Gagal SNBP, Azizah Menjadi Salah Satu Calon Mahasiswa Termuda Unair Jalur SNBT
Reporter
Hanaa Septiana
Editor
Erwin Prima
Senin, 24 Juni 2024 19:02 WIB
![](https://statik.tempo.co/data/2024/06/24/id_1313146/1313146_720.jpg)
TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Airlangga (Unair) baru saja menerima 2.831 calon mahasiswa baru (camaba) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2024. Salah satu camaba yang menarik perhatian adalah Azizah Nailatul Ramadhani.
Azizah diterima di program studi (prodi) S1 Ilmu Politik Unair dengan usia yang baru menginjak 16 tahun. Azizah pun dinobatkan sebagai salah satu camaba termuda.
Meski memiliki skor SNBT sebesar 673, perjalanan Azizah diterima di Unair tidaklah mulus. Alumnus MAN Kota Surabaya itu sempat gagal di jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Kegagalan itu sempat membuatnya kecewa, namun dia tidak pantang menyerah.
“Saya sempat down, tapi tidak mau menyerah begitu saja,” ujar Azizah dalam keterangan yang diterima Tempo, Senin 24 Juni 2024.
Sehari setelah pengumuman SNBP, Azizah langsung bangkit lagi untuk mengejar peluang pada jalur lainnya. Bahkan, dirinya selalu meluangkan waktu untuk les dan belajar hingga 2-3 kali dalam sehari.
“Saya memiliki prinsip belajar tidak hanya menggunakan satu platform. Explore banyak tipe dan model soal, perbanyak latihan soal dan try out, serta persiapkan mental dari jauh-jauh hari agar siap menghadapi UTBK,” saran Azizah.
Selain itu, Azizah bercerita bahwa dirinya memulai pendidikannya di sekolah dasar pada usia 5 tahun. Dia pun mampu mengikuti program akselerasi di sekolahnya sehingga lulus SMA dengan usia yang masih belia.
Menurut Azizah, dukungan orang tua adalah kunci penting bagi keberhasilannya diterima di jurusan impian. Selain itu, semangat untuk terus berjuang dapat langsung tumbuh setelah gagal berkat dukungan dari keluarga. “Saya juga terinsipirasi pepatah ‘Lakukan sesuatu hari ini yang akan membuat dirimu di masa depan berterima kasih’. Ini merupakan prinsip hidup yang saya anut agar dapat melakukan hal produktif setiap harinya,” tandas Azizah.
Pilihan Editor: Peretas Pusat Data Nasional Minta Tebusan Rp 131 Miliar, Kepala BSSN: Masa Kita Mau