TEMPO Interaktif, Jakarta- Para ilmuwan menyatakan keseringan menonton film atau memainkan game bertema kekerasan dapat membuat anak lebih agresif.
Dengan menggunakan scan untuk mempelajari aktivitas otak, para ilmuwan meneliti sekelompok anak laki-laki berusia 14 hingga 17 tahun yang sedang menyaksikan serangkaian video klip dan bermain game dengan adegan kekerasan, seperti adegan tawuran para penggemar sepak bola di Inggris atau biasa disebut holigans.
Hasilnya mengejutkan. Semakin lama menonton kebrutalan dalam tayangan tersebut, mesin scan otak mereka menyala dan itu menandakan mereka senang dengan tontonan tersebut.
"Ini sangat penting untuk memahami kerja otak yang mulai berubah dan berkembang, khususnya di bagian otak yang mengendalikan emosi, perilaku dan tanggapan terhadap peristiwa eksternal," kata ketua tim peneliti Dr Jordan Grafman, dari Institut Kesehatan Nasional di Bethesda, Maryland, seperti dikutip Dailymail, hari ini.
Namun ketika menyaksikan tayangan yang memuat sedikit adegan kekerasan, mesin scan tidak menyala terang dan menandakan otak mereka tidak merespon tayangan tersebut.
Menurut Grafman, dampak dari seringnya menyaksikan tayangan kekerasan membuat anak-anak tersebut kurang sensitif karena menganggap tindakan kekerasan itu merupakan perilaku yang normal. "Akhirnya mereka meniru adegan tersebut dengan bersikap agresif," katanya.
Dailymail|Rini K
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya