rp 313 Juta

Australia memperketat migrasi dengan menaikkan batas tabungan untuk pelajar internasional.

Baca Selengkapnya

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

23 jam lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

5 Manfaat Energi Terbarukan yang Harus Dilestarikan

2 hari lalu

5 Manfaat Energi Terbarukan yang Harus Dilestarikan

Energi terbarukan perlu dijaga kelestariannya untuk generasi mendatang karena memiliki beberapa manfaat. Simak 5 manfaat energi terbarukan.

Baca Selengkapnya

Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda di Indonesia, Ini 5 Negara yang Sudah Menerapkannya

2 hari lalu

Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda di Indonesia, Ini 5 Negara yang Sudah Menerapkannya

Luhut bicara soal kemungkinan diaspora memperoleh kewarganegaraan ganda. Negara mana saja yang sudah menerapkannya?

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

2 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

5 Daftar Negara Tersantai di Dunia, Indonesia Peringkat 1

2 hari lalu

5 Daftar Negara Tersantai di Dunia, Indonesia Peringkat 1

Beberapa negara ini dijuluki negara tersantai di dunia. Hal ini dinilai berdasarkan tingkat kenyamanan hingga suhu udara. Ini daftarnya.

Baca Selengkapnya

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

3 hari lalu

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

Gejolak demo mahasiswa Pro-Palestina merembet ke Australia dan Prancis, apa yang terjadi?

Baca Selengkapnya

Kepolisian Australia Menembak Mati Remaja Laki-laki karena Penikaman

3 hari lalu

Kepolisian Australia Menembak Mati Remaja Laki-laki karena Penikaman

Kepolisian Australia mengkonfirmasi telah menembak mati seorang remaja laki-laki, 16 tahun, karena penikaman dan tindakan bisa dikategorikan terorisme

Baca Selengkapnya