Baru, Unsur Kimia Tak Stabil 117

Reporter

Editor

Kamis, 8 April 2010 12:17 WIB

Unsur 117

TEMPO Interaktif, Jakarta - Tim Fisika Internasional telah menghasilkan unsur atom – sekilas—dalam suatu pukulan keras di Rusia. Temuan ini menambah panjang tabel periodik unsur di luar Uranium, yang masih belum disepakati. Unsur baru itu diberi nama -- tidak resmi--Unsur 117.
Unsur 117 merupakan unsur kelima baru yang ditemukan ilmuwan di sepuluh tahun terakhir.

Secara bersama-sama, "Unsur-unsur baru ini memperluas pemahaman kita tentang alam semesta dan memberikan tes penting dari teori nuklir," kata Fisikawan Vanderbilt University Joe Hamilton dalam sebuah pernyataan. Dr Hamilton merupakan anggota tim.

Meskipun elemen bebas secara luas dianggap "buatan" atau muncul hanya di laboratorium, namun beberapa peneliti mengatakan kejadian langka mungkin terjadi di alam. Seperti kejadian sekilas oleh kejadian supernova atau ledakan bintang besar.

Penemuan unsur-unsur baru memiliki sejarah panjang. Tetapi pada awal abad ke-20, ilmuwan mulai menggali jauh ke dalam sifat atom, unsur-unsur baru semakin banyak muncul di laboratorium. Peneliti mengenal unsur yang dibombardir dengan neutron atau proton-neutron itu sebagai campuran partikel alpha - produk peluruhan radioaktif.

Pencarian ini didorong keinginan para fisikawan nuklir menemukan satu unsur stabil dari proses laboratorium. Berdasarkan teori unsur memiliki kestabilan dengan batasan tertentu yang disebut pulau kestabilan. Sehingga unsur dari proses nuklir di laboratorium perlu lebih stabil.

Advertising
Advertising

Gagasan tentang sebuah pulau stabilitas pertama kali diusulkan pada 1960-an. Tapi "sepuluh tahun yang lalu, banyak orang berpikir bidang ini sudah berakhir," kata James Roberto, seorang fisikawan di Oak Ridge National Laboratory di Oak Ridge, Tenn. Akibatnya, katanya, para ilmuwan berpikir mereka telah kehabisan semua teknik penghasil unsur baru yang meyakinkan.

Semua berubah ketika peneliti mendapat akses menuju cyclotron yang kuat di Joint Institute for Nuclear Research Rusia di Dubna sebagai pelempar ion berat ke target. Pada akhirnya, peneliti Yuri Oganessian membentu ‘proyektil’ atomik baru– ion berat calsium– untuk menembak target dibuat dari unsur berat lain.

Dalam kasus terbaru, target dibuat dari unsur radioaktif Berkelium. Unsur ini dibuat Oak Ridge National Laboratory lebih dari setahun untuk memproses dan memurnikan Berkalium sebagai target cyclorotron. Peneliti cyclotron di Dubna kemudian menembakkan balok ion calsium ke target selama 150 hari. Proses ini membentuk enam unsur 117.

Atom terbentuk dalam waktu antara 21 dan 45 per juta detik. Menjadi tak stabil, mereka membuat atom tampak sebagai rantai unsur rusak 117. Tapi bukti ini sudah cukup untuk mengumumkan suatu “penemuan”.

Kemudian, tim ini meletakkan unsur ini pada deret terakhir tabel periodek – lokasi kosong antara elemn 116 dan 118. Dan ini dekat dengan petunjuk temuan baru dengan kombinasi proyektil dan target guna menciptakan unsur 119 dan 120.

Dr. Roberto menegaskan saat ini tim siap-siap menyelidiki unsur kimia 117. Hasil tim ini diterima untuk dipublikasikan dalam journal Physical Review Letters.

PURW | CSM

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya