TEMPO Interaktif, Tel Nof Air Force Base - Pesawat jet tempur F-15 tampak kerdil saat berdampingan dengan Heron TP, pesawat nir-awak terbaru Israel di pangkalan Tel Nof di Israel Tengah. Rentang sayapnya saja mencapai 26 meter, membuat pesawat itu hampir menyamai ukuran sayap pesawat jet penumpang Boeing 737.
Armada pesawat tanpa pilot yang baru diresmikan Senin lalu ini bisa mengudara sehari penuh dan terbang sampai ke Teluk Persia, sehingga membuat burung besi itu mampu menjangkau kawasan Iran. Pesawat nir-awak terbesar di jajaran militer Israel itu dirancang untuk melakukan pengintaian dan membawa berbagai jenis muatan.
Heron TP juga dirancang untuk terbang di segala cuaca. Untuk melindungi pesawat ketika terbang menembus kondisi dingin membekukan, pesawat itu dilengkapi dengan sistem deicing. Dengan berat lepas landas maksimum 4.650 kilogram, pesawat dengan panjang 14 meter itu dapat mengangkut lebih dari 1.000 kilogram sensor di bagian depan, anjungan muatan utama, dan ruangan di ujung tailboom, struktur yang menghubungkan badan pesawat dengan ekor.
Spesifikasi pesawat itu memang tak jauh dari pendahulunya, Heron, namun pesawat yang dijuluki Heron 2 atau "Eitan" ini terbang lebih tinggi, mencapai ketinggian lebih dari 12 ribu meter, dan lebih lama. Pesawat itu sengaja dirancang terbang tinggi untuk menghindari lalu lintas pesawat komersial. "Dengan Heron TP, kami mewujudkan impian jajaran angkatan udara," kata Brigadir Jenderal Amikam Norkin, komandan pangkalan yang akan mengoperasikan pesawat nir-awak itu. "Heron TP adalah terobosan teknologi dan operasional."
Versi baru pesawat Heron itu telah dikembangkan selama satu dasawarsa, namun pesawat itu pertama kali unjuk gigi dalam serangan yang dilancarkan Israel terhadap pejuang Hamas di Jalur Gaza tahun lalu. Pesawat nir-awak seperti Heron TP dapat membantu para serdadu Israel mengawasi atap dan jalan-jalan sempit kawasan padat itu dari udara.
Panglima angkatan udara Israel, Mayor Jenderal Ido Nehushtan, mengatakan pesawat udara itu punya potensi melaksanakan misi baru dengan kemampuan terbang hingga 36 jam tanpa henti dan dalam kondisi muatan penuh.
Militer Israel menolak menyebutkan seberapa besar armada baru ini atau apakah pesawat itu sengaja dirancang untuk digunakan melawan Iran, namun mereka menekankan bahwa pesawat tersebut mampu melakukan berbagai hal dan dapat beradaptasi dengan misi baru. Israel Aerospace Industries, pembuat pesawat intai itu, mengatakan Heron TP dapat mencapai Teluk Persia.
Pejabat pertahanan Israel mengatakan Heron TP dapat menjadi alat yang amat berguna dalam menghadapi Iran. Selain dapat melakukan pemantauan dari jarak dekat, pesawat itu bisa melumpuhkan komunikasi musuh dan menghubungkan markas kendali dengan pesawat berawak lain.
Israel menganggap Iran sebagai ancaman strategis karena program nuklir dan peluru kendali jarak jauh yang dikembangkan negara itu serta gencarnya kecaman yang dilontarkan para pemimpin Iran. Israel pernah mengungkapkan kemungkinan melancarkan serangan militernya ke Iran jika tak menghentikan program nuklirnya.
Sesungguhnya peran pesawat nir-awak dalam sebuah konflik masih dipertanyakan.
Dalam konflik di Irak dan Afganistan, berbagai jenis dan ukuran pesawat nir-awak dikerahkan dalam berbagai misi, seperti pengintaian serta penyerangan target musuh dengan peluru kendali. Namun pesawat nir-awak terbukti kurang sukses bila pihak musuh memiliki senjata anti-pesawat udara.
Selama serangan NATO ke Serbia pada 1999, misalnya, angkatan bersenjata Serbia dengan cepat menembak jatuh 42 pesawat nir-awak Amerika Serikat, melumpuhkan misi pengeboman yang diemban pesawat itu. "Kami menyadari bahaya yang bakal dihadapi pesawat jenis itu di medan tempur, dan kami akan melakukan apa yang kami bisa untuk melindunginya," kata Letnan Kolonel Eyal. Namun dia tak mau mengungkapkan bagaimana pesawat itu dapat menghindari dirinya dari sistem anti-pesawat udara.
TJANDRA DEWI | AP | DEFENSE | IAI