Hujan Deras di Musim Kemarau, Mengenal Apa itu Rossby Ekuator

Reporter

Eiben Heizar

Editor

Dwi Arjanto

Rabu, 10 Juli 2024 16:52 WIB

Ilustrasi hujan deras. Mylene/Pixabay

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa hujan deras yang terjadi saat musim kemarau bukanlah anomali iklim. Menurutnya, hal tersebut normal dan wajar terjadi di Indonesia karena letak geografisnya yang berada di antara dua benua, yaitu Australia dan Asia, serta dua samudra, yaitu Pasifik dan Hindia.

"Letak geografis ini menyebabkan Indonesia memiliki dua musim berbeda, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Angin monsun barat dari Asia menyebabkan musim hujan di Indonesia, sedangkan musim kemarau berkaitan dengan aktifnya angin monsun timur dari Australia yang bersifat kering," ujar Dwikorita dalam konferensi pers daring di Jakarta pada Senin, 8 Juli 2024.

Dwikorita menjelaskan bahwa meskipun musim kemarau, hujan tetap bisa turun. Curah hujan di suatu tempat kurang dari 50 mm per dasarian dan terjadi minimal tiga dasarian berturut-turut. Musim kemarau tidak terjadi secara bersamaan di seluruh Indonesia dan durasinya bervariasi di setiap wilayah.

Berdasarkan pemantauan BMKG hingga akhir Juni 2024, sebanyak 43% Zona Musim di Indonesia sedang mengalami musim kemarau. Puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024, mencakup 77,27% wilayah zona musim.

Meski sedang musim kemarau, tidak selalu berarti kondisi iklim kering dan panas karena keragaman iklim di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh musim. Banyak faktor lain yang mempengaruhi keragaman iklim, termasuk faktor global seperti El Nino/La Nina, faktor regional seperti Madden Julian Oscillation (MJO) dan suhu permukaan laut yang menghangat di sekitar Indonesia, serta faktor lokal seperti angin darat dan laut.

Advertising
Advertising

"Sebuah kejadian cuaca umumnya hasil dari interaksi berbagai faktor tersebut," tambahnya.

Tentang hujan lebat beberapa hari terakhir di beberapa wilayah Indonesia seperti Banten, Jawa Barat, Jakarta, dan Maluku, Dwikorita menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh dinamika atmosfer skala regional yang signifikan, termasuk aktivitas MJO, Gelombang Rossby Ekuatorial, dan Gelombang Kelvin.

MJO adalah aktivitas dinamika atmosfer di wilayah tropis dengan pergerakan sistem awan hujan sepanjang khatulistiwa, dari Samudra Hindia sebelah timur Afrika ke Samudra Pasifik dan melewati wilayah Benua Maritim Indonesia. Fenomena ini bersifat temporal dan berulang setiap 30 hingga 60 hari di sepanjang khatulistiwa.

MJO memiliki perbedaan dalam skala ruang dan waktu dengan musim kemarau. Jika musim kemarau berlangsung berbulan-bulan di sebagian besar wilayah Indonesia, MJO hanya terjadi di wilayah yang dilewatinya selama beberapa hari hingga beberapa minggu. MJO bisa meningkatkan kemungkinan hujan intens bahkan di musim kemarau.

"Dalam beberapa hari terakhir, MJO aktif di sekitar Samudra Hindia mempengaruhi pembentukan awan hujan terutama di Indonesia bagian barat. Pada 3 - 6 Juli 2024, gelombang atmosfer MJO, Rossby Equatorial, dan Kelvin aktif di Indonesia bagian tengah dan selatan," jelasnya. Fenomena MJO ini telah terdeteksi sejak 28 Juni, sehingga BMKG mengeluarkan Peringatan Dini potensi hujan lebat sejak tanggal tersebut.

Daerah seperti Sumatra bagian selatan, Jawa (termasuk Jabodetabek), Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua bagian selatan mengalami kondisi atmosfer yang mendukung pembentukan awan hujan, sehingga curah hujan meningkat di wilayah-wilayah tersebut.

Dwikorita menambahkan bahwa selain dipengaruhi iklim dan dinamika atmosfer, tipe hujan di Indonesia juga dipengaruhi oleh topografi. Topografi Indonesia yang terdiri dari pegunungan, lembah, dan pantai menambah beragamnya kondisi iklim di wilayah tersebut.

"Keragaman iklim inilah yang menyebabkan Indonesia terbagi menjadi banyak zona musim, yaitu monsunal, ekuatorial, dan lokal, di mana masing-masing tipe zona memiliki periode waktu terjadinya musim hujan dan kemarau yang berbeda," jelasnya.

Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto, menambahkan bahwa berdasarkan analisis cuaca terbaru dan pengamatan perkembangan kondisi cuaca dalam sepekan ke depan, masih terdapat potensi peningkatan curah hujan yang signifikan di Indonesia, meskipun sudah memasuki awal musim kemarau.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan curah hujan ini meliputi aktivitas fenomena cuaca MJO, Gelombang Kelvin, dan Rossby Equatorial yang terdeteksi di sebagian wilayah Jawa, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua. Suhu permukaan laut yang hangat di perairan sekitar Indonesia juga berkontribusi dalam menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan awan hujan signifikan.

Secara umum, kombinasi pengaruh fenomena cuaca tersebut diperkirakan masih menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang di sebagian wilayah Indonesia.

Pada 8 - 10 Juli 2024, hujan ini diperkirakan terjadi di sebagian besar wilayah Sumatra, Jawa bagian barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, dan Papua. Sementara itu, pada 11 - 14 Juli 2024, potensi hujan sedang-lebat diperkirakan terjadi di Sumatra bagian utara, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, dan Papua.

"Meski beberapa wilayah di Indonesia telah memasuki musim kemarau, kami mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan melakukan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem yang masih bisa terjadi di beberapa wilayah. Cuaca ekstrem tersebut meliputi hujan deras dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, serta fenomena hujan es," pungkasnya.

Pilihan editor: Sudah Masuk Puncak Musim Kemarau tapi Hujan Deras Seharian, Ini Penjelasan BMKG

Berita terkait

Ada Puluhan Gempa Susulan di Bandung, Ratusan Rumah Rusak Hingga Garut

47 menit lalu

Ada Puluhan Gempa Susulan di Bandung, Ratusan Rumah Rusak Hingga Garut

Hingga Rabu sore pukul 15.35 WIB, gempa susulan sudah terjadi sebanyak 24 kali.

Baca Selengkapnya

Dosen ITB Sangsi Ledakan Pager di Lebanon dari Baterai dan Gempa Bandung Raya Runtuhkan Bangunan di Top 3 Tekno

2 jam lalu

Dosen ITB Sangsi Ledakan Pager di Lebanon dari Baterai dan Gempa Bandung Raya Runtuhkan Bangunan di Top 3 Tekno

Topik tentang dosen ITB Adi Indrayanto sangsi baterai sebagai penyebab ledakan massal pager di Lebanon menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya

Gempa M4,9 Sebabkan 81 Orang di Bandung dan 1 Orang di Garut Terluka, Merusak Total 700 Rumah

13 jam lalu

Gempa M4,9 Sebabkan 81 Orang di Bandung dan 1 Orang di Garut Terluka, Merusak Total 700 Rumah

BMKG mencatat tiga gempa masih bisa dirasakan di wilayah Kabupaten Bandung dan Garut pasca-gempa M4,9 pada pukul 09.41 WIB.

Baca Selengkapnya

Gempa Guncang Bandung Raya, BNPB: Waspadai Bangunan Runtuh

18 jam lalu

Gempa Guncang Bandung Raya, BNPB: Waspadai Bangunan Runtuh

Gempa membuat sebagian besar masyarakat panik lantaran guncangannya dirasakan cukup kuat dalam durasi 3-5 detik.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 5 di Bandung, Ini Penjelasan Badan Geologi

19 jam lalu

Gempa Magnitudo 5 di Bandung, Ini Penjelasan Badan Geologi

Berdasarkan lokasi pusat gempa, kedalaman dan data mekanisme sumber dari BMKG dan GFZ Jerman, kejadian gempa diakibatkan oleh aktivitas sesar

Baca Selengkapnya

Catatan Peristiwa Gempa Merusak Sebelumnya dari Sesar Garut Selatan

19 jam lalu

Catatan Peristiwa Gempa Merusak Sebelumnya dari Sesar Garut Selatan

Gempa terkini dikoreksi dari info sebelumnya M5,0. Pernyataan semacam 'kerasa banget' atau 'lumayan kenceng' diungkap warganet di akun X BMKG.

Baca Selengkapnya

Info Terkini Gempa M4,9 Guncang Kabupaten Bandung, BMKG Catat Lima Aktivitas Susulan

21 jam lalu

Info Terkini Gempa M4,9 Guncang Kabupaten Bandung, BMKG Catat Lima Aktivitas Susulan

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas Sesar Garsela.

Baca Selengkapnya

BMKG Perkirakan Jakarta Cerah dan Berawan Sepanjang Hari

1 hari lalu

BMKG Perkirakan Jakarta Cerah dan Berawan Sepanjang Hari

Pada pagi hari, seluruh wilayah Jakarta mengalami cuaca cerah berawan, kecuali wilayah Kepulauan Seribu yang mengalami berawan.

Baca Selengkapnya

Prakiraan Cuaca BMKG: Siklon Tropis Pulasan dan Bibit Siklon 98W Picu Hujan dan Gelombang Tinggi di Beberapa Wilayah

1 hari lalu

Prakiraan Cuaca BMKG: Siklon Tropis Pulasan dan Bibit Siklon 98W Picu Hujan dan Gelombang Tinggi di Beberapa Wilayah

Dampak tidak langsung bibit Siklon Tropis 98W adalah hujan sedang hingga lebat di Kepulauan Riau dan gelombang tinggi hingga 4 meter.

Baca Selengkapnya

Eropa Tengah Dilanda Bencana Banjir, Berikut Fakta-faktanya

1 hari lalu

Eropa Tengah Dilanda Bencana Banjir, Berikut Fakta-faktanya

Eropa Tengah menghadapi bencana banjir, antara lain di Polandia, Austria, Ceko. Banyak korban berjatuhan dalam bencana alam ini.

Baca Selengkapnya