Seperempat Titik Api Riau di Cagar Biosfer

Reporter

Editor

Selasa, 28 Juli 2009 21:53 WIB

TEMPO Interaktif, Pekanbaru - Provinsi Riau memiliki jumlah titik api kebakaran terbanyak di Indonesia sepanjang 2009, yakni 4.782 titik. "Data satelit MODIS menunjukkan 22 persen dari titik api di Riau berada di cagar biosfer dan konsesi terkait Asia Pulp & Paper (APP) milik Sinar Mas Group," tulis LSM Eyes on the Forest kemarin. Eyes on the Forest merupakan koalisi lembaga swadaya masyarakat Jikalahari, Walhi Riau, dan WWF-Indonesia.

Mei lalu, APP mengumumkan rancangan pencapaian konservasi hutan Giam Siak Kecil-Bukit Batu sebagai cagar biosfer UNESCO. Cagar biosfer merupakan konservasi yang dibuat untuk melindungi keanekaragaman hayati dan budaya dalam satu kawasan. Saat ini hanya 35 persen dari 700 ribu hektare cagar biosfer UNESCO yang merupakan hutan alam. Sisanya didominasi hutan tanaman monokultur akasia yang memiliki nilai konservasi sangat rendah.

Menurut Susanto Kurniawan dari Jikalahari, Asia Pulp & Paper dan perusahaan yang tergabung seharusnya bertanggung jawab mencegah kebakaran. Susanto mengimbau mereka menghentikan pembangunan jalan-jalan baru menembus atau dekat hutan alam, menggali aliran kanal, dan menebangi hutan gambut alam mana pun. "Semuanya itu mempermudah kebakaran," katanya.

Dari peta titik api terbaru, kata Susanto, secara jelas menunjukkan bahwa perusahaan itu tidak melakukan pengamanan. Dia berharap hutan alam cagar biosfer tetap terjaga dan kestabilan ekosistem gambut di cagar itu bisa dipulihkan. Dia menuntut APP menyediakan pengamanan yang sebenarnya terhadap kawasan itu dan melakukan pengelolaan hidrologis bertanggung jawab terhadap kawasan gambut.

Nursamsu dari WWF-Indonesia mencatat, antara 1996 dan 2007, perusahaan raksasa itu telah membangun hutan tanaman kayu pulp seluas 177 ribu hektare. Luas ini, katanya, 65 persen dari semua hutan alam yang hilang di ekosistem itu. Dia mengimbau pemerintah memproses kembali temuan-temuan menyangkut investigasi pembalakan liar yang baru saja dihentikan.

Perusahaan APP juga tengah dalam sorotan untuk kawasan konsesi Bukit Tigapuluh di Sumatera bagian tengah (Riau dan Jambi). Sekitar 450 ribu hektare hutan alam menyatu yang tersisa di kawasan itu adalah rumah bagi satu-satunya populasi orangutan, harimau, dan gajah Sumatera yang tersisa. Dua suku masyarakat asli, Talang Mamak dan Orang Rimba, juga menggantungkan pencarian mereka dan tinggal di hutan ini. Ada 100 titik api di kawasan ini.

Pihak APP membantah tuduhan ini. "Data itu tidak benar dan hanya persepsi mereka," kata Gandi Sulistiyanto Soeherman, Direktur Sinar Mas Group. Dia mengakui ada satu dan dua titik api, namun bukan di area konsesi perusahaannya. Dia mensinyalir tuduhan itu hanya untuk melemahkan daya saing produk Indonesia di luar negeri. l UNTUNG WIDYANTO

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

10 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

18 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

43 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Hari Daur Ulang Sedunia

45 hari lalu

Kilas Balik Hari Daur Ulang Sedunia

Hari Daur Ulang Sedunia ini juga meningkatkan kesadaran akan daur ulang sebagai sebuah ide dan konsep yang penting.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

47 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

48 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

48 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

48 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

49 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

53 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya