TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok hacker LockBit bukan hanya menyerang Pusat Data Nasional Sementara (PDSN) milik Pemerintah Indonesia. Jaringan peretas internasional ini bahkan dilaporkan menyerang Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed dengan ransomware. Mereka mengancam akan membocorkan data sebanyak 33 Terabyte yang diduga berisi rahasia perekonomian AS, jika uang tebusan tidak diberikan.
Dikutip dari SCMedia, pembobolan data itu dilaporkan terjadi pada Selasa, 25 Juni 2024. LockBit meminta tebusan sebesar US$ 50 ribu dari Federal Reserve Board atau Dewan Bank Sentral AS sebagai ganti kerahasiaan data tersebut. Biro Investigasi Federal AS atau FBI sejauh ini masih menolak berkomentar mengenai respons pemerintah Negeri Abang Sam terhadap tuntutan tersebut.
Serangan siber ke Bank Sentral AS terjadi setelah PDNS 2 Indonesia diretas. Kelompok dan jenis serangannya pun dilaporkan sama, yaitu dengan ransomware hasil pengembangan varian LockBit 3.0. LockBit ditengarai merupakan geng peretas asal Rusia yang aktif sejak 2019. Sebelum PDNS, LockBit juga pernah menyerang PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) pada 2023.
Setelah meretas, kelompok hacker ini terbiasa mengumumkan perbuatannya di dark web. Beberapa target yang sempat masuk daftar LockBit adalah Thales Group, The Toronto Hospital for Sick Children, dan Bank Industri dan Komersial Tiongkok.
"Serangan baru hari ini (25 Juni 2024) sejalan dengan serangan Rusia lainnya, yang sering kali merupakan pembalasan atas tindakan yang dianggap atau nyata," kata Kepala Penasihat Keamanan SentinelOne, Morgan Wright, pada Jumat, 28 Juni 2024.
Wakil Presiden dan Penasihat Chief Information Security Officer (CISO) di ColorTokens, Agnidipta Sarkar, mengakui bahwa infrastruktur datanya terganggu oleh ransomware yang ditanamkan ke sistem perbankan AS. Dia menilai kondisi tersebut membutuhkan penanganan serius.
"Jika memang benar, regulator perlu memastikan bahwa bisnis siap menghadapi serangan,” tutur dia. “Dan bank perlu memprioritaskan keamanan siber mendasar dengan mengisolasi operasi penting dari sistem lain.”
Sistem Bank Sentral AS dilaporkan mulai membaik, terutama dua hari setelah serangan siber itu berlalu. Pihak AS Evolve Bank and Trust mengklaim ancaman peretasan sudah diantisipasi dan tidak akan terjadi lagi. "Evolve telah melibatkan otoritas penegak hukum yang tepat untuk membantu upaya investigasi dan respons kami," kata juru bicara yang tidak disebut namanya.
Pilihan Editor: Badan Otorita Finalisasi Pedoman Rehabilitasi Lahan Tambang di IKN