19 Agustus Diperingati Hari Orangutan Internasional, Ini 6 Fakta Tentang Orangutan

Editor

Nurhadi

Minggu, 18 Agustus 2024 15:08 WIB

Aksi orangutan di Semenggoh Nature Reserve Sarawak, Sabtu 29 Juni 2024. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, Ahad, 19 Agustus 2024, diperingati sebagai Hari Orangutan Internasional, sebuah momen penting untuk fokus pada konservasi orangutan dan habitat alaminya. Hari Orangutan Internasional dirayakan dengan berbagai kegiatan yang mengedukasi masyarakat tentang orangutan serta mendorong tindakan perlindungan.

Hari Orangutan Internasional lahir dari upaya bersama berbagai organisasi global seperti World Orangutan Events dan Orangutan Outreach. Upaya ini bertujuan untuk menarik perhatian pada penderitaan orangutan dan memotivasi tindakan konservasi. Ancaman utama terhadap orangutan adalah penggundulan hutan, perdagangan satwa liar ilegal, dan perusakan habitat yang diakibatkan oleh perluasan perkebunan kelapa sawit.

Peringatan ini mencakup kampanye pendidikan, acara penggalangan dana, dan inisiatif media sosial yang bertujuan meningkatkan kesadaran tentang perlunya melindungi orangutan dan habitat mereka. Tujuan utama adalah tidak hanya melindungi orangutan, tetapi juga merehabilitasi dan memulihkan habitat alami mereka untuk memastikan kelangsungan hidup spesies ini di alam liar.

Dikutip dari World Animal Protection, berikut sederet fakta menarik tentang orangutan:

1. Tiga Spesies yang Terancam Punah

Advertising
Advertising

Orangutan terdiri dari tiga spesies utama, yakni Bornean, Sumatra, dan Tapanuli. Ketiga spesies ini sangat terancam punah. Orangutan Bornean (Pongo pygmaeus) tinggal di pulau Kalimantan, sementara orangutan Sumatran (Pongo abelii) berada di Sumatra. Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) adalah spesies yang paling baru diidentifikasi dan hanya ditemukan di sebagian kecil Sumatera. Populasi mereka terancam oleh deforestasi, perburuan, dan perusakan habitat.

2. Tukang Kebun Hutan yang Penting

Orangutan memainkan peran ekologi yang sangat penting sebagai penyebar benih, terutama saat memakan buah-buahan. Hewan ini memindahkan dan membuang biji dari makanan serta membantu penyebaran tanaman di seluruh hutan hujan. Peran ini mendukung regenerasi hutan dan menjaga keanekaragaman hayati, menjadikan mereka sebagai "tukang kebun hutan" yang penting untuk kelangsungan ekosistem.

3. Dampak Perdagangan Hewan Peliharaan Eksotis

Perdagangan hewan peliharaan eksotis memiliki dampak yang menghancurkan terhadap populasi orangutan. Untuk setiap satu orangutan yang dijual di pasar hewan peliharaan, hingga sebelas orangutan lainnya mungkin dibunuh saat berusaha melindungi spesies yang dicuri. Selain itu, banyak orangutan tidak bertahan hidup selama perjalanan ke tempat penangkaran atau dalam kondisi penahanan yang buruk.

4. Interval Kelahiran yang Panjang

Orangutan betina memiliki interval kelahiran yang sangat panjang, yaitu setiap tujuh hingga delapan tahun. Ini adalah interval kelahiran terpanjang dari semua mamalia. Proses reproduksi yang lambat ini, dikombinasikan dengan ancaman lingkungan, berkontribusi pada kesulitan dalam meningkatkan jumlah populasi mereka.

5. Penggunaan Tanaman untuk Pengobatan

Orangutan liar menunjukkan kecerdasan mereka dengan menggunakan tanaman untuk mengobati peradangan sendi dan otot. Penelitian menunjukkan bahwa mereka mengkonsumsi tanaman tertentu yang memiliki sifat anti-inflamasi, mirip dengan praktik tradisional yang dilakukan oleh manusia lokal di kawasan tersebut. Ini menambah pemahaman kita tentang perilaku dan pengetahuan medis alami orangutan.

6. Ancaman Besar di Zaman Modern

Orangutan menghadapi berbagai ancaman serius di zaman modern. Deforestasi, penebangan hutan, dan perluasan perkebunan kelapa sawit secara drastis menghancurkan habitat alami mereka. Konflik manusia-wildlife dan perdagangan hewan peliharaan ilegal juga merupakan ancaman besar. Semua faktor ini berkontribusi pada penurunan drastis dalam jumlah orangutan dan merusak ekosistem tempat mereka hidup.

Pilihan Editor: Serba-serbi Semenggoh Nature Reserve, Pusat Rehabilitasi Orangutan di Sarawak Malaysia

Berita terkait

Kasus Landak Jawa, Kajati Bali Ungkap Pertimbangan Tuntut Bebas Nyoman Sukena

5 hari lalu

Kasus Landak Jawa, Kajati Bali Ungkap Pertimbangan Tuntut Bebas Nyoman Sukena

Kepala Kejati Bali, Ketut Sumedana, mengungkapkan alasan pihaknya menuntut bebas pemelihara landak Jawa, Nyoman Sukena.

Baca Selengkapnya

Jaksa Tuntut Bebas I Nyoman Sukena yang Pelihara Landak Jawa

5 hari lalu

Jaksa Tuntut Bebas I Nyoman Sukena yang Pelihara Landak Jawa

JPU Kejati Bali menuntut bebas terdakwa I Nyoman Sukena, warga Badung, yang memelihara satwa dilindungi, Landak Jawa

Baca Selengkapnya

KKP Dorong Obligasi Terumbu Karang untuk Danai Konservasi

12 hari lalu

KKP Dorong Obligasi Terumbu Karang untuk Danai Konservasi

Obligasi terumbu karang menjadi alternatif pembiayaan tata kelola kawasan konservasi. Hasil kerja sama Bank Dunia beserta KKP, Bappenas, dan BPDLH.

Baca Selengkapnya

Selandia Baru Naikkan Biaya Masuk Turis Asing Mulai Oktober 2024

15 hari lalu

Selandia Baru Naikkan Biaya Masuk Turis Asing Mulai Oktober 2024

Selandia Baru akan menaikkan biaya masuk bagi pengunjung internasional konservasi serta pariwisata dari Rp337 ribu menjadi Rp962 ribu.

Baca Selengkapnya

KLHK: Luas Kawasan Hutan yang Dikelola Masyarakat Meningkat

16 hari lalu

KLHK: Luas Kawasan Hutan yang Dikelola Masyarakat Meningkat

Menurut KLHK, luas kawasan hutan yang dikelola masyarakat meningkat, melalui Perhutanan Sosial dan Tanah Objek Reforma Agraria.

Baca Selengkapnya

Desa Sari Mulyo Kembangkan Kawasan Mina Wisata Puncak Patra

18 hari lalu

Desa Sari Mulyo Kembangkan Kawasan Mina Wisata Puncak Patra

Pemerintah Desa Sari Mulyo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali mengembangkan kawasan desa mina wisata

Baca Selengkapnya

Mayoritas Anak Muda Sudah Prioritaskan Isu Lingkungan

20 hari lalu

Mayoritas Anak Muda Sudah Prioritaskan Isu Lingkungan

60 sampai 70 persen anak muda sudah mulai menjadikan isu ini sebagai prioritas mereka.

Baca Selengkapnya

Menteri Basuki Sebut Hidup di IKN Tambah Umur 10 Tahun karena Alam Terjaga, Forest Watch: 22 Ribu Hutan Dibabat

28 hari lalu

Menteri Basuki Sebut Hidup di IKN Tambah Umur 10 Tahun karena Alam Terjaga, Forest Watch: 22 Ribu Hutan Dibabat

Menteri Basuki mengatakan hidup di IKN bisa nambah umur 10 tahun karena lingkungan terjaga, tapi Forest Watch mengungkap 22 ribu hutan dibabat

Baca Selengkapnya

5 Pesut Mahakam Mati Sepanjang Tahun Ini, Nekropsi: Gagal Jantung, Gagal Napas, Infantisida

48 hari lalu

5 Pesut Mahakam Mati Sepanjang Tahun Ini, Nekropsi: Gagal Jantung, Gagal Napas, Infantisida

Sebanyak tiga dari kematian lima Pesut Mahakam itu didapati di kawasan taman nasional perairan.

Baca Selengkapnya

Telkom Kumpulkan Generasi Muda Pada Bootcamp Peduli Konservasi

48 hari lalu

Telkom Kumpulkan Generasi Muda Pada Bootcamp Peduli Konservasi

Program diharapkan dapat meningkatkan optimisme terhadap kehidupan berkelanjutan yang lebih baik.

Baca Selengkapnya