TEMPO Interaktif, San Francisco - Pendukung privasi mengecam perubahan kontrol privasi Facebook Kamis lalu. Mereka mengatakan perubahan itu menutupi sebuah langkah untuk membuat member mengekspos lebih banyak informasi secara online.
"Memang baik bahwa 350 juta orang diminta memikirkan tentang privasi, namun jika apa yang dikatakan Facebook benar tentang memberi member kontrol lebih besar atas informasi mereka, mereka harus melakukan lebih banyak."
Organisasi hak asasi Electronic Frontier Foundation (EFF) menyebut aspek -aspek perubahan privasi Facebook "buruk".
Jaringan sosial online terkemuka itu membalas, dengan mengatakan kritik-kritik itu salah dan waktu akan membuktikan bahwa Facebook melakukan satu langkah besar ke depan.
Kontoversi itu muncul sehari setelah Facebook meminta pengguna untuk memperbaiki setting mereka dengan alat baru yang memungkinkan mereka menentukan siapa yang menerima konten yang diunggah ke situs web.
Sementara perbaikan privasi Facebook memiliki maksud yang baik, ada tekanan untuk membuat anggota komunitas online mengekspos informasi, menurut EFF.
"Perubahan baru Facebook nyatanya dimaksukan untuk membuat orang lebih membuka data Facebook mereka ke publik," ujar pengacara EFF Kevin Bankston dalam sebuah blog.
"Alat transisi privasi Facebook nyatanya didesain untuk menekan pengguna membagi lebih banyak informasi Facebook mereka ke setiap orang, sebuah perkembangan yang mengkhawatirkan yang akan menyebabkan perubahan besar dalam tingkat privasi untuk sebagian besar pengguna Facebook, baik dengan sengaja atau ketidaktelitian."
Sebelum perubahan itu, pengguna Facebook dapat merahasiakan segalanya kecuali nama dan jaringannya.
Sementara kategori public yang baru di Facebook meliputi nama, gambar profil, kota, halaman tempatnya bergabung sebagai fan, daftar teman dan gender.
"Ada lebih banyak informasi yang pengguna tidak mampu merahasiakannya," kata Ozer.
Perangkat itu membuat lebih banyak informasi pribadi ke publik dan tidak memungkinkan pengaturan lebih ketat seperti sebelumnya, menurut ACLU.
"Jika pengguna tidak berhati-hati, alat itu akan membawa merek menjadi kurang privasi," kata Ozer.
Menurut pengelola Facebook, nama, gambar profil, dan kota tempat tinggal adalah hak publik, sehingga setiap orang dapat menemukan teman, kolega, dan kenalan yang mereka ingin berkoneksi dalam komunitas online.
Pengguna tidak diwajibkan memberi foto profil atau menjelaskan secara spesifik kota tempat tinggalnya.
"Ini bukan perubahan besar seperti itu," kata direktur komunikasi global Facebook Barry Schnitt. "Sebagian besar pengguna telah membuat informasi ini tersedia untuk setiap orang."
Lebih dari 20 juta anggota Facebook menggunakan alat privasi baru Rabu malam dan lebih dari setengah memilih setting mereka dibandingkan menggunakan rekomendasi otomatis, kata Schnitt.
"Data ini menunjukkan bahwa pendukung privasi salah dan bahwa para pengguna itu lebih cerdas dalam masalah privasi dibandingkan yang dipikirkan para pendukung privasi itu," ujarnya.
YAHOONEWS | AFP | EZ
Berita terkait
Strategi Lintasarta Dukung Dunia Bisnis
22 Februari 2021
Di 2021, Lintasarta tetap berkomitmen memberikan layanan terbaik untuk berbagai sektor industri.
Baca SelengkapnyaSempat Diretas, Ditjen Pajak Targetkan Situsnya Pulih Hari Ini
11 Juni 2018
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan menargetkan pemulihan situsnya yang sempat diretas rampung pada hari ini.
Baca SelengkapnyaKominfo Blokir 34 Situs Berunsur Radikalisme Selama April 2018
31 Mei 2018
Kominfo berupaya meminimalkan aksi teror dengan memblokir konten radikalisme.
Baca SelengkapnyaPangsa Pasar Besar, Situs Perbandingan Harga Priceprice.com Diluncurkan
24 Januari 2018
Situs perbandingan harga Priceprice.com diluncurkan di Indonesia. Priceprice.com untuk memudahkan pengguna membandingkan harga barang.
Baca SelengkapnyaSitus Om Senang Mirip Nikahsirri.com Hebohkan Belgia
27 September 2017
Pihak berwenang Belgia akan mengambil sikap tegas terhadap peredaran situs yang diduga menawarkan pelacuran terselubung.
Baca SelengkapnyaGoogle Chrome Bakal Memungkinkan Pengguna Membisukan Situs Web
27 Agustus 2017
Google menguji opsi baru yang memungkinkan pengguna membisukan situs web secara permanen di dalam browser Chrome.
Baca SelengkapnyaIngin Sukses Cari Uang Lewat YouTube? Ada Kiatnya...
10 Agustus 2017
Salah satu cara yang dipilih generasi Millennial untuk mengekspresikan diri adalah mengunggah materi ke YouTube, tapi kenapa tak semua sukses?
Baca SelengkapnyaBagaimana Menyusun Kata Sandi yang Anti Pembobolan?
10 Agustus 2017
Bill Burr, pernah merilis sebuah buku (pedoman) di tahun 2003 lalu berisi kata sandi yang tidak dapat diretas, masih manjurkah?
Baca SelengkapnyaGoogle, Facebook, Spotify Akan Ikut Aksi Dukung Net Neutrality
12 Juli 2017
Perusahaan-perusahaan, seperti Google, Facebook, Spotify, Jumat lalu mengumumkan akan berpartisipasi dalam aksi 12 Juli untuk mendukung net neutrality
Baca SelengkapnyaIngin Vlog Anda Sekondang Kaesang? Hindari Lima Hal Berikut Ini
7 Juli 2017
Vlogging menjadi fenomena tersendiri saat ini. Banyak netizen, dari yang belum tekrenal sampai yang kondang macam Kaesang, meramaikan dunia vlog.
Baca Selengkapnya