Peneliti Ragukan Akurasi Analisis Sidik Jari  

Reporter

Editor

Senin, 22 Maret 2010 17:28 WIB

science.howstuffworks.com
TEMPO Interaktif, Jakarta - Sidik jari, dalam ilmu forensik, sudah menjadi alat bukti di pengadilan. Persolannya, pengadilan kerap menggunakannya tanpa didukung data ilmiah. Padahal kemajuan alat sekarang ini memungkinkan seseorang tersangka meninggalkan sidik jari palsu di tempat kejadian perkara. Sejumlah ahli forensik mulai mengkhawatirkan penggunaan sidik jari dalam pembuktian di persidangan bisa menjadi seseorang dihukum atas kejahatan yang tak dilakukannya. Pengakuan mereka akan mudah dimentahkan oleh analisa seorang ahli forensik ketika pembuktian berlangsung. "[Satu] pria datang dan berkata: " Ini salah. Ini memiliki tingkat kesalahan nol. Jika kita mengatakan itu cocok, tidak ada orang lain di alam semesta bisa membantahnya," kata Thomas Bohan, yang mundur sebagai presiden dari American Academy of Forensic Sciences (AAFS) bulan lalu. "Komite NAS merasa ngeri oleh kesaksian analis sidik jari." Pada tahun 2005, Itiel Dror dan Ailsa Peron dari Universitas Southampton, Inggris, menunjukkan satu sidik jari bisa dicetak dalam kondisi berbeda. Sidik jari bisa terjadi akibat kesalahan tingkat tinggi. Ini terbukti pada tahun 2004, ketika FBI mengidentifikasi sidik jari pengacara Oregon Brandon Mayfield. Brandon sebagai tersangka teroris pengebom di Madrid, Spanyol.

"Meskipun kami telah menggunakan bukti sidik jari di pengadilan selama hampir seratus tahun, tidak cukup diketahui tentang seberapa sering kesalahan terjadi dalam pemeriksaan sidik jari, atau dalam keadaan apa," kata pemimpin studi Jennifer Mnookin.
Karena itu pengetahuan mengenai akurasi hasil analisis sidik jari sangat diperlukan oleh pengacara terdakwa dan hakim serta juri. Para analis sidik jari dinilai lamban mengakui tingkat akurasi analisisnya. Pengadilan kerap menggunakan sidik jari tanpa memperhatikan tingat kesalahan identifikasi. US National Academy of Sciences (NAS) menyajikan sebuah laporan mengenai ilmu forensik tahun lalu. Laporan NAS, yang disebut sebagai penelitian baru untuk menilai kehandalan sidik jari, membantah analisis ilmuwan forensik. Bulan lalu US National Institute of Justice menugaskan Sekolah Hukum di Universitas California, Los Angeles, mendeteksi tingkat kesalahan piranti deteksi sidik jari. Sidik jari digunakan pertama kali tahun 1892. Baru-baru ini dua ahli bisa menampilkan satu sidik jari yang sama dari dua orang berbeda. Ini bisa terjadi akibat kesalahan manusia, kebetulan, kualitas cetakan yang rendah atau kombinasi dari ketiganya.

Sikap ilmuwan forensik mulai berubah. Dalam survei 2009, 75 persen dari para ilmuwan forensik AS percaya orang tak bersalah mungkin berada di penjara atau hukuman mati karena kesalahan sidik jari. Angka ini meningkat dibandingkan 56 persen pada 2007, kata Samantha Neal dari Universitas Virginia Barat Forensic Science Initiative di Morgantown, yang mempresentasikan hasil di pertemuan AAFS baru-baru ini di Seattle. "Saya kira laporan NAS telah berdampak pada persepsi analisis sidik jari," kata dia.

Cedric Neumann di Forensic Science Service Birmingham Inggris dan rekan-rekannya menciptakan program statistik kecocokan sidik jari dengan orang. Program komputer, seperti yang digunakan oleh US imigrasi, bisa mencocokan sidik jari dengan database seseorang. Tapi itu membutuhkan cetakan berkualitas baik, sedangkan cetakan TKP sering buram atau hanya ada dalam bentuk parsial.

NS | PURW

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya