Baru 5 Persen Spesies Anggrek Indonesia yang Diketahui Status Konservasinya

Reporter

Antara

Jumat, 6 September 2024 17:28 WIB

Spesies anggrek Dendrobium sagin, satu di antara delapan spesies baru tumbuhan yang ditemukan di Indonesia sepanjang 2020 lewat penelitian kolaborasi LIPI. (LIPI/REZA SAPUTRA)

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 95 persen spesies anggrek yang berasal dari Indonesia belum dievaluasi status konservasinya oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List. Jumlah itu setara sekitar 3.800 spesies.

"Ini menjadi tugas kita semua untuk meng-assess status IUCN-nya,” kata Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Destario Metusala, dalam webinar di Jakarta, Kamis 5 September 2024.

Dia merinci, total spesies anggrek Indonesia yang sudah dievaluasi IUCN Red List baru sebatas 230 spesies. Padahal, Indonesia memiliki total 4.100 hingga 4.200 spesies anggrek.

Berdasarkan IUCN Red List per Agustus 2024, spesies anggrek dari Indonesia yang masuk dalam kategori terancam punah (endangered) sebanyak 18 spesies. Sedangkan di dunia terdapat 497 spesies anggrek yang terancam punah.

Dari total 230 spesies yang sudah dievaluasi IUCN tersebut, spesies anggrek dari Indonesia yang rentan punah (vulnerable) tercatat sebanyak 10 spesies dan hampir terancam punah (near threatened) 5 spesies. Sedangkan spesies anggrek Indonesia yang tidak perlu dikhawatirkan punah (least concern) tercatat sebanyak 178 spesies.

Advertising
Advertising

Merujuk pada berbagai sumber, Destario memetakan Indonesia menempati posisi pertama jumlah keragaman spesies anggrek di dunia. Ditambahkannya, pola keragaman anggrek dunia terpusat menjadi dua hotspot utama, yaitu kawasan tropis Asia Tenggara dan kawasan tropis Amerika Selatan.

“Jenis anggrek dari Indonesia sendiri memiliki berbagai keragaman bentuk, ukuran maupun corak warna. Sangat beragam sekali bentuk morfologinya, yang mencerminkan dari keragaman evolusinya,” kata Destario menuturkan.

Spesies anggrek Bulbophyllum acehense, satu di antara delapan spesies baru tumbuhan yang ditemukan di Indonesia sepanjang 2020 lewat penelitian kolaborasi LIPI. (LIPI/DESTARIO METUSALA)

Dalam artikel yang dibuatnya untuk Tempo, terbit pada 3 Agustus 2024, Desario juga mengungkap hikayat satu jenis anggrek marga kuku macan temuan ekspedisi botani ke Sulawesi. Butuh lebih dari satu dekade untuknya bisa memastikan jenis anggrek itu adalah spesies baru.

"Hasil penelitian saya yang belum lama ini dipublikasikan dalam Edinburg Journal of Botany memastikan bahwa anggrek tanpa identitas asal Sulawesi itu adalah spesies baru Aerides," katanya dalam artikel berjudul Hikayat Anggrek Tak Bernama itu.

Pilihan Editor: Satu Orang Indonesia Masuk Daftar 100 Orang Paling Berpengaruh dalam AI Time 2024

Berita terkait

Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

2 jam lalu

Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

Supermoon terbesar 2024 terjadi pada Rabu malam sampai Kamis pagi ini, 18-19 September 2024.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Varietas Cabai Tahan Kekeringan untuk Ketahanan Pangan dan Hadapi Iklim Ekstrem

16 jam lalu

BRIN Kembangkan Varietas Cabai Tahan Kekeringan untuk Ketahanan Pangan dan Hadapi Iklim Ekstrem

Data BMKG Oktober 2023 menunjukkan banyak daerah di Indonesia rawan kekeringan yang berdampak pada usaha tani cabai.

Baca Selengkapnya

Dewan Adat Minta BRIN Tidak Pindahkan Benda Arkeologi Papua dan Mahasiswa UI Juara Kompetisi Video di Top 3 Tekno

1 hari lalu

Dewan Adat Minta BRIN Tidak Pindahkan Benda Arkeologi Papua dan Mahasiswa UI Juara Kompetisi Video di Top 3 Tekno

Topik tentang Dewan Adat minta BRIN tidak memindahkan benda arkeologi Papua ke Cibinong Science Center menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya

Dewan Adat Minta BRIN Tak Pindahkan Benda Arkeologi Papua ke Cibinong Science Center

1 hari lalu

Dewan Adat Minta BRIN Tak Pindahkan Benda Arkeologi Papua ke Cibinong Science Center

Dewan Adat Papua minta BRIN tidak pindahkan benda arkeologi Papua ke Gedung Koleksi Hayati di Cibinong Science Center, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Situs Megalitikum Gunung Padang Diduga Pernah Dipakai untuk Pengamatan Astronomi

1 hari lalu

Situs Megalitikum Gunung Padang Diduga Pernah Dipakai untuk Pengamatan Astronomi

Sejauh ini belum ada temuan atau bukti dari artefak astronomi di Gunung Padang.

Baca Selengkapnya

Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

2 hari lalu

Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

Megawati mengatakan Indonesia butuh bantuan dalam proses ilmu dasar bidang nuklir, metalurgi, kimia, nanoteknologi, bioteknologi dari Rusia.

Baca Selengkapnya

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

2 hari lalu

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

Peristiwa Supermoon diwarnai potensi banjir rob di pesisir Indonesia. Sementara di luar negeri, Supermoon akan dibayangi gerhana bulan parsial.

Baca Selengkapnya

Tim Mahasiswa UGM Kembangkan Perangkat Pemeliharaan Anggrek

2 hari lalu

Tim Mahasiswa UGM Kembangkan Perangkat Pemeliharaan Anggrek

Tim mahasiswa UGM mengembangkan perangkat pemeliharaan bunga anggrek berbasis Internet of Things bernama Fitovare.

Baca Selengkapnya

Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

4 hari lalu

Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

Kementerian Agama menunda pemasangan chattra di stupa induk Candi Borobudur, yang semula dijadwalkan untuk diresmikan pada 18 September 2024

Baca Selengkapnya

BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

5 hari lalu

BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

BRIN kenalkan teknologi kandang khusus untuk mengatasi pencemaran limbah ternak di DAS Citarum.

Baca Selengkapnya