Rekor, Pengeboran di Atlantik Tembus Mantel Bumi hingga 1,2 Kilometer

Sabtu, 17 Agustus 2024 09:30 WIB

Sampel batuan dari mantel Bumi seperti yang tampak di bawah mikroskop. newscientist.com

TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah Samudera Atlantik sebelah utara, tim geolog telah mengebor sedalam 1.268 meter di bawah lantai laut--pengeboran terdalam yang pernah dilakukan ke balik kerak Bumi. Analisis dari inti batuannya menawarkan petunjuk segar tentang evolusi kulit terluar planet ini, dan bisa jadi asal mula kehidupan.

Planet Bumi terdiri dari beberapa lapisan berbeda, dimulai dari yang terluar yakni kerak padat, lalu lapisan bagian dalam (mantel) atas dan bawah, serta inti Bumi. Mantel Bumi bagian atas adalah lapisan terbesar dari interior Bumi.

Berada tepat setelah kerak Bumi, upper mantle tersusun terutama dari batuan yang kaya kandungan magnesium yang disebut peridotit. Lapisan ini mengatur banyak proses kunci kebumian seperti gempa, siklus air, dan pembentukan gunung api dan pegunungan.

"Hingga saat ini, kita memiliki akses hanya ke fragmen-fragmen dari lapisan mantel Bumi," kata Johan Lissenberg dari Cardiff University, Inggris. Profesor di Fakultas Ilmu lingkungan dan Geologi ini menambahkan, "Tapi ada sejumlah tempat di lantai laut di mana mantel Bumi ini terekspos ke permukaan."

Salah satunya ada di lokasi yang disebut Atlantis Massif, dekat deretan gunung api aktif dari bubungan Atlantik tengah. Bagian dari mantel Bumi yang terus meleleh dan muncul ke permukaan telah menumbuhkan banyak gunung api di kawasan itu.

Advertising
Advertising

Suhu tinggi dalam mantel Bumi memanaskan air laut yang menyusup ke dalamnya dan menghasilkan senyawa kimia seperti metana yang kembali dalam rupa gelembung melalui apa yang disebut celah hidrotermal. Dari celah ini, mikroba di lantai laut dalam mendapatkan sumber kehidupannya.

"Ada semacam dapur kimia di dalam subpermukaan Atlantis Massif," kata Lissenberg.

Untuk mempelajari lebih banyak tentang dinamika di daerah itu, Lissenberg dan beberapa koleganya menggunakan kapal JOIDES Resolution awalnya berencana mengebor sedalam 200 meter. Kedalaman 200 meter dianggap sudah melampaui yang pernah dilakukan para peneliti sebelumnya.

"Lalu kami mulai mengebor dan segala sesuatunya luar biasa berjalan lancar," kata anggota tim, Andrew McCaig, doktor di bidang geologi struktur, tektonik, dan geokimia di University of Leeds, Inggris. "Kami menemukan seksi batuan kontinyu yang panjang dan memutuskan untuk tetap mengebor sedalam mungkin."

Hingga akhirnya, tim mampu mengebor sedalam 1.268 meter. Saat analisis atas sampel hasil pengeboran, para peneliti menemukan kalau batuan itu memiliki kadar mineral yang disebut pyroxene yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan sampel batuan mantel Bumi yang dikumpulkan dari lokasi lain di dunia.

Dugaannya, Lissenberg menjelaskan, "Seksi batuan ini telah mengalami pelelehan signifikan pada masa lalu, yang menggerus kadar pyroxene."

Pengeboran dan hasil analisis tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Science yang terbit 8 Agustus 2024. Di masa depan, dia berharap merekonstruksi proses pelelehan itu yang diperkirakannya dapat membantu memahami bagaimana mantel Bumi meleleh dan bagaimana batuan lelehan itu bermigrasi ke permukaan membuat tumbuh gunung api bawah laut.

Sebagian ilmuwan berpikir kehidupan di Bumi bermula dari kedalaman samudera dekat celah hidrotermal. Jadi, dengan menguji bahan kimia yang muncul di sepanjang inti batuan silindris, para ahli mikrobiologi berharap mengidentifikasi kondisi-kondisi yang mungkin telah membimbing ke kehidupan dan berapa jauh di bawah lantai laut mereka muncul.

"Ini adalah lubang bor yang sangat penting karena ini akan menjadi sebuah seksi referensi bagi ilmuwan dari banyak cabang ilmu," kata McCaig.

John Wheeler, profesor geologi bumi dari University of Liverpool menilai sampel hanya dari satu dimensi dari Bumi tak dapat menyediakan informasi penuh jalur migrasi pelelehan batuan dan air yang tiga dimensional. "Tapi ini tetap sebuah pencapaian besar," katanya.


NEW SCIENTIST, SCIENCE

Pilihan Editor: Prediksi Cuaca BMKG, Awan Naungi Acara 17 Agustusan di Jakarta dan Sekitarnya

Berita terkait

Museum Ini Ajak Pengunjung Merasakan Dinginya Air Samudera Atlantik saat Kapal Titanic Tenggelam

1 hari lalu

Museum Ini Ajak Pengunjung Merasakan Dinginya Air Samudera Atlantik saat Kapal Titanic Tenggelam

Salah satu museum Titanic di dunia menawarkan pengalaman unik dan imersif bagi wisatawan

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Jelaskan Penyebab Bumi Nanti Punya Waktu 25 Jam Sehari

19 hari lalu

Peneliti BRIN Jelaskan Penyebab Bumi Nanti Punya Waktu 25 Jam Sehari

Menurut peneliti BRIN, bumi akan punya waktu 25 jam sehari nanti 180 juta tahun lagi.

Baca Selengkapnya

Sidak KPK Temukan Dugaan Korupsi Pengeboran Air di Gili Meno dan Gili Trawangan

29 hari lalu

Sidak KPK Temukan Dugaan Korupsi Pengeboran Air di Gili Meno dan Gili Trawangan

KPK melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Pulau Gili Meno, Gili Trawangan, dan Gili Tramena

Baca Selengkapnya

Bumi Nanti akan Punya Waktu 25 Jam Sehari, Ini Penjelasan Ilmiahnya

29 hari lalu

Bumi Nanti akan Punya Waktu 25 Jam Sehari, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Para peneliti mengatakan, bumi memiliki 25 jam dalam sehari itu mungkin akan terjadi sekitar 200 juta tahun mendatang.

Baca Selengkapnya

Ahli Astrofisika Menduga Alien Hidup di Awan Planet Venus

54 hari lalu

Ahli Astrofisika Menduga Alien Hidup di Awan Planet Venus

Para astrofisikawan mengklaim telah menemukan dua jenis gas di awan Venus yang umumnya digunakan sebagai penanda adanya kehidupan.

Baca Selengkapnya

Deretan Prediksi Tentang Kiamat di Masa Mendatang

29 Juni 2024

Deretan Prediksi Tentang Kiamat di Masa Mendatang

Ahli nujum India, Kushal Kumar meramalkan besok, Sabtu, 29 Juni 2024 kiamat. Berikut sederet ramalan hari kiamat dalam beberapa waktu mendatang.

Baca Selengkapnya

Peramal India Sebut Kiamat Disebabkan Perang Dunia III, Ini Penyebab Kiamat Menurut Sains

29 Juni 2024

Peramal India Sebut Kiamat Disebabkan Perang Dunia III, Ini Penyebab Kiamat Menurut Sains

Seorang ahli nujum India meramalkan kiamat akan terjadi, Sabtu, 29 Juni 2024 disebabkan Perang Dunia III. Begini penyebab kiamat menurut sains?

Baca Selengkapnya

SKK Migas: Target Investasi Migas Tahun Ini Sebesar USD15 Miliar

19 Juni 2024

SKK Migas: Target Investasi Migas Tahun Ini Sebesar USD15 Miliar

SKK Migas bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) mencanangkan target produksi migas tahun 2030 mencapai 12 miliar BSCFD.

Baca Selengkapnya

Menjelajahi 10 Palung dan Laut Terdalam di Dunia

4 Juni 2024

Menjelajahi 10 Palung dan Laut Terdalam di Dunia

Lautan tak ada habisnya untuk dijelajahi, berikut adalah 10 palung dan laut terdalam di dunia.

Baca Selengkapnya

18 Tahun Bencana Lumpur Lapindo, Bagaimana Penyelesaian PT Lapindo Brantas?

29 Mei 2024

18 Tahun Bencana Lumpur Lapindo, Bagaimana Penyelesaian PT Lapindo Brantas?

Sudah 18 tahun peristiwa luapan lumpur Lapindo di daerah Sidoarjo. PT Lapindo Brantas harus bertanggung jawab terhadap kelalaiannya.

Baca Selengkapnya