Pakai Data Satelit, BRIN Teliti Dampak Erupsi Gunung Merapi terhadap Kekeruhan Atmosfer

Minggu, 18 Agustus 2024 16:48 WIB

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran pada Jumat petang, 28 Juli 2023. Dok. BPPTKG.

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah meneliti erupsi Gunung Merapi di Jawa Tengah yang berdampak signifikan terhadap kekeruhan atmosfer atau turbiditas. Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Lilik Slamet Supriatin, mengatakan turbiditas atmosfer dapat disebabkan oleh faktor alami dan aktivitas antropogenik, seperti kebakaran hutan, polusi udara, serta badai debu dan pasir. Fenomena ini mempengaruhi kehidupan manusia.

“Berdampak pada berkurangnya visibilitas, gangguan kesehatan, gangguan pemandangan kota, serta koefisien pemadaman,” kata Lilik melalui keterangan tertulis, Jumat, 16 Agustus 2024.

Di area Gunung Merapi, kata dia, turbiditas atmosfer berasal dari awan panas atau wedus gembel, serta debu vulkanik yang dihasilkan saat erupsi. Catatan BRIN soal koefisien pemadaman menunjukkan berkurangnya cahaya matahari yang diterima di suatu permukaan.

Pada hari yang bersih, koefisien ini berada di angka 30 persen, sedangkan pada hari yang berpolusi mencapai 65 persen. Perubahan koefisien pemadaman hingga 10-20 persen bisa membuat daya pandang atau visibilitas merosot 50 persen.

Lilik dan para anggota Kelompok Riset Lingkungan Atmosfer mencoba mengukur turbiditas dengan rasio antara radiasi global yang diukur di permukaan dengan radiasi global di puncak atmosfer. “Namun, karena kesulitan mendapatkan instrumen pengukuran radiasi di permukaan, kami menghitung indeks turbiditas menggunakan teknik penginderaan jauh, yaitu mengambil data produktivitas primer kotor (GPP) dari satelit,” kata dia .

Advertising
Advertising

Teknik pengukuran produktivitas primer kotor meliputi teknik hasil panen, oksigen, dekomposisi sampah, radioaktif, serta penginderaan jauh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai GPP sebelum, selama, dan setelah erupsi Gunung Merapi.

Para peneliti BRIN ini juga mencari tahu efek koefisien pemadaman akibat erupsi dengan pendekatan nilai GPP. “Merumuskan perubahan komponen neraca radiasi gelombang pendek akibat erupsi,” ucap Lilik.

Dari pemantauan satelit Aqua dan Terra MODIS, Lilik memperoleh data yang menunjukkan penurunan produktivitas primer kotor yang signifikan, imbas erupsi pada 2006, 2010, dan 2023. Pada erupsi 2006, produktivitas primer kotor turun 3 persen dari pra meuju pasca-erupsi. Pada 2010 penurunannya mencapai mencapai 36 persen, sedangkan pada 2023 sampai 11 persen.

“Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh energi kalor, jangkauan luncuran lahar panas, dan awan panas yang lebih besar pada erupsi 2010,” ucap Lilik.

Faktor lain yang mempengaruhi penurunan produktivitas primer kotor adalah waktu erupsi yang bertepatan dengan posisi matahari terhadap bumi. Ada juga dampak jenis tanaman yang terlibat dalam proses fotosintesis. “Penelitian ini mengambil data di Taman Nasional Gunung Merapi,” katanya.

Pilihan Editor: Studi IBM Ungkap Hambatan Adopsi AI, Bagaimana Kondisinya di Indonesia?

Berita terkait

Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

2 jam lalu

Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

Supermoon terbesar 2024 terjadi pada Rabu malam sampai Kamis pagi ini, 18-19 September 2024.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Varietas Cabai Tahan Kekeringan untuk Ketahanan Pangan dan Hadapi Iklim Ekstrem

16 jam lalu

BRIN Kembangkan Varietas Cabai Tahan Kekeringan untuk Ketahanan Pangan dan Hadapi Iklim Ekstrem

Data BMKG Oktober 2023 menunjukkan banyak daerah di Indonesia rawan kekeringan yang berdampak pada usaha tani cabai.

Baca Selengkapnya

Kurang dari 24 Jam, Gunung Merapi Semburkan Dua Kali Awan Panas

20 jam lalu

Kurang dari 24 Jam, Gunung Merapi Semburkan Dua Kali Awan Panas

Sebelumnya, Gunung Merapi menyemburkan awan panas pada Selasa sore pukul 14.57 WIB.

Baca Selengkapnya

Dewan Adat Minta BRIN Tidak Pindahkan Benda Arkeologi Papua dan Mahasiswa UI Juara Kompetisi Video di Top 3 Tekno

1 hari lalu

Dewan Adat Minta BRIN Tidak Pindahkan Benda Arkeologi Papua dan Mahasiswa UI Juara Kompetisi Video di Top 3 Tekno

Topik tentang Dewan Adat minta BRIN tidak memindahkan benda arkeologi Papua ke Cibinong Science Center menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya

Dewan Adat Minta BRIN Tak Pindahkan Benda Arkeologi Papua ke Cibinong Science Center

1 hari lalu

Dewan Adat Minta BRIN Tak Pindahkan Benda Arkeologi Papua ke Cibinong Science Center

Dewan Adat Papua minta BRIN tidak pindahkan benda arkeologi Papua ke Gedung Koleksi Hayati di Cibinong Science Center, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Gunung Semeru Erupsi Beruntun, Tinggi Letusan Hingga 500 Meter

1 hari lalu

Gunung Semeru Erupsi Beruntun, Tinggi Letusan Hingga 500 Meter

Gunung Semeru, Jawa Timur, mengalami erupsi delapan kali pada Selasa pagi. Tinggi letusan abu hingga mencapai 500 meter.

Baca Selengkapnya

Situs Megalitikum Gunung Padang Diduga Pernah Dipakai untuk Pengamatan Astronomi

1 hari lalu

Situs Megalitikum Gunung Padang Diduga Pernah Dipakai untuk Pengamatan Astronomi

Sejauh ini belum ada temuan atau bukti dari artefak astronomi di Gunung Padang.

Baca Selengkapnya

Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

2 hari lalu

Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

Megawati mengatakan Indonesia butuh bantuan dalam proses ilmu dasar bidang nuklir, metalurgi, kimia, nanoteknologi, bioteknologi dari Rusia.

Baca Selengkapnya

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

2 hari lalu

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

Peristiwa Supermoon diwarnai potensi banjir rob di pesisir Indonesia. Sementara di luar negeri, Supermoon akan dibayangi gerhana bulan parsial.

Baca Selengkapnya

Gunung Ibu di Halmahera Barat Erupsi dan Muntahkan Abu Setinggi 700 Meter

2 hari lalu

Gunung Ibu di Halmahera Barat Erupsi dan Muntahkan Abu Setinggi 700 Meter

Gunung Ibu, Senin, 16 September 2024, pukul 10.35 WIT kembali erupsi dan memuntahkan abu hingga ketinggian 700 meter.

Baca Selengkapnya