MySpace Membenahi Diri Hadapi Facebook  

Reporter

Editor

Rabu, 19 Mei 2010 07:39 WIB

myspace.com
TEMPO Interaktif, Jakarta - Panasnya hawa persaingan di bisnis jejaring sosial membuat MySpace berbenah diri. Bila Facebook memilih untuk membuat aturan privasi yang agak rumit, MySpace justru membuatnya sederhana.

Dalam sebuah tulisan di blog, Mike Jones, Presiden News Corp yang memiliki MySpace, mengumumkan perubahan tersebut.

"Beberapa pekan terakhir kami berdiskusi secara serius tentang privasi pengguna jejaring sosial," katanya. "MySpace telah menemukan bahwa isu itu telah dihadapi sebuah situs dengan populasi masif dan kami mengambil tanggung jawab kami secara serius."

Meski tak menyebut nama, banyak orang yakin bahwa situs yang dimaksud Jones adalah Facebook.

Perubahan itu, kata Jones, tetap mempertimbangkan inti MySpace yang mengedepankan soal pencarian teman, ekspresi diri, dan berbagi. “Kami mengerti bahwa pengguna mungkin menginginkan opsi untuk membatasi berbagi informasi kepada sekelompok teman saja,” ujarnya. “Kami menghormati keinginan pengguna untuk menyeimbangkan berbagi dan privasi dan tak pernah memaksa pengguna untuk berada di posisi privasi yang tak nyaman.”

Pengaturan dan pengelolaan privasi di MySpace sebelumnya diciptakan dalam tiga level. Tingkat paling ketat adalah opsi Hanya Teman.

Namun pengguna bisa memilih opsi lain yang lebih longgar. Yang pertama adalah Publik usia 18 tahun atau lebih. Dengan opsi ini, mereka yang bisa mengakses profil itu adalah pengguna yang berusia 18 tahun atau lebih.

Nah opsi yang jauh lebih luas adalah Publik. Artinya, siapapun tanpa batasan usia, bisa mengakses profilnya.

Pada pengelolaan baru yang bakal digelar beberapa pekan depan, pengguna bisa langsung mengubah seluruh content mereka ke Teman Saja dengan satu langkah. Pada saat pengelolaan baru ini diimplementasinya, pengguna MySpace yang sebelumnya sudah memilih opsi Hanya Teman akan langsung mendapati bahwa keseluruhan pengaturan di account mereka akan otomatis menjadi “Hanya Teman”.

Cara ini berbeda dengan pendekatan Facebook. Pesaing ini menciptakan fitur pengelolaan dengan 50 setting dan lebih dari 170 opsi, tanpa opsi klik tunggal seperti MySpace.

Kelihatannya cara Facebook ini lebih aman. Namun banyak pengguna menganggapnya terlalu rumit.

Di sisi lain, Facebook terlihat seperti memiliki wajah ganda. Di samping terkesan menyediakan fitur pengaman yang lengkap lagi rumit, Facebook justru dianggap kurang memperhatikan faktor privasi ini.

Salah satu langkah kontroversialnya adalah saat mengizinkan rekanan Facebook, atau pihak ketiga, menggabungkan data Facebook. Dengan begitu, keberadaan Facebook dengan lebih dari 400 juta pengguna itu, akan lebih luas di Internet.

Namun, bagi pihak penentangnya, cara ini dianggap terlalu berkompromi dalam hal keamanan dan privasi pelanggannya. Empat senator dari Amerika Serikat malah berkirim surat kepada Mark Zuckerberg perihal kekhawatiran bahwa informasi personal pengguna Facebook akan muncul di situs rekanannya.

Namun juru bicara Facebook menegaskan bahwa masalah keamanan anggotanya masih menjadi perhatian utama pihaknya. “Produk dan fitur baru itu didesain untuk meningkatkan personalisasi dan mempromosikan kegiatan sosial di Internet. Namun kami tetap memberikan kontrol terhadap informasi dari pengguna yang dibagikan, apa yang ingin dibagikan, dan dengan siapa,” kata Elliot Schrage, Wakil Presiden Komunikasi Global Facebook.

Masalahnya sekarang adalah, meskipun pengelolaan privasi disederhanakan, sanggupkah MySpace kembali ke puncak? Inilah yang diragukan.

Seperti diketahui, Facebook telah menggeser MySpace dari tahta popularitas. Masalah itu kian diperberat dengan turunnya Owen Van Natta sang pimpinan dari jabatannya, hanya kurang dari setahun setelah menjabat. MySpace sendiri diakusisi oleh News Corp pada 2005 dengan nilai US$ 580 juta.

DEDDY SINAGA | BERBAGAI SUMBER

Berita terkait

Strategi Lintasarta Dukung Dunia Bisnis

22 Februari 2021

Strategi Lintasarta Dukung Dunia Bisnis

Di 2021, Lintasarta tetap berkomitmen memberikan layanan terbaik untuk berbagai sektor industri.

Baca Selengkapnya

Sempat Diretas, Ditjen Pajak Targetkan Situsnya Pulih Hari Ini

11 Juni 2018

Sempat Diretas, Ditjen Pajak Targetkan Situsnya Pulih Hari Ini

Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan menargetkan pemulihan situsnya yang sempat diretas rampung pada hari ini.

Baca Selengkapnya

Kominfo Blokir 34 Situs Berunsur Radikalisme Selama April 2018

31 Mei 2018

Kominfo Blokir 34 Situs Berunsur Radikalisme Selama April 2018

Kominfo berupaya meminimalkan aksi teror dengan memblokir konten radikalisme.

Baca Selengkapnya

Pangsa Pasar Besar, Situs Perbandingan Harga Priceprice.com Diluncurkan

24 Januari 2018

Pangsa Pasar Besar, Situs Perbandingan Harga Priceprice.com Diluncurkan

Situs perbandingan harga Priceprice.com diluncurkan di Indonesia. Priceprice.com untuk memudahkan pengguna membandingkan harga barang.

Baca Selengkapnya

Situs Om Senang Mirip Nikahsirri.com Hebohkan Belgia

27 September 2017

Situs Om Senang Mirip Nikahsirri.com Hebohkan Belgia

Pihak berwenang Belgia akan mengambil sikap tegas terhadap peredaran situs yang diduga menawarkan pelacuran terselubung.

Baca Selengkapnya

Google Chrome Bakal Memungkinkan Pengguna Membisukan Situs Web

27 Agustus 2017

Google Chrome Bakal Memungkinkan Pengguna Membisukan Situs Web

Google menguji opsi baru yang memungkinkan pengguna membisukan situs web secara permanen di dalam browser Chrome.

Baca Selengkapnya

Ingin Sukses Cari Uang Lewat YouTube? Ada Kiatnya...

10 Agustus 2017

Ingin Sukses Cari Uang Lewat YouTube? Ada Kiatnya...

Salah satu cara yang dipilih generasi Millennial untuk mengekspresikan diri adalah mengunggah materi ke YouTube, tapi kenapa tak semua sukses?

Baca Selengkapnya

Bagaimana Menyusun Kata Sandi yang Anti Pembobolan?

10 Agustus 2017

Bagaimana Menyusun Kata Sandi yang Anti Pembobolan?

Bill Burr, pernah merilis sebuah buku (pedoman) di tahun 2003 lalu berisi kata sandi yang tidak dapat diretas, masih manjurkah?

Baca Selengkapnya

Google, Facebook, Spotify Akan Ikut Aksi Dukung Net Neutrality

12 Juli 2017

Google, Facebook, Spotify Akan Ikut Aksi Dukung Net Neutrality

Perusahaan-perusahaan, seperti Google, Facebook, Spotify, Jumat lalu mengumumkan akan berpartisipasi dalam aksi 12 Juli untuk mendukung net neutrality

Baca Selengkapnya

Ingin Vlog Anda Sekondang Kaesang? Hindari Lima Hal Berikut Ini

7 Juli 2017

Ingin Vlog Anda Sekondang Kaesang? Hindari Lima Hal Berikut Ini

Vlogging menjadi fenomena tersendiri saat ini. Banyak netizen, dari yang belum tekrenal sampai yang kondang macam Kaesang, meramaikan dunia vlog.

Baca Selengkapnya