Mukjizat Gandum yang Menjadi Kenangan

Reporter

Editor

Selasa, 15 September 2009 23:50 WIB

TEMPO Interaktif, New Delhi - Orang Amerika yang menolong kami terhindar dari bencana kelaparan. Begitu kira-kira bangsa India mengenang Norman Ernest Borlaug, peraih Nobel Perdamaian pada 1970 yang meninggal Ahad lalu (Sabtu malam waktu setempat) karena komplikasi kanker.

Borlaug, 95 tahun, adalah orang penting di balik pengembangan gandum tahan-penyakit di era 1960-1990. Varietas gandum, padi, dan jagung yang dikembangkan oleh sarjana kehutanan dari University of Minnesota dan pemilik gelar doktor di bidang ilmu penyakit tanaman itu mampu menyelamatkan India melewati musim-musim kemarau panjang 1979, 1987, ataupun 2002.

Tidak ada krisis pangan di sekujur India seperti yang pernah dialami pada 1960-an. "India termasuk di antara banyak negara di dunia yang berutang terima kasih terhadap tokoh luar biasa ini," kata Menteri Pertanian India Sharad Pawar.

Dengan varietas gandum lokal yang diturunkannya dari HYV, gandum kerdil namun berbulir jauh lebih lebat yang diciptakannya di Meksiko, Borlaug sukses memicu revolusi hijau di India. Angka produksi melimpah berlipat-lipat ketimbang angka produksi yang selalu mentok 1 ton per hektare sejak masa kemerdekaan (1947).

"Varietas dengan produksi tinggi sebelumnya berwarna cokelat kemerahan dan memiliki rasa tidak enak," kata bekas Wakil Rektor Universitas Pertanian Punjab (PAU), K.S. Aulukh. Dengan arahan Borlaug, tim peneliti di PAU menyilangkannya dengan varietas lokal dan menumbuhkan tipe baru yang disebut Kalyan. Ini yang sangat enak.

Berawal dari Punjab pada 1963 itulah, revolusi hijau cepat menyebar ke sekujur India. Hasilnya, dari yang semula harus mengimpor 10 juta ton tiap tahunnya, negeri berpenduduk terbesar di dunia sudah bisa berswasembada penuh pada awal 1990-an.

Dalam kematian Borlaug, Sharad Pawar menambahkan, India dan dunia kehilangan seorang ilmuwan pertanian terkemuka sekaligus seorang pria yang berdedikasi terhadap kemanusiaan. Kontribusinya bagi perdamaian dunia lewat peningkatan suplai pangan, Pawar menambahkan, akan selalu dikenang.

Dengan gandum yang dibuatnya berbulir lebih lebat serta padi dan jagung yang menjadi jauh lebih merunduk, Borlaug total telah membantu sekitar satu miliar jiwa penduduk dunia bisa tetap makan. Varietas baru yang diciptakannya yang mampu berproduksi sampai empat kali lipat daripada varietas yang ada sebelumnya bukan cuma mencegah kemiskinan di India, tapi kemiskinan global di paruh kedua abad XX.

Di antara bahaya kelaparan dan kelangkaan makanan yang dikhawatirkan banyak ilmuwan, menyusul ledakan jumlah penduduk pada 1960-an, pasca-Perang Dunia, Borlaug muncul bak juru selamat. "Ia, Norman E. Borlaug, telah menyelamatkan lebih banyak jiwa daripada yang pernah dilakukan siapa pun dalam sejarah manusia," kata Josette Sheeran, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia di PBB.

"Ia mungkin adalah orang yang telah berbuat lebih banyak, tapi dikenal oleh lebih sedikit orang," ucap Ed Runge, bekas Kepala Departemen Ilmu Tanah dan Tanaman Perkebunan di A&M University, Texas, kampus tempat Borlaug menjadi profesor tamu. "Ia membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik--jauh lebih baik."

Toh, Borlaug tidak lepas dari kritik. Beberapa dekade setelah kesuksesannya dengan Revolusi Hijau, kelompok-kelompok pembela lingkungan menyalahkannya karena semakin tinggi pula produksi pupuk, insektisida, dan pestisida di dunia. Itu belum termasuk sorotan terhadap "obok-obok" genetika yang dilakukannya dan fokus sedikit jenis tanaman berproduksi tinggi yang cuma menguntungkan para pemilik lahan.

Tapi ilmuwan yang lahir dan besar di Iowa di masa krisis ekonomi dunia itu menjawab enteng saja. "Akan lebih baik mati karena menyantap makanan produk rekayasa genetik daripada mati karena kelaparan," katanya seperti pernah diungkapkan di PAU.

WURAGIL | BERBAGAI SUMBER

Berita terkait

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

1 hari lalu

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.

Baca Selengkapnya

Di Forum APEC, ID FOOD Ungkap Peningkatan Akses Perempuan di Sektor Pangan Melalui Digitalisasi

12 hari lalu

Di Forum APEC, ID FOOD Ungkap Peningkatan Akses Perempuan di Sektor Pangan Melalui Digitalisasi

APEC Workshop ini diikuti oleh para delegasi negara di kawasan Asia Pacifik.

Baca Selengkapnya

Harga Daging dan Cabai Turun di Akhir Libur Lebaran 2024

16 hari lalu

Harga Daging dan Cabai Turun di Akhir Libur Lebaran 2024

Harga komoditas pangan seperti daging, telur, cabai, dan garam turun pada Senin, 15 April 2024.

Baca Selengkapnya

ID FOOD Beberkan Cadangan Pangan Pemerintah: Stok Aman selama Libur Lebaran

19 hari lalu

ID FOOD Beberkan Cadangan Pangan Pemerintah: Stok Aman selama Libur Lebaran

Holding BUMN Pangan ID FOOD memastikan ketersediaan pasokan pangan selama libur Lebaran.

Baca Selengkapnya

PLN dan BNI Gelar Paket Sembako Murah untuk Ojol dan Masyarakat Umum

23 hari lalu

PLN dan BNI Gelar Paket Sembako Murah untuk Ojol dan Masyarakat Umum

PLN dan BNI menghadirkan 1.500 paket sembako harga murah Rp 59 ribu untuk pengemudi Ojol dan masyarakat umum.

Baca Selengkapnya

Menjelang Lebaran, Harga Daging dan Cabai Kian Melonjak

24 hari lalu

Menjelang Lebaran, Harga Daging dan Cabai Kian Melonjak

Menjelang Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran 2024, sejumlah harga bahan pokok kian melonjak. Per 7 April 2024, Panel Harga Pangan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat mencatat harga daging sapi, daging ayam, cabai, bawang merah, dan bawang putih masih naik.

Baca Selengkapnya

Analis: Potensi Inflasi Masih Berlanjut, Nilai Tukar Rupiah Diperkirakan Makin Anjlok

27 hari lalu

Analis: Potensi Inflasi Masih Berlanjut, Nilai Tukar Rupiah Diperkirakan Makin Anjlok

Analis Ibrahim Assuaibi memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini makin merosot menyentuh level Rp 15.910 sampai Rp 15.960.

Baca Selengkapnya

Emiten Pupuk SAMF Cetak Laba Bersih Rp 420,07 M, Melejit 21 Persen

29 hari lalu

Emiten Pupuk SAMF Cetak Laba Bersih Rp 420,07 M, Melejit 21 Persen

Emiten pupuk PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk. mencetak laba bersih tahun berjalan senilai Rp 420,07 miliar sepanjang 2023.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Kenaikan Harga Pokok, Ombudsman Minta Perpanjang Bantuan Pangan hingga Desember

35 hari lalu

Antisipasi Kenaikan Harga Pokok, Ombudsman Minta Perpanjang Bantuan Pangan hingga Desember

Ombudsman RI meminta pemerintah memperpanjang bantuan pangan hingga Desember 2024.

Baca Selengkapnya

Harga Bahan Pokok Hari Ini, Beras Premium Masih Tinggi

36 hari lalu

Harga Bahan Pokok Hari Ini, Beras Premium Masih Tinggi

Harga bahan pokok terkini, sebagian besar mengalami kenaikan, seperti beras dan cabai.

Baca Selengkapnya