Kisah Tradisi Rampogan Macan yang Diduga Jadi Penyebab Punahnya Harimau Jawa

Reporter

Yolanda Agne

Senin, 1 April 2024 16:30 WIB

Dua harimau sedang mengangkat diri kesalah satu pundak pawang saat tampil di Taman Safari, Bogor, Jawa Barat, 2 Mei 2015. Pada liburan panjang dimanfaatkan warga untuk mengunjungi Taman Safari Indonesia. Foto: Lazyra Amadea Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Selain habitatnya yang terus menyempit, ada sejumlah dugaan penyebab berkurangnya harimau Jawa. Salah satunya tradisi masyarakat ratusan tahun lalu yang bernama rampogan.

Rampogan macan merupakan salah satu budaya yang telah lama dilakukan di Jawa. Dikutip dari skripsi Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung judul Rampogan Macan: Simbol Perlawanan Terhadap Kolonialisme Dalam Perayaan Hari Raya Ketupat, rampogan macan hampir sama dengan pertunjukan gladiator pada masa kekaisaran Romawi.

Pada beberapa pertunjukan harimau diadu dengan hewan lain, seperti gajah, banteng, dan kerbau. Beberapa lainnya ada juga yang mengadu antara macan dengan manusia.

Dilansir dari buku Bakda Mawi Rampog milik Kartawibawa yang terbit pada 1923, budaya ini lestari di Jawa pada abad ke 17-19 dan resmi di larang oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1905 karena menjadi salah satu penyebab punahnya harimau Jawa. Rampogan Macan diperkirakan sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam tepatnya pada masa pemerintahan Amangkurat II Kartasura.

Pertunjukan ini diadakan ketika ada kunjungan dari tamu agung seperti Gubernur Jendral Belanda dan pada perayaan hari besar Islam. Rampogan macan awalnya berpusat di Surakarta dan Yogyakarta, namun karena beberapa faktor maka pagelaran ini bisa sampai pada daerah-daerah luar keraton salah satunya adalah di Blitar.

Advertising
Advertising

Pada abad ke-19 macan dianggap mengganggu penduduk karena memangsa hewan ternak. Oleh karena itu penguasa pada saat itu memerintahkan untuk menangkap dan membunuh macan. Macan yang berhasil ditangkap akan dibunuh ketika berlangsungnya rampogan macan.

Rampogan macan dilakukan di alun-alun. Macan yang masih hidup dikurung dalam kerangkeng di utara alun-alun. Sebelumnya macan ditakut-takuti dengan obor agar bersembunyi dan masuk kedalam peti. Pada pintu peti terdapat sebuah tali panjang apabila ditarik maka tutup peti yang didalamnya berisi macan akan terbuka.

Ketika pertunjukan dimulai, orang-orang yang telah membawa senjata berupa tombak berbaris melingkari peti. Setelah terdengar suara gamelan, gendhing, dan tembang glagah kanginan. Salah satu orang yang diutus kerajaan berjalan menuju depan kotak. Kemudian orang tersebut akan memutus tali tutup peti.

Prajurit bergegas memberi asap dari alang-alang yang dibakar. Pembakaran alang-alang dilakukan dengan tujuan agar macan kepanasan sehingga mau keluar dari peti. Selain diadu dengan manusia macan juga diadu dengan hewan lain, biasanya menggunakan kerbau.

Sebelum diadu kerbau sudah digepyok (diolesi) dedaunan yang menimbulkan efek gatal-gatal di badan kerbau. Cara lain yang bisa digunakan biasanya disiram air cabai moncongnya sehingga kerbau berubah menjadi galak.

Kadang-kadang, jika macan atau harimau tidak bertarung dengan baik, dia dikeluarkan dari arena dan diganti dengan macan yang baru atau harimau lainnya untuk meningkatkan atmosfer tontonan.

Pilihan Editor: Publikasi Penelitian Harimau Jawa di Jurnal Ilmiah, Peneliti Sempat Sepelekan Temuan

Berita terkait

Cerita Mahfud MD Sematkan Pepatah Sakral di Prasasti Asrama Mahasiswa Madura Yogya

14 jam lalu

Cerita Mahfud MD Sematkan Pepatah Sakral di Prasasti Asrama Mahasiswa Madura Yogya

Mahfud MD didapuk meresmikan asrama mahasiswa Madura Yogyakarta yang baru selesai direnovasi pada Senin 20 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Respons PHRI Yogyakarta Soal Wacana Pelarangan Study Tour

21 jam lalu

Respons PHRI Yogyakarta Soal Wacana Pelarangan Study Tour

Study tour dinilai menunjuang program pemerintah terutama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Baca Selengkapnya

Ratusan Pelari Diajak Susuri Spot Ikonik di Kampus UGM Yogyakarta

1 hari lalu

Ratusan Pelari Diajak Susuri Spot Ikonik di Kampus UGM Yogyakarta

Event lari Pejuang Run di Yogyakarta, Ahad, 19 Mei 2024, digelar untuk menyambut Hari Kebangkitan Nasional.

Baca Selengkapnya

Bus Study Tour Pelajar Yogyakarta Tertimpa Tiang Listrik di Bali, Disdik : Tak Ada Korban

1 hari lalu

Bus Study Tour Pelajar Yogyakarta Tertimpa Tiang Listrik di Bali, Disdik : Tak Ada Korban

Bus study tour yang tertimpa tiang listrik itu diganti dengan unit baru yang unitnya didatangkan dari Jember Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Soal Sampah Tak Kunjung Selesai, Kota Yogya dan Bantul Teken Kerjasama Disaksikan Sultan

3 hari lalu

Soal Sampah Tak Kunjung Selesai, Kota Yogya dan Bantul Teken Kerjasama Disaksikan Sultan

Persoalan sampah di Yogyakarta seolah tak kunjung usai penutupan permanen Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Piyungan awal Mei 2024 lalu.

Baca Selengkapnya

Wisata ke Pantai Selatan Yogyakarta? Awas Sengatan Ubur-ubur

3 hari lalu

Wisata ke Pantai Selatan Yogyakarta? Awas Sengatan Ubur-ubur

Puluhan orang tersengat ubur-ubur. Sebelumnya akhir April, sejumlah wisatawan dilaporkan tersengat ubur ubur saat bermain di Pantai Krakal Gunungkidul

Baca Selengkapnya

Catat, UGM Yogyakarta Gelar Festival Anggrek Akhir Pekan ini di Sleman

3 hari lalu

Catat, UGM Yogyakarta Gelar Festival Anggrek Akhir Pekan ini di Sleman

Penggemar tanaman anggrek yang berencana melancong ke Yogyakarta akhir pekan ini, ada festival menarik yang bisa disaksikan.

Baca Selengkapnya

Dongkrak Kunjungan Museum dan Cagar Budaya, Begini Langkah Kemendikbudristek

3 hari lalu

Dongkrak Kunjungan Museum dan Cagar Budaya, Begini Langkah Kemendikbudristek

Indonesian Heritage Agency (IHA) yang bertugas menangani pengelolaan museum dan cagar budaya nasional sejak September 2023.

Baca Selengkapnya

Sleman Luncurkan Prangko Buk Renteng, Ini Peran Saluran Irigasi Bersejarah Itu di Yogyakarta

4 hari lalu

Sleman Luncurkan Prangko Buk Renteng, Ini Peran Saluran Irigasi Bersejarah Itu di Yogyakarta

Selokan yang menghubungkan wilayah Sleman Yogyakarta dan Magelang Jawa Tengah itu dibangun pada masa Hindia Belanda 1909. Kini jadi prangko.

Baca Selengkapnya

Sampah Menyebar di Beberapa Titik Jalan usai Libur Panjang, Begini Pengolahan Limbah di Yogyakarta

4 hari lalu

Sampah Menyebar di Beberapa Titik Jalan usai Libur Panjang, Begini Pengolahan Limbah di Yogyakarta

Sampah yang masuk ke TPS 3R Nitikan Yogyakarta akan diolah menjadi bahan bakar alternatif Refused Derived Fuel (RDF).

Baca Selengkapnya