Kecepatan Usain Bolt Belum Maksimal

Reporter

Editor

Kamis, 28 Januari 2010 10:49 WIB

TEMPO Interaktif, Dallas - Usain Bolt memang manusia tercepat saat ini. Pelari cepat asal Jamaika itu adalah pemegang rekor dunia lari 100 meter dalam 9,58 detik. Namun, sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of Applied Physiology, pekan lalu, menunjukkan bahwa rekor Bolt belumlah maksimal.

emecahan rekor dunia yang dicatat Bolt pada kejuaraan atletik dunia di Berlin, Jerman, pada Agustus 2009 itu memancing para ilmuwan untuk mengukur batas tertinggi kecepatan manusia berlari, termasuk sekelompok ilmuwan Amerika Serikat. Studi mereka memberikan bukti yang mengidentifikasi variabel penting yang menentukan batas biologis kecepatan berlari.

Studi tersebut juga menyodorkan sudut pandang yang amat menggoda tentang bagaimana batas biologis itu dapat didorong sejauh mungkin melebihi 45 kilometer per jam (kecepatan lari Bolt ketika memecahkan rekor dunia) hingga 55 kilometer atau bahkan 65 kilometer per jam. Itu berarti separuh kecepatan cheetah, binatang tercepat di dunia, yang mampu berlari hingga 110 kilometer per jam.

Laporan ilmiah berjudul "Batasan Biologis Kecepatan Berlari Ditentukan Sejak Awal" itu berisi hasil riset yang dilakukan Peter Weyand dari Southern Methodist University, Dallas, Texas, bersama Rosalind Sandell dan Danille Prime--keduanya alumni Rice University--serta Matthew Bundle dari University of Wyoming.

"Pandangan umum bahwa kecepatan dibatasi oleh kekuatan dengan kaki mana yang menginjak permukaan lintasan lari adalah salah satu yang masuk akal," kata Weyand, pengajar fisiologi terapan dan biomekanika di universitasnya. "Jika seseorang menganggap bahwa pelari sprinter elite dapat mencapai puncak kekuatan 360 sampai 455 kilogram hanya dengan satu kaki setiap mengayunkan langkah untuk berlari, mudah untuk percaya bahwa para pelari mungkin saja bekerja mendekati batas kekuatan otot dan tungkai mereka."

Advertising
Advertising

Namun, data baru yang diperoleh tim tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa bukan itu persoalannya. "Sekalipun kekuatan berlari bisa sebesar itu, kami menemukan bahwa kaki mampu menghasilkan kekuatan pijakan yang jauh lebih besar daripada yang terjadi selama proses berlari sekencang mungkin," kata Weyand.

Berbeda dengan pandangan umum tentang batas kekuatan, Weyand dan timnya menemukan bahwa batas biologis itu ditentukan oleh waktu, misalnya periode waktu yang amat singkat untuk menggunakan kekuatan pijakan ketika berlari. Pada sprinter elite seperti Bolt, waktu kontak kaki dan tanah kurang dari sepersepuluh detik, dan puncak kekuatan pijakan terjadi dalam waktu kurang dari seperduapuluh detik ketika kontak kaki-tanah pertama terjadi.

Para ilmuwan memanfaatkan sejumlah peralatan eksperimental untuk mencapai kesimpulan. Mereka menggunakan treadmill dengan kecepatan tinggi untuk menghasilkan kecepatan yang jauh lebih besar daripada 65 kilometer per jam agar dapat mengukur secara pasti berapa kekuatan yang disalurkan ke tanah setiap kali kaki melangkah.

Mereka juga meminta beberapa sukarelawan berlari dalam kecepatan tinggi dalam berbagai gaya berlari. Untuk melengkapi tes lari kecepatan tinggi tradisional itu, para sukarelawan diminta melompat dengan satu kaki dan berlari mundur di atas treadmill secepat kemampuan mereka.

Mereka juga menerapkan tes baru untuk menguji pandangan umum tentang faktor mekanik yang membatasi kecepatan lari manusia, khususnya gagasan bahwa batas kecepatan itu ditentukan oleh seberapa kuat kaki pelari menghantam tanah.

ara ilmuwan itu menemukan bahwa kekuatan pijakan yang terjadi ketika orang melompat dengan satu kaki pada kecepatan tinggi melampaui kekuatan pijakan yang terjadi ketika orang berlari cepat hingga 30 persen atau lebih. Kekuatan yang dihasilkan oleh otot aktif dalam tungkai juga mencapai 1,5 hingga dua kali lipat dalam gaya melompat satu kaki.

Kesimpulan batas waktu itu didukung pula oleh kesepakatan berapa kali kontak kaki-tanah minimum yang dipantau pada saat orang berlari maju dan mundur. Meski kecepatan puncak orang berlari mundur jauh lebih lambat, periode minimum kontak kaki-tanah pada kecepatan lari maju dan mundur pada dasarnya identik.

Para ilmuwan mengatakan riset itu menunjukkan bahwa batas kecepatan berlari diatur oleh batas kecepatan kontraksi serat otot itu sendiri. Kecepatan kontraksi serat juga mengatur berapa cepat tungkai sang pelari dapat mengantarkan kekuatan pada permukaan lintasan lari. "Proyeksi sederhana kami mengindikasikan bahwa kecepatan kontraksi otot yang memungkinkan kekuatan maksimal atau nyaris maksimal akan mendorong kecepatan lari antara 55 hingga 65 kilometer per jam dan mungkin lebih cepat lagi," kata Matthew Bundle, pakar biomekanika yang terlibat dalam studi itu.

TJANDRA DEWI | SCIENCEDAILY | SMU

Berita terkait

Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

14 hari lalu

Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

Kampus UGM, UI, Unair, dan IPB masuk daftar prodi biologi terbaik di dunia versi QS WUR 2024.

Baca Selengkapnya

Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

14 hari lalu

Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

Program studi Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tempati urutan 1 terbaik se-Indonesia dan masuk daftar 501-550 terbaik di dunia.

Baca Selengkapnya

Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

17 hari lalu

Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

Program studi Biologi UGM raih peringkat 1 di Indonesia Versu QR WUR by Subject 2024. Berikut profil prodi ini.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

20 Februari 2024

Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

Polusi udara telah mendegradasi senyawa kimia di balik aroma memikat bunga-bunga. Simak hasil studi tim peneliti di Amerika Serikat ini.

Baca Selengkapnya

Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

11 September 2023

Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

Katak langka ini berwarna oranye kecokelatan. Tubuhnya dipenuhi bintik putih seperti mutiara dan berkilau saat disorot cahaya senter.

Baca Selengkapnya

Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

23 Mei 2023

Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

Laporan-laporan tentang pertemuan dengan orca yang agresif di lepas pantai Iberian mulai muncul pada Mei 2020, dan belakangan menjadi lebih sering.

Baca Selengkapnya

Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

16 Desember 2022

Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

Ini adalah bukti resmi pertama organ genital ular betina.

Baca Selengkapnya

Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

21 September 2022

Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

Ig Nobel diberikan kepada penelitian-penelitian yang dianggap paling aneh, konyol dan unik yang membuat 'tertawa namun kemudian berpikir'.

Baca Selengkapnya

Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

23 Juli 2022

Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

Jefferson peraih medali perunggu di olimpiade Biologi internasional di Armenia sudah merantau sejak SD. Memiliki segudang prestasi.

Baca Selengkapnya

3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

16 Juni 2022

3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

Di urutan ke-2 dan ke-3 ada Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia sebagai kampus terbaik di bidang Biologi. Kampus mana yang pertama?

Baca Selengkapnya