Mesin Perang di Garis Depan

Reporter

Editor

Kamis, 6 Januari 2011 09:30 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Perang akan jauh lebih aman, setidaknya bagi para prajurit, bila sebagian besar pasukan di garis depan adalah robot. Dengan alasan itu, angkatan darat Amerika Serikat berencana menambah jajaran pasukan robotnya, selain sejumlah mesin pintar yang terlebih dulu menjadi bagian dalam senjata perang modern.

Deretan robot baru yang tak mirip manusia itu didesain untuk menangani berbagai tugas, mulai melumpuhkan penembak jitu sampai menjalankan peran sebagai penjaga malam yang tak kenal lelah. Ketangguhan mereka diuji dalam sebuah fasilitas di pangkalan militer Fort Benning di Georgia untuk pelatihan perang kota.

Dalam latihan itu, sebuah robot berukuran 15 inci yang dilengkapi dengan kamera video menjalankan misi mengintai sebuah tempat pembuatan bom. Jauh di atasnya, melayang hampir tanpa suara sebuah pesawat nirawak yang memancarkan citra bangunan di bawahnya. Dari salah satu sudut muncul sebuah robot mirip tank kecil sebesar mobil pemotong rumput, yang dilengkapi dengan senapan mesin dan peluncur granat.

Tiga teknisi memanggul ransel, berdiri jauh dari garis depan, mengoperasikan ketiga robot dengan pengendali tanpa kabel seperti yang digunakan dalam permainan video game. Seorang teknisi mengendalikan gerakan kamera video pada robot bersenjata itu hingga menemukan seorang penembak jitu yang berada di atap bangunan. Senapan mesin di puncak robot berputar, membidik, dan menembaki target.

Mesin-mesin pintar itu tak hanya melindungi prajurit, tapi juga tak pernah lengah karena memiliki mata digital yang tak pernah berkedip, dan otomatis menangkap gerakan sekecil apa pun. Mereka juga tak pernah panik ketika dihujani tembakan.

“Alasan utama memiliki pasukan robot adalah mereka dapat membalas tembakan,” kata Joseph W. Dyer, pensiunan perwira tinggi angkatan laut dan kepala operasi iRobot, yaitu robot yang dapat membersihkan ranjau dan bahan peledak seperti Roomba, si robot vacuum cleaner.

Ketika robot itu memasuki medan perang, teknisi yang berada di tempat aman dapat mengawasi situasi sekitar lewat mata robot dengan tenang tanpa tergesa-gesa menembak.

Namun gagasan menerjunkan robot dengan sensor dan senjata, yang suatu saat menggantikan atau membantu prajurit di medan perang, masih menjadi sumber kontroversi. Para penentang menganggap penggunaan robot berpotensi membuat negara-negara makin gampang mengibarkan bendera perang dan memicu lomba senjata canggih.

“Perang akan amat mudah dipicu dan biayanya murah,” kata Wendell Wallach, anggota Yale Interdisciplinary Center for Bioethics dan ketua kelompok studi etika dan teknologi.

Warga sipil akan menghadapi risiko lebih besar, kata Wallach, karena kemampuan robot untuk membedakan antara tentara dan orang sipil masih dipertanyakan. Bagi manusia saja, tugas itu luar biasa sulit, sehingga akan makin sulit ketika robot itu dikendalikan dari jarak jauh.

Masalah itu sudah ditunjukkan oleh pesawat Predator, yang menemukan sasaran dengan bantuan prajurit di lapangan, tapi dioperasikan dari Amerika Serikat.

Banyaknya korban sipil yang tewas di Irak dan Afganistan akibat salah sasaran atau salah identifikasi membuat banyak negara menentang penggunaan Predator.

Tetapi banyak pakar strategi militer, perancang senjata, maupun pejabat militer yang mendukung pelibatan robot perang, termasuk beberapa aktivis hak asasi manusia.

“Banyak orang yang takut terhadap kecerdasan artifisial,” kata John Arquilla, Direktur Eksekutif Information Operations Center di Naval Postgraduate School. “Saya berani membandingkan robot dengan manusia setiap hari dan menjamin mereka akan lebih memperhatikan aturan main dan melakukan pelanggaran etika jauh lebih sedikit daripada prajurit biasa.”

Arquilla menyatakan robot tidak akan bertindak sembarangan karena sistem persenjataan yang dikendalikan oleh peranti lunak tidak akan beraksi ketika dipicu rasa marah dan dendam. Dalam beberapa kasus, robot dapat membuat keputusan yang jauh lebih baik di medan perang daripada manusia.

Keyakinannya pada mesin pintar itu telah teruji. “Beberapa orang berpikir bahwa struktur organisasi yang tepat di masa depan adalah yang dapat memadukan manusia dan mesin-mesin cerdas itu,” kata Arquilla. “Kami yakin itulah kunci keunggulan militer abad 21.”

Robot perang terbukti sangat vital dalam perang yang melibatkan tentara Amerika. Pesawat tak berawak, seperti Predator, Reaper, Raven, dan Global Hawk, telah menyelamatkan jiwa banyak prajurit Amerika di Irak dan Afganistan. Kini militer Amerika rutin menggunakan 6.000 robot yang dikendalikan dari jarak jauh untuk patroli di perbatasan maupun melucuti bom modifikasi.

NYTIMES | TJANDRA DEWI

Berita terkait

Robot hingga Cairan Khusus Dikerahkan untuk Padamkan Api di Gudang Amunisi Paldam Jaya

36 hari lalu

Robot hingga Cairan Khusus Dikerahkan untuk Padamkan Api di Gudang Amunisi Paldam Jaya

Dinas Penanggulangan Kebakaran Provinsi DKI Jakarta menggunakan robot hingga cairan khusus untuk memadamkan api di Gudmurah Paldam Jaya.

Baca Selengkapnya

Perusahaan Arab Saudi Bikin Robot Manusia, Tak Boleh Bicara Seks dan Politik

41 hari lalu

Perusahaan Arab Saudi Bikin Robot Manusia, Tak Boleh Bicara Seks dan Politik

Perusahaan teknologi Arab Saudi menciptakan robot manusia bernama Sara. Didesain untuk tak bicara seks dan politik.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ungkap Potensi Penggunaan Robotika di Fasilitas Nuklir

25 Februari 2024

Peneliti BRIN Ungkap Potensi Penggunaan Robotika di Fasilitas Nuklir

Untuk beberapa fasilitas nuklir dengan tingkat radiasi yang tinggi, penggunaan robot bisa menjadi solusi menghindari paparan radiasi.

Baca Selengkapnya

Robot Greenhouse Karya Siswa MAN 1 Semarang Raih Juara Robot World 2023 di Korea

29 Oktober 2023

Robot Greenhouse Karya Siswa MAN 1 Semarang Raih Juara Robot World 2023 di Korea

Tim Robotik Madrasah Aliyah Negeri atau MAN 1 Kota Semarang meraih Silver Award 1 dalam ajang kompetisi AI Robot Challenge 2023.

Baca Selengkapnya

Cerita Generasi Baby Boomer Pensiun, Lalu Negeri Ini Menggilai Robot

28 Oktober 2023

Cerita Generasi Baby Boomer Pensiun, Lalu Negeri Ini Menggilai Robot

Ketika generasi baby boomer pensiun, dunia usaha di negeri ini beralih ke robot

Baca Selengkapnya

Robot Pembasmi Larva Aedes Aegypti Karya Mahasiswa Unpad, Begini Proses Pembuatan dan Rintangannya

25 September 2023

Robot Pembasmi Larva Aedes Aegypti Karya Mahasiswa Unpad, Begini Proses Pembuatan dan Rintangannya

Robot pembasmi larva nyamuk aedes aegypti karya mahasiswa Unpad berhasil raih pendanaan Kemendikbud lewat kegiatan PKM-KC. Begini prosesnya.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Unpad Raih Dana Kemendikbudristek dalam Kegiatan PKM-KC, Program Apakah Itu?

25 September 2023

Mahasiswa Unpad Raih Dana Kemendikbudristek dalam Kegiatan PKM-KC, Program Apakah Itu?

Mahasiswa Unpad berhasil dapatkan dana dari Kemendikbudristek untuk proyek mereka dalam PKM-KC. Program apa sebenarnya PKM-KC itu?

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Unpad Ciptakan Robot Pembasmi Larva Nyamuk Aedes Aegypti, Perangi DBD dari Akarnya

22 September 2023

Mahasiswa Unpad Ciptakan Robot Pembasmi Larva Nyamuk Aedes Aegypti, Perangi DBD dari Akarnya

Lima mahasiswa Unpad bikin robot pembasmi larva nyamuk Aedes aegypti, bagaimana cara kerjanya? Apa gunanya daun kemangi dan ciplukan?

Baca Selengkapnya

Bermula Hobi Bemain Action Figure, Patra Aditia Gelar Pameran Tunggal Tampilkan Aneka Robot

21 September 2023

Bermula Hobi Bemain Action Figure, Patra Aditia Gelar Pameran Tunggal Tampilkan Aneka Robot

Pada pameran tunggal ini, Patra Aditia menghadirkan robot-robot jelmaan yang melibatkan unsur dan karakter karya dari beberapa tokoh seniman modern.

Baca Selengkapnya

Toyota Perkenalkan Alat Produksi yang Bisa Bikin Mobil Listrik dalam Hitungan Menit

20 September 2023

Toyota Perkenalkan Alat Produksi yang Bisa Bikin Mobil Listrik dalam Hitungan Menit

Alat produksi baru Toyota ini pun mampu menghasilkan satu bagian yang membentuk sepertiga bagian belakang sasis kendaraan.

Baca Selengkapnya