Logam Ponsel dan Serangan Buaya, Apa Hubungannya?

Senin, 7 Oktober 2024 11:30 WIB

Warga melihat ratusan bangkai buaya (Crocodylidae) setelah dibantai warga setempat di Kabupaten Sorong, Papua Barat, Sabtu, 14 Juli 2018. Sebanyak 292 ekor buaya penangkaran dibantai setelah terjadi insiden meninggalnya warga akibat serangan satwa buas ini. ANTARA/Olha Mulalinda

TEMPO.CO, Jakarta - Peran teknologi dalam kehidupan sehari-hari memang tidak bisa dihindari, terutama dengan adanya ponsel pintar yang sangat dibutuhkan. Namun, di balik produksi ponsel pintar yang kita gunakan, terdapat dampak lingkungan yang serius.

Salah satu bahan utama dalam pembuatan ponsel pintar adalah timah, yang banyak ditambang secara ilegal di Indonesia. Hal ini memicu dampak ekologis yang tak terduga, seperti meningkatnya serangan buaya di beberapa wilayah, terutama di Kepulauan Bangka Belitung.

Logam Ponsel

Timah adalah komponen penting dalam pembuatan ponsel pintar, khususnya untuk menyolder berbagai komponen elektronik. Indonesia, terutama Kepulauan Bangka Belitung, adalah salah satu penghasil timah terbesar di dunia.

Hampir 90 persen timah di Indonesia berasal dari kepulauan ini, menjadikannya pusat penambangan timah global. Meskipun timah menjadi tulang punggung ekonomi setempat, sebagian besar penambangan dilakukan secara ilegal, yang mengakibatkan kerusakan ekosistem.

Advertising
Advertising

Sejak era demokratisasi Indonesia pada akhir 1990-an, kontrol atas penambangan timah beralih dari pemerintah pusat ke daerah, yang kemudian memicu lonjakan besar dalam aktivitas penambangan ilegal.

Dalam tiga tahun setelah kebijakan tersebut diterapkan, tambang timah ilegal meningkat empat kali lipat, menyebabkan kerusakan besar terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistem lokal. Kerusakan ini tidak hanya memengaruhi ikan, tetapi juga mengancam satwa lain, seperti buaya, yang mulai mencari mangsa di luar habitat mereka.

Serangan Buaya

Salah satu dampak paling mencolok dari penambangan timah ilegal adalah peningkatan serangan buaya. Di Kepulauan Bangka Belitung, tambang-tambang ilegal yang ditinggalkan sering kali terisi air, menciptakan kolam yang disebut kulong.

Kolam-kolam ini menjadi habitat buaya yang lapar, terutama karena penurunan populasi ikan akibat kerusakan ekosistem. Buaya yang kelaparan mulai mencari mangsa alternatif seperti anjing, sapi, bahkan manusia.

Data menunjukkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir hingga 2023, tercatat lebih dari 1.000 serangan buaya di Indonesia, dengan 486 di antaranya berakibat fatal. Serangan buaya ini tidak tersebar merata, melainkan terkonsentrasi di wilayah dengan aktivitas penambangan timah, terutama di Bangka Belitung.

Hampir sepertiga serangan terjadi di tambang timah yang masih aktif atau yang sudah tidak digunakan lagi, menjadikan aktivitas penambangan sebagai salah satu faktor utama penyebab konflik antara manusia dan buaya.

Langka Sani, pendiri Alobi Foundation, organisasi konservasi satwa liar lokal, mengungkapkan bahwa peningkatan serangan buaya ini merupakan fenomena yang relatif baru. Pada masa lalu, serangan buaya mungkin hanya terdengar sekali setahun, tetapi kini laporan serangan bisa mencapai lusinan hanya dalam dua minggu.

Selain buaya menyerang manusia, masyarakat juga kerap membalas dengan menangkap dan membunuh buaya. Organisasi Alobi telah menampung puluhan buaya yang diserang manusia sebagai tindakan pembalasan, beberapa di antaranya bahkan sudah dimukimkan kembali.

Untuk mengurangi serangan buaya, salah satu langkah yang harus diambil adalah menghentikan penambangan timah ilegal yang merusak habitat buaya dan mendorong mereka semakin dekat dengan manusia. Namun, menghentikan penambangan ilegal bukanlah tugas yang mudah.

Perusahaan tambang milik negara, seperti PT Timah, telah menyediakan lingkungan kerja yang lebih aman dan berkelanjutan, tetapi mereka kesulitan bersaing dengan keuntungan finansial dari penambangan ilegal. Sementara itu, permintaan global akan timah tetap tinggi, terutama untuk memenuhi kebutuhan produksi ponsel pintar.

Dengan demikian, masyarakat perlu memahami bahwa keberadaan ponsel pintar yang mereka gunakan mungkin memiliki kaitan dengan konflik lingkungan yang terjadi di tempat lain, termasuk serangan buaya di Indonesia. Kelangsungan ekosistem sangat bergantung pada pengelolaan yang berkelanjutan, baik dalam hal penambangan timah maupun pelestarian habitat satwa liar.

PUTRI SAFIRA PITALOKA | BRANDON MICHAEL SIDELAU | ANTARA

Pilihan Editor: Baru Ditangkap 5 Ekor, Jumlah Buaya Lepas dari Penangkaran Cianjur Belum Dipastikan

Berita terkait

Ponsel Huawei Mate 70 Pro Dikabarkan Bakal Segera Dirilis, Ini Bocoran Spesifikasinya

57 menit lalu

Ponsel Huawei Mate 70 Pro Dikabarkan Bakal Segera Dirilis, Ini Bocoran Spesifikasinya

Huawei dikabarkan akan merilis ponsel terbarunya, Mate 70 Pro, pada bulan ini atau paling lambat November mendatang.

Baca Selengkapnya

Sejumlah buaya lepas di Cianjur, Begini Tips Menghindari Serangannya

4 jam lalu

Sejumlah buaya lepas di Cianjur, Begini Tips Menghindari Serangannya

5 Tips menghindari serangan buaya ini bisa berguna jika tak sengaja bertemu mereka

Baca Selengkapnya

Moto G75 5G Resmi Meluncur, Jadi Ponsel Pertama yang Ditenagai Chipset Snapdragon 6 Gen 3

1 hari lalu

Moto G75 5G Resmi Meluncur, Jadi Ponsel Pertama yang Ditenagai Chipset Snapdragon 6 Gen 3

Motorola resmi merilis Moto G75 5G dan akan tersedia di pasar 5 November mendatang. Jadi ponsel pertama yang memakai chipset Snapdragon 6 Gen 3.

Baca Selengkapnya

Baru Ditangkap 5 Ekor, Jumlah Buaya Lepas dari Penangkaran di Cianjur Belum Dipastikan

1 hari lalu

Baru Ditangkap 5 Ekor, Jumlah Buaya Lepas dari Penangkaran di Cianjur Belum Dipastikan

Sejumlah buaya lepas dari penangkaran di Cianjur. Disinyalir kabur ke sungai dan sawah warga.

Baca Selengkapnya

17 Contoh Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat Diperbarui

3 hari lalu

17 Contoh Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat Diperbarui

Ketahui contoh sumber daya alam yang tidak bisa diperbarui agar lebih bijak lagi dalam menggunakannya sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Selain di Cina, Oppo Find X8 Sudah Tersertifikasi di India dan Indonesia

3 hari lalu

Selain di Cina, Oppo Find X8 Sudah Tersertifikasi di India dan Indonesia

Oppo Find X8 telah mendapatkan sertifikasi dari Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Cerita 80 Ekor Buaya Titipan BKSDA, Lepas dan Masuk Kampung di Cianjur

3 hari lalu

Cerita 80 Ekor Buaya Titipan BKSDA, Lepas dan Masuk Kampung di Cianjur

Lima ekor buaya lepas dari sebuah penangkaran di Kelurahan Sayang, Kabupaten Cianjur karena dinding jebol setelah hujan deras disertai angin kencang

Baca Selengkapnya

Cara Ubah Lokasi dan Waktu Foto di Google Photos

5 hari lalu

Cara Ubah Lokasi dan Waktu Foto di Google Photos

Google Photos menyediakan cara yang cukup mudah untuk mengubah data lokasi dan waktu foto, baik melalui aplikasi di ponsel maupun melalui versi web.

Baca Selengkapnya

Ponsel Realme GT7 Pro Dikabarkan Bakal Dirilis November, Ini Spesifikasinya

5 hari lalu

Ponsel Realme GT7 Pro Dikabarkan Bakal Dirilis November, Ini Spesifikasinya

Berdasarkan bocoran informasi di media sosial, ponsel Realme GT7 Pro diprediksi bakal dirilis November 2024.

Baca Selengkapnya

Sidang Helena Lim, Saksi Ungkap Mitra Kerja Sama PT Timah Kumpulkan Timah dari Penambang Ilegal

5 hari lalu

Sidang Helena Lim, Saksi Ungkap Mitra Kerja Sama PT Timah Kumpulkan Timah dari Penambang Ilegal

Saksi tidak menyangkal tentang penambang ilegal yang beraktivitas tanpa izin di wilayah izin usaha penambangan PT Timah.

Baca Selengkapnya