Kejahatan Siber Berbasis Cloud Meningkat, Ini Aktor-aktornya dan Tindakan yang Mereka Lakukan

Jumat, 22 Maret 2024 11:43 WIB

Ilustrasi hacker. (e-propethic.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Kejahatan siber berbasis cloud sepanjang dua tahun terakhir meningkat sebesar 110 persen, lonjakan ini dicatat dari survei CrowdStrike sejak empat tahun terakhir. Perusahaan keamanan siber itu menjelaskan bahwa peretas sudah mulai mengeksploitasi kelemahan fitur-fitur di cloud.

CrowdStrike merupakan perusahaan keamanan siber yang berkantor pusat di California, Amerika Serikat. Perusahaan ini menilai ihwal ancaman serangan siber berbasis cloud semakin meningkat dewasa ini, imbas bertambahnya organisasi yang memindahkan sebagian bisnisnya ke cloud.

Cloud memang cukup diminati beberapa tahun terakhir, kondisi ini dipicu oleh bertambahnya data dan jumlah pegawai perusahaan yang tidak memungkinkan untuk disimpan dalam satu perangkat keras atau hard drive. Untuk itu, teknologi berinovasi menciptakan cloud serupa server yang bertugas menyimpan data di internet berbasis jaringan.

Data yang disimpan di cloud tidak berbentuk fisik dan lokasi penyimpanannya tersebar di internet atau server penyedia layanan. Sisi positifnya, perusahaan tidak perlu lagi kesulitan dan risiko kehilangan data atau tercecer bisa dikurangi. Namun, risiko peretasan dan kebobolan pasti tetap terjadi.

Director Strategic Threat Advisory Group at CrowdStrike, Scott Jarkoff mengatakan secara keseluruhan pihaknya melihat ada peningkatan sebanyak 75 per dari tahun ke tahun dalam intrusi cloud. Pelaku kejahatan siber yang diamatinya cenderung aktif dalam menarget dan mengeksploitasi ekosistem cloud, terutama yang berkontribusi dari intrusi cloud-conscious.

Advertising
Advertising

"Peretas mengandalkan kredensial valid yang didapatkan dari berbagai metode, termasuk serangan, phising, pencurian dan peretasan akses. Pelaku yang cukup terkenal ini di antaranya Fancy Bear dan Scattered Spider yang pernah menarget Microsoft 365," kata Scott kepada Tempo, Jumat, 22 Maret 2024.

Cara pelaku meretas cloud, menurut Scott, dimulai dengan mendapatkan akses awal ke server perusahaan atau individu. Lalu pelaku menambahkan hak istimewa untuk memperoleh akses ke identitas tambahan dan memodifikasi kebijakan.

"Akses ini memungkinkan pelaku untuk bolak-balik antara on premises dan lingkungan cloud," ucap Scott, sembari menyampaikan kalau tindakan itu gagal, maka peretas bakal menggunakan akses cloud backend untuk memulihkan pintu masuk ke server.

Scott menjelaskan, strategi lainnya yang dilakukan peretas cloud dengan eskalasi hak istimewa untuk mendapatkan akses lebih luas di dalam sistem. Pelaku melakukan tindakan ini untuk mendapatkan lebih banyak kredensial pengguna dan menipu dengan phising.

"Mereka juga meningkatkan tingkat akses dengan memanipulasi kebijakan sistem atau menambahkan diri mereka sendiri ke dalam grup dengan hak istimewa yang lebih besar. Kasus ini pernah dilakukan oleh Indrik Spider ke azure key vault (layanan cloud milik Microsoft)," ucap Scott.

Model Keamanan Lama Rentan Diretas

Wawancara eksklusif yang diterima Tempo dari CrowdStrike, turut membahas peran kecerdasan buatan atau AI dalam memperkuat kecepatan dan skala serangan siber. Kemajuan teknologi di masa kini ternyata berimbas juga pada kerentanan sistem.

"Arsitektur keamanan lama tidak dapat lagi menandingi kecepatan dan taktik pelaku modern. Solusi lama dirancang ketika volume data, kecepatan dan kecanggihan pelaku masih jauh lebih kecil daripada sekarang," kata Scott.

Untuk mempertahankan diri dari lonjakan serangan siber, menurut Scott, sangat penting untuk menerapkan otentikasi multifaktor yang tahan phishing dan memperluasnya ke sistem. Ini bisa mengimbangi kecepatan serangan dan menghemat biaya pengeluaran untuk mengamankan data.

Pilihan Editor: Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gunung Padang

Berita terkait

Kominfo Jamin Keamanan Siber saat Penyelenggaraan World Water Forum di Bali

4 hari lalu

Kominfo Jamin Keamanan Siber saat Penyelenggaraan World Water Forum di Bali

Kominfo menggandeng BSSN untuk menjaga keamanan siber selama penyelenggaraan World Water Forum ke-10 di Bali

Baca Selengkapnya

Sederet Janji Microsoft di Balik Investasi Jumbo untuk Indonesia, Apa Saja?

7 hari lalu

Sederet Janji Microsoft di Balik Investasi Jumbo untuk Indonesia, Apa Saja?

Microsoft menyodorkan sejumlah rencana untuk Indonesia melalui investasi sebesar Rp 27,6 triliun.Salah satunya pelatihan AI untuk 840 ribu peserta.

Baca Selengkapnya

Bos Microsoft Ungkap Rencana Investasi AI dan Cloud Senilai Rp 27,6 Triliun di Indonesia, Ini Rinciannya

8 hari lalu

Bos Microsoft Ungkap Rencana Investasi AI dan Cloud Senilai Rp 27,6 Triliun di Indonesia, Ini Rinciannya

CEO Microsoft, Satya Nadella, membeberkan rencana investasi perusahaannya di Indonesia. Tak hanya untuk pengembangan infrastruktur AI dan cloud.

Baca Selengkapnya

Akui Kecanggihan Teknologi Siber Israel, Konsultan Keamanan Spentera: Risetnya Luar Biasa

13 hari lalu

Akui Kecanggihan Teknologi Siber Israel, Konsultan Keamanan Spentera: Risetnya Luar Biasa

Mayoritas penyedia layanan software dan infrastruktur teknologi dipastikan memiliki afiliasi ke Israel.

Baca Selengkapnya

Tolak Proyek Cloud untuk Israel, 50 Karyawan Google Akhirnya Dipecat

13 hari lalu

Tolak Proyek Cloud untuk Israel, 50 Karyawan Google Akhirnya Dipecat

Google menjalin kerja sama dengan Israel lewat kontrak Project Nimbus untuk layanan komputasi awan atau cloud senilai hampir Rp 20 triliun.

Baca Selengkapnya

Diprotes Karyawan Google karena Kerja Sama dengan Israel, Apa Itu Proyek Nimbus?

20 hari lalu

Diprotes Karyawan Google karena Kerja Sama dengan Israel, Apa Itu Proyek Nimbus?

Proyek Nimbus adalah proyek komputasi cloud atau awan milik pemerintah dan militer Israel yang bekerja sama dengan Google dan Amazon.

Baca Selengkapnya

Staf Google Gelar Aksi Duduk Memprotes Kontrak dengan Israel

21 hari lalu

Staf Google Gelar Aksi Duduk Memprotes Kontrak dengan Israel

Para pengunjuk rasa menekan Google untuk mengakhiri kontraknya dengan Amazon untuk proyek cloud dan pembelajaran mesin Israel.

Baca Selengkapnya

Peretas: Bebaskan Tahanan Palestina Atau Data Keamanan Israel Dijual

26 hari lalu

Peretas: Bebaskan Tahanan Palestina Atau Data Keamanan Israel Dijual

NET Hunter, kelompok peretas yang membobol Kementerian Keamanan Israel, mengatakan akan terus melakukan serangan cyber sampai perang Gaza berhenti.

Baca Selengkapnya

Microsoft Gelontorkan Dana Jumbo ke Sejumlah Negara, Demi Bisnis AI Generatif Hingga Cloud

27 hari lalu

Microsoft Gelontorkan Dana Jumbo ke Sejumlah Negara, Demi Bisnis AI Generatif Hingga Cloud

Microsoft mengasup investasi jumbo ke sejumlah negara untuk pengembangan teknologi mutakhir, seperti AI generatif dan cloud.

Baca Selengkapnya

Data Pribadi Puluhan Juta Pelanggan AT&T Kembali Bocor, Passcode Mudah Dibaca

37 hari lalu

Data Pribadi Puluhan Juta Pelanggan AT&T Kembali Bocor, Passcode Mudah Dibaca

Perusahaan telekomunikasi AT&T mengakui adanya kebocoran data pribadi 7,6 juta pelanggan eksistingnya dan 65 juta eks pelanggan

Baca Selengkapnya