Guru Besar Unpad Ajarkan Empat Metode Pemberantasan Gulma Tani, Mana yang Paling Efektif?

Selasa, 26 Maret 2024 22:44 WIB

Petani memanen padi di Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis 7 Maret 2024. Sekitar 20 hektare lahan pertanian di kawasan itu terdampak banjir akibat tanggul waduk jebol. ANTARA FOTO/Muhammad Mada

TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad), Yayan Sumekar, menyarankan pengendalian gulma secara terintegrasi untuk menekan kerugian pertanian. Pertumbuhan tanaman liar yang tidak terkendali berpotensi menggerus jumlah dan kualitas hasil panen, serta mendatangkan hama. Kerugian tersebut belum termasuk gangguan agronomi, berkurangnya penggunaan ekonomis perairan, bahkan menambah ongkos petani.

“Kalau kita mengendalikan gulma di awal, persentase hama penyakit yang hadir juga mungkin saja lebih sedikit dibandingkan membiarkan gulma hadir,” kata Yayan, dikutip dari Kanal Media Unpad pada Selasa, 26 Maret 2024.

Secara teknis, kata Yayan, pertumbuhan gulma akan berkurang jika lingkungan biologisnya dirusak, misalnya dicabut atau dipotong menggunakan alat khusus. Namun, cara itu tak efektif untuk lahan yang luas.

Metode pengolaan budidaya pada area tanam biasanya sudah dilengkapi dengan strategi pengendalian gulma. Dalam pengelolaan budidaya, umumnya terdapat rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup hama, penyakit, serta gulma. Pengaturan jarak tanam juga perlu diperhatikan agar tidak terlalu jauh atau terlalu dekat.

Guru Besar bidang Ilmu Persistensi Herbisida Unpad itu juga mengungkit metode biologis untuk mengurangi ancaman gulma. Caranya dengan memakai bantuan makhluk hidup, seperti kerbau, sapi, kambing, bahkan mikroba atau organisme yang sangat kecil.

Advertising
Advertising

Di luar taktik tersebut, masih ada metode pemberangusan gulma dengan bahan kimia, yakni herbisida. Namun, cara ini berisiko jika tidak diterapkan dengan benar. Beberapa risikonya adalah keracunan pada manusia dan hewan, residu dan persistensi herbisida, serta munculnya resistensi atau kekebalan gulma terhadap salah satu jenis herbisida.

“Sebenarnya herbisida digunakan sebagai alternatif terakhir,” tutur Yayan. “Tapi, (petani) di berbagai lokasi saat ini cenderung langsung menggunakan herbisida karena biaya dan waktu yang digunakan lebih sedikit dibandingkan cara mekanik.

Untuk metode bahan kimia, petani harus mengenali jenis gulma, kemudian memilih dan memakai kaherbisida di waktu yang tepat. Senyawa itu tidak cocok dipakai di malam hari. Penyerapan hebrisida oleh tanaman juga tergantung cuaca. Tanaman sebaiknya tidak terkena hujan minimal 4 jam setelah penyemprotan.

Penggunaan dosisnya pun harus sesuai dan disebarkan secara merata. “Banyak kejadian di lapangan petani sudah tidak memakai takaran lagi, sehingga kalau dihitung bisa dua atau tiga kali lipat dari dosis rekomendasi. Itulah yang membahayakan,” kata Yayan.

Pilihan Editor: Kongres Drone akan Diadakan di Cina pada Mei 2024

Berita terkait

Guru Besar Hukum UI: Presiden Indonesia Paling Besar Kekuasaanya di Bidang Legislatif

1 jam lalu

Guru Besar Hukum UI: Presiden Indonesia Paling Besar Kekuasaanya di Bidang Legislatif

Presiden Indonesia ikut dalam semua aktivitas legislasi mulai dari perencanaan, pengusulan, pembahasan, persetujuan hingga pengundangan.

Baca Selengkapnya

Kukuhkan 7 Profesor Bidang Ilmu-Ilmu Syariah, UIN Jakarta Jadi PTKIN dengan Guru Besar Terbanyak

5 jam lalu

Kukuhkan 7 Profesor Bidang Ilmu-Ilmu Syariah, UIN Jakarta Jadi PTKIN dengan Guru Besar Terbanyak

Guru besar yang baru dikukuhkan di UIN Jakarta diharapkan turut menjadi bagian penting pengembangan akademik kampus.

Baca Selengkapnya

Guru Besar UGM Kembangkan Alat Skrining Pencegahan Malnutrisi Pasien di Rumah Sakit

22 jam lalu

Guru Besar UGM Kembangkan Alat Skrining Pencegahan Malnutrisi Pasien di Rumah Sakit

Guru Besar UGM, Profesor Susetyowati, mengembangkan sistem skrining untuk mencegah malnutrisi pasien dalam perawatan. Skrining hanya butuh 5 menit.

Baca Selengkapnya

Mentan Bangun Klaster Pertanian Modern

1 hari lalu

Mentan Bangun Klaster Pertanian Modern

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, akan membangun klaster pertanian modern seluas 10.000 hektare di Kabupaten Bandung.

Baca Selengkapnya

Unpad Kembangkan Robot Kuli Panggul, Mampu Rekam Data Aktivitas Logistik

3 hari lalu

Unpad Kembangkan Robot Kuli Panggul, Mampu Rekam Data Aktivitas Logistik

Proyek robot buatan Unpad akan mengikuti ajang IEEE Region 10 Robotics Competition di Jepang pada Agustus 2024. Robot berbasis AI dan IoT.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

3 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

3 hari lalu

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

Timnas Indonesia U-23 harus menang melawan Timnas Guinea U-23 jika ingin lolos Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Wakil Ketua MWA: 7 Bakal Calon Berpotensi Jadi Rektor Unpad 2024-2029l

4 hari lalu

Wakil Ketua MWA: 7 Bakal Calon Berpotensi Jadi Rektor Unpad 2024-2029l

Terdapat 14 bakal calon dalam pemilihan Rektor Universitas Padjajaran atau Unpad.

Baca Selengkapnya

Profil 14 Bakal Calon Rektor Unpad, Ada Dosen dari Universitas Sebelas April

5 hari lalu

Profil 14 Bakal Calon Rektor Unpad, Ada Dosen dari Universitas Sebelas April

Panitia Pemilihan Rektor Unpad sudah menetapkan 14 bakal calon dari total 16 pendaftar. Profilnya beragam, mulai dari wakil dekan hingga dosen.

Baca Selengkapnya

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

6 hari lalu

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

Kekeringan El Nino sudah overlap dan harus waspada.

Baca Selengkapnya