Greenpeace Beberkan Alasan Kenapa Luhut Harus Tutup PLTU Suralaya

Kamis, 15 Agustus 2024 14:06 WIB

Sekitar 700 warga yang tergabung dalam Paguyuban Rakyat Batang melakukan aksi penolakan pembuatan MP3Ei PLTU Batubara Batang di depan gedung Kementerian Perekonomian di Jakarta, Selasa (30/4). Mereka Medesak Hatta Rajasa untuk membatalkan pembangunan PLTU terbesar di kawasan Asia Tenggara itu. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Greenpeace Indonesia menanggapi pernyataan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, yang ingin mengkaji kemungkinan stop operasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU Suralaya demi perbaikan kualitas udara Jakarta. Disebutkan, polusi udara di Jakarta memang salah satunya bersumber dari PLTU batu bara.

"Seperti yang pernah disebutkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun lalu, setelah rapat terbatas kedua kalinya, PLTU batu bara menyumbang sekitar 34 persen polusi udara di Jakarta," kata Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace, Bondan Andriyanu, kepada Tempo, Kamis 15 Agustus 2024.

Karenanya, Bondan menambahkan, rencana untuk menutup PLTU Suralaya sesuai dengan rencana aksi pemerintah mengendalikan pencemaran udara. Juga sesuai dengan perintah hakim dalam putusan gugatan polusi udara yang dimenangkan hingga tingkat kasasi.

"Berdasarkan riset Greenpeace yang diperbarui lagi oleh Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), polusi PLTU batu bara menyebabkan 1.470 kematian setiap tahun dan menimbulkan kerugian kesehatan hingga Rp14,2 triliun," kata Bondan.

Berdasarkan data itu pula penutupan PLTU Suralaya dan yang lainnya di sekitaran Jakarta adalah strategi tepat sasaran jika ingin memperbaiki kualitas udara eks ibu kota negara ini. "Dan tentunya rencana penutupan PLTU ini sudah sejalan dengan rencana dan janji pemerintah dalam upaya transisi energi."

Advertising
Advertising

Bondan mengingatkan bahwa kebijakan penutupan PLTU Suralaya, jika benar ditepati, harus diiringi dengan peningkatan porsi energi terbarukan. Greenpeace, kata dia, tak berharap sebaliknya: solusi palsu seperti memperbolehkan penambahan PLTU batu bara untuk smelter nikel.

"Di mana data rencana PLTU industri ini, saat ini, kapasitas yang terpasang sudah 10,8 gigaWatt dan akan ada penambahan sekitar 14,4 gW," kata dia memberikan catatannya.

Kebijakan membolehkan penambahan PLTU batu bara untuk industri, Bondan menegaskan, justru bertolak belakang dengan rencana transisi energi. "Sayangnya memang itu di perbolehkan melalui Perpres Nomor 112 Tahun 2022 Tentang Percepatan Pengembangan Pembangkit Listrik Dari Sumber Energi Terbarukan."

Bondan juga mempertanyakan kebijakan pemerintah selama ini yang tidak pernah membuka akses publik untuk mendapatkan informasi perihal emisi dari PLTU batu bara yang ada. Diharapkannya, pernyataan terbaru Menko Luhut diiringi dengan perubahan kebijakan itu, yakni menjadikan data sebagai basis argumen untuk transisi energi.

"Dan menjadikan dampak kesehatan dari penggunaan PLTU batu bara sebagai pertimbangan agar Indonesia memiliki generasi emas seperti yang di harapkan nantinya," kata dia.

Sebelumnya, Menko Luhut mengatakan segera mengkaji kemungkinan segera menyuntik mati PLTU Suralaya di Cilegon, Banten. Alasannya, untuk menekan polusi udara Jakarta. "Itu kami (akan) rapatin nanti yang (PLTU) Suralaya itu. Kan sudah banyak polusinya. Dan sudah (beroperasi) 40 tahun," ujar Luhut ditemui seusai menghadiri Supply Chain & National Kapasitas Summit 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Rabu, 14 Agustus 2024.

Pilihan Editor: BMKG Bikin Klarifikasi Atas Pernyataan Tsunami Gempa Megathrust Tinggal Tunggu Waktu

Berita terkait

Luhut Sebut Prabowo Terharu saat Ikut Sidang Kabinet Terakhir Jokowi

5 hari lalu

Luhut Sebut Prabowo Terharu saat Ikut Sidang Kabinet Terakhir Jokowi

Luhut mengungkap bahwa Presiden terpilih Prabowo Subianto sempat menyampaikan paparan dalam Sidang Kabinet terakhir pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi Pimpin Sidang Kabinet Terakhir di IKN Hari Ini

6 hari lalu

Presiden Jokowi Pimpin Sidang Kabinet Terakhir di IKN Hari Ini

Presiden Jokowi masih berkantor di IKN. Ia akan memimpin sidang paripurna kabinetnya yang terakhir hari ini.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Soroti Aturan Baru KLHK soal Perlindungan Pejuang Lingkungan

7 hari lalu

Greenpeace Soroti Aturan Baru KLHK soal Perlindungan Pejuang Lingkungan

Greenpeace menilai peraturan ini belum menjangkau pembungkaman terhadap pejuang lingkungan hidup dengan cara kekerasan.

Baca Selengkapnya

Tragedi Rempang Setahun Lalu: Upaya Pengosongan Pulau Rempang Demi PSN Rempang Eco City, Milik Siapa?

9 hari lalu

Tragedi Rempang Setahun Lalu: Upaya Pengosongan Pulau Rempang Demi PSN Rempang Eco City, Milik Siapa?

Setahun lalu atau tepatnya pada 7 September 2023, terjadi bentrokan antara aparat dengan warga Pulau Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri).

Baca Selengkapnya

Ragam Cara Tekan Polusi Menurut Kemenko Marves, dari Bus Listrik hingga Konversi Sampah

12 hari lalu

Ragam Cara Tekan Polusi Menurut Kemenko Marves, dari Bus Listrik hingga Konversi Sampah

Pemerintah menggunakan sejumlah sumber daya ramah lingkungan dan pendanaan untuk meningkatkan penggunaan transportasi umum.

Baca Selengkapnya

Bos AirAsia Soroti Mahalnya Harga Tiket Pesawat di Indonesia, Sampaikan Sejumlah Usulan ke Luhut

12 hari lalu

Bos AirAsia Soroti Mahalnya Harga Tiket Pesawat di Indonesia, Sampaikan Sejumlah Usulan ke Luhut

CEO Capital A Berhad, induk perusahaan maskapai penerbangan AirAsia, Tony Fernandes menyoroti mahalnya harga tiket pesawat di Indonesia.

Baca Selengkapnya

PLN Akan Matikan 800 PLTU untuk Capai Emisi Nol Karbon 2060, Perlu Dana 3 Kali RAPBN 2025

12 hari lalu

PLN Akan Matikan 800 PLTU untuk Capai Emisi Nol Karbon 2060, Perlu Dana 3 Kali RAPBN 2025

Untuk mencapai target emisi nol karbon 2060, PLN harus menyediakan 423 gigawatt EBT dengan investasi Rp10.767 triliun atau setara 3 kali RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya

Soal Transisi Energi dan Dekarbonisasi, Luhut Sebut Harus Adil dengan Ekonomi dan Berjalan Beriringan

13 hari lalu

Soal Transisi Energi dan Dekarbonisasi, Luhut Sebut Harus Adil dengan Ekonomi dan Berjalan Beriringan

TEMPO, Jakarta- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan tekankan transisi energi harus adil dengan ekonomi dan berjalan beriringan dengan dekarbonisasi.

Baca Selengkapnya

Banggakan PLTS Terapung di Waduk Cirata, Terbesar di Asia Tenggara, Jokowi: Terbesar Ketiga di Dunia

13 hari lalu

Banggakan PLTS Terapung di Waduk Cirata, Terbesar di Asia Tenggara, Jokowi: Terbesar Ketiga di Dunia

Presiden Jokowi mengklaim Indonesia telah berhasil mengembangkan potensi energi hijau dengan membangun PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Datang Melayat, Luhut Kenang Faisal Basri Beri Masukan Berharga soal Desain PPKM hingga Kritik Hilirisasi Nikel

13 hari lalu

Datang Melayat, Luhut Kenang Faisal Basri Beri Masukan Berharga soal Desain PPKM hingga Kritik Hilirisasi Nikel

Menteri Luhut Pandjaitan mengaku berduka atas wafatnya ekonom Faisal Basri pada hari ini. Apa saja kritik Faisal yang diingat Luhut?

Baca Selengkapnya