Perusahaan Jepang Akan Tarik Sampah Antariksa Seukuran Bus pada 2029

Reporter

Terjemahan

Editor

Abdul Manan

Sabtu, 24 Agustus 2024 15:38 WIB

Orbit sampah antariksa (debris). (Wikipedia Commons)

TEMPO.CO - Jakarta: Perusahaan yang memiliki misi keberlanjutan antariksa Jepang Astroscale baru saja menandatangani kesepakatan senilai $90 juta untuk mengeluarkan roket seukuran bus dari orbit pada akhir dekade ini.

Proyek perintis yang didanai oleh Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAXA) ini merupakan kelanjutan dari misi ADRAS-J Astroscale, yang baru-baru ini menyelesaikan inspeksi orbital jarak dekat dari roket H-2A Jepang yang berusia 12 tahun.

Misi baru yang disebut ADRAS-J2 ini akan mengambil roket seberat 3 ton dan sepanjang 36 kaki (11 meter), menggunakan lengan robot dan menariknya ke atmosfer Bumi untuk dibakar, yang ini menunjukkan teknologi pembersihan antariksa yang penting.

Roket H-2A, yang turun pada orbit setinggi 370 mil (600 kilometer) sejak menempatkan satelit pengamat gas rumah kaca GOSAT pada 2009, adalah salah satu dari ratusan badan roket bekas di ruang angkasa dekat Bumi.

Sifat yang tidak terkendali dan usia badan roket menimbulkan tantangan tersendiri untuk pemindahannya. Tetapi inspeksi ADRAS-J menunjukkan bahwa adaptor muatan roket, yang akan digunakan untuk menangkap roket, masih utuh.

Advertising
Advertising

Astroscale memiliki dua misi pemindahan puing antariksa lainnya yang sedang dikerjakan. Pada Juli lalu, perusahaan yang berpusat di Tokyo tersebut menandatangani kontrak dengan operator satelit Eutelsat OneWeb untuk memindahkan satelit OneWeb yang dilengkapi dengan pelat docking magnetik dari orbit pada 2027.

Konsep wahana antariksa Astroscale lainnya — yang dilengkapi dengan lengan robot — saat ini sedang dipertimbangkan oleh Badan Antariksa Inggris untuk memindahkan dua satelit lama Inggris. Misi ADRAS-J2 dapat diluncurkan paling cepat pada tahun 2027, menurut Space Assigned Numbers Authority.

Badan Antariksa Eropa (ESA) juga sedang mengerjakan misi yang bertujuan untuk memindahkan sepotong sampah antariksa. Namun, misi tersebut, yang disebut ClearSpace-1, akan menargetkan satelit Proba-1 yang jauh lebih kecil, seberat 207 pon (94 kilogram).

ClearSpace-1 awalnya dimaksudkan untuk melepaskan adaptor muatan seberat 247 pon (112 kg) dari roket Vega Eropa, tetapi ESA memutuskan untuk beralih ke Proba-1 setelah target awal rusak akibat tabrakan orbital pada Agustus 2023. Misi tersebut tidak akan diluncurkan sebelum 2028.

Sampah antariksa menjadi perhatian utama bagi industri antariksa. Menurut ESA, sekitar 40.500 potongan sampah antariksa yang lebih besar dari 4 inci (10 cm) meluncur cepat di luar angkasa. Ini termasuk satelit lama, roket bekas, objek yang dibuang dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), dan pecahan yang dihasilkan dalam tabrakan dan ledakan.

Selain itu, 1,1 juta objek berukuran antara 0,4 dan 4 inci (1 hingga 10 cm) tersebar di ruang angkasa dekat Bumi. Jumlah objek yang lebih kecil dari 0,4 inci (1 cm) diperkirakan lebih dari 130 juta.

Sampah ini mengitari Bumi dengan kecepatan luar biasa, mengancam akan merusak semua yang ada di jalurnya. Dengan meningkatnya jumlah satelit yang beroperasi, para ahli khawatir bahwa tabrakan tidak dapat dicegah karena radar berbasis Bumi hanya melihat pecahan puing-puing ruang angkasa yang lebih besar.

Tabrakan antara potongan-potongan puing ruang angkasa yang lebih besar sangat mengkhawatirkan, karena bisa menghasilkan sejumlah besar pecahan. Oleh karena itu, pembersihan puing-puing ruang angkasa secara aktif sangat penting untuk menjaga lingkungan ruang angkasa tetap aman untuk operasi di masa mendatang.

Pilihan Editor: SpaceX Luncurkan Misi Polaris Dawn 27 Agustus, Begini Cara Menontonnya Secara Langsung

Berita terkait

Jelajahi Jepang, Wisatawan Indonesia Bisa Dapat Tiket Domestik Gratis dari Maskapai Ini

1 jam lalu

Jelajahi Jepang, Wisatawan Indonesia Bisa Dapat Tiket Domestik Gratis dari Maskapai Ini

Penawaran gratis ini diharapkan dapat membantu mengurangi overtourism atau pariwisata berlebihan di beberapa destinasi terpopuler di Jepang.

Baca Selengkapnya

Jumlah Lansia di Jepang Cetak Rekor Tertinggi, Sepertiga Populasi di Atas 65 Tahun

13 jam lalu

Jumlah Lansia di Jepang Cetak Rekor Tertinggi, Sepertiga Populasi di Atas 65 Tahun

Sepertiga dari jumlah populasi di Jepang adalah lansia berumur di atas 65 tahun. Orang muda mulai ogah punya anak.

Baca Selengkapnya

Portugal Destinasi Terbaik di Dunia untuk Wisatawan Menurut Survei Terbaru

22 jam lalu

Portugal Destinasi Terbaik di Dunia untuk Wisatawan Menurut Survei Terbaru

Selain Portugal, berikut ini negara terbaik lainnya di dunia untuk wisatawan berdasarkan survei Flight Centre.

Baca Selengkapnya

Mengenal Mikoshi, Arak-arakan Miniatur Kuil Khas Jepang yang Dilakukan saat Panen

1 hari lalu

Mengenal Mikoshi, Arak-arakan Miniatur Kuil Khas Jepang yang Dilakukan saat Panen

Mikoshi yang berarti "kuil portabel" merupakan pertunjukan miniatur kuil yang diarak berkeliling dengan tandu oleh puluhan orang.

Baca Selengkapnya

Menjelajah Jepang di Jak-Japan Matsuri 2024, Intip 8 Prefektur dengan Destinasi Menawan

1 hari lalu

Menjelajah Jepang di Jak-Japan Matsuri 2024, Intip 8 Prefektur dengan Destinasi Menawan

Pengunjung Jak-Japan Matsuri bisa melihat keunikan budaya hingga destinasi wisata terkenal di beberapa prefektur di Jepang.

Baca Selengkapnya

Anies Bakal Kunjungi Kampusnya Dulu di Tokyo, Ajak Diskusi soal Demokrasi

1 hari lalu

Anies Bakal Kunjungi Kampusnya Dulu di Tokyo, Ajak Diskusi soal Demokrasi

Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengajak mahasiswa, akademisi, dan komunitas Indonesia di Tokyo berdiskusi soal demokrasi.

Baca Selengkapnya

5 Hal Unik Ini Hanya Bisa Ditemukan di Jepang

2 hari lalu

5 Hal Unik Ini Hanya Bisa Ditemukan di Jepang

Ada lima hal unik yang paling menonjol di Jepang yakni kafe berpelukan, mesin penjual otomatis, budaya Hikikomori, dan restoran robot.

Baca Selengkapnya

Penelitian Mamalia Ternyata Bisa Bernapas Melalui Dubur Raih Hadiah Ig Nobel 2024

2 hari lalu

Penelitian Mamalia Ternyata Bisa Bernapas Melalui Dubur Raih Hadiah Ig Nobel 2024

Penelitian ilmuwan Jepang Takanori Takebe meraih Hadiah Ig Nobel 2024 bidang fisiologi atas penemuan mamalia ternyata bisa bernapas melalui dubur.

Baca Selengkapnya

Kemenkes Gandeng JICA Kerja Sama Pelatihan Makan Bergizi di Sekolah

3 hari lalu

Kemenkes Gandeng JICA Kerja Sama Pelatihan Makan Bergizi di Sekolah

Kemenkes mengandeng Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) bekerja sama dalam pelatihan pendidikan makanan dan gizi anak sekolah

Baca Selengkapnya

Akhir Pekan Ini, Festival Budaya Jepang Jak-Japan Matsuri Hadir di Senayan

5 hari lalu

Akhir Pekan Ini, Festival Budaya Jepang Jak-Japan Matsuri Hadir di Senayan

Mengusung tema Menjelajahi Jepang, Jak-Japan Matsuri akan menghadirkan kekhasan masing-masing prefektur di Jepang.

Baca Selengkapnya