Ditemukan di Australia, Katak Biru Ini Diduga Alami Mutasi Gen yang Langka
Reporter
Zacharias Wuragil
Editor
Zacharias Wuragil
Selasa, 16 Juli 2024 18:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Seekor katak biru langka yang ditemukan di wilayah Kimberley, Australia Barat, telah mengejutkan para peneliti. Diduga, warnanya yang tidak biasa itu karena mutasi gen yang menyebabkan katak ini kehilangan pigmen kulitnya yang tertentu.
Seperti namanya, katak pohon yang agung (Litoria splendida) sudah lebih dulu dikenal sebagai satwa yang spektakuler. Jadi, ketika Jake Barker dari Charnley River-Artesian Range Wildlife Sanctuary, Australian Wildlife Conservancy, melihat spesimennya yang berwarna biru cerah di atas bangku di sebuah bengkel pada April lalu, dia pun terkejut.
Satwa amfibi ini normalnya berwarna hijau, yang mana adalah warna yang umum pula untuk jenis katak pohon. Warna hijau ini diyakini menjadi alat kamuflase untuk mereka.
"Saat pertama melihatnya saya bisa langsung tahu kalau ini langka," kata Barker. Dia menambahkan, "Jarang sekali Anda bisa melihat sekor katak biru."
Sejak yang pertama itu, Barker mengaku telah melihat katak biru dari jenis yang sama beberapa kali. Namun dia mengaku tidak menangkapnya untuk diteliti.
"Terlalu cantik dan terlalu unik dan terlalu sayang untuk merenggutnya dari habitat alaminya," kata dia. "Kami tak akan mengganggu hidupnya dan berharap bisa melihatnya lebih sering pada masa depan."
Jodi Rowley dari Australian Museum di Sydney mengatakan katak itu bisa jadi katak berwarna aneh yang paling cantik yang belum pernah dia lihat sebelumnya. "Dah saya sudah melihat puluhan ribu katak," katanya.
Dari foto-foto yang dilihatnya, Rowley memperkirakan katak itu berusia paling tidak 2-3 tahun. Umur spesiesnya diperkirakan sampai 20 tahun sehingga kemungkinan si katak biru masih akan bisa dilihat di daerah sekitar itu untuk waktu yang lama, kecuali dia dimangsa predatornya.
Rowley menerangkan, warna kulit katak ditentukan oleh kombinasi tiga zat kimia yakni melanophora yang menyediakan warna hitam dan coklat; xantophora yang menyediakan pigmen kuning; dan iridophora yang merefleksikan warna biru.
Normalnya, Rowley menambahkan, pigmen kuning dan biru berkombinasi menciptakan warna hijau. Pada si katak hijau diduga telah terjadi mutasi yang berarti dia kehilangan pigmen kuning dan yang biru mejadi lebih mendominasi.
"Biru bisa jadi akan tampak lebih jelas bagi para predatornya," kata Rowley, "Itu sebabnya kita tidak banyak melihat katak biru."
NEW SCIENTIST
Pilihan Editor: Pesan Viral di WhatsApp yang Sebut Suhu Dingin Karena Aphelion Menyesatkan, Begini Faktanya